Majelis Zikir Ad-Daiba'i di Masjid Cunda, Lhokseumawe.
Majelis Zikir Ad-Daiba'i di Masjid Cunda, Lhokseumawe.
Peringatan Maulid di Aceh, selain diadakan dalam bentuk kenduri, juga diisi dengan kegiatan zikir maulid yang di dalamnya berisi sanjungan kepada nabi Muhammad SAW. Bacaan zikir maulid yang telah membumi di Aceh adalah zikir barzanji. Hampir setiap dayah dan balai-balai pengajian di Aceh telah mengajarkan zikir barzanji kepada murid-muridnya. Namun demikian, sebenarnya masih banyak bacaan-bacaan zikir maulid yang lain yang isinya sama-sama untuk mengungkapkan keagungan Rasulullah SAW di samping zikir barzanji.

Untuk tahun ini, salah seorang guru dayah MUDI Mesra yang merupakan alumni Zabid, Yaman, Tgk Sulaiman ingin mempopulerkan bacaan maulid Ad-Daiba’i di Aceh. Beliau mengungkapkan bacaan maulid Ad-Daiba’i memiliki kelebihan tersendiri dan sangat menarik untuk dibaca. Zikir Ad-Daiba’i ini telah begitu terkenal di Yaman dan selalu dibaca pada peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. “Kita berharap bacaan maulid Ad-Daiba’i ini membumi di Aceh, di samping bacaan zikir barzanji”, kata Beliau.

Pada malam peringatan maulid di dayah MUDI Mesra 12 Rabbiul Awal kemarin, sekitar 5000 para santri dan dewan guru begitu antusias membaca zikir Ad-Daiba’i ini. Di sela-sela bacaan kisah Rasulullah yang terkandung dalam bacaan zikir ini, Tgk Sulaiman yang memimpin zikir ini juga menguraikan isi bacaannya sehingga dapat membangkitkan semangat dan rasa cinta kepada Rasulullah. Setelah dimulai di dayah MUDI Mesra yang pada saat itu disiarkan oleh radio Diraja FM, masyarakat mulai menggemari zikir Ad-Daiba’i ini. Terbukti, setelah tampil di MUDI Mesra, Majelis Zikir Ad-Daiba’i ini diundang ke beberapa tempat di Aceh, di antaranya ke Pidie, Lhokseumawe, dan Aceh Timur. “Insyaallah malam Senin ini kita akan mengumandangkan zikir Ad-Daiba’i di Idi, Aceh Timur”, sebut Tgk Khairul Azfar, koordinator Majelis Zikir Ad-Daiba’i.

Bacaan zikir Ad-Daiba’i ini dikarang oleh seorang ulama besar dari Yaman, Al-Hafiz Abi Abdillah Abdul Rahman ibnu Ali ibnu Umar As-Syaibani Az-Zabidi yang masyhur dengan gelar Imam Ibnu Ad-Daiba’i. Imam Ibnu Ad-Daiba’i merupakan seorang ahli hadis dan tarikh. Beliau dilahirkan pada 4 Muharram 866 H di kota Zabid, Yaman Utara. Pada masa kecilnya beliau dididik oleh pamannya Jalaluddin Muhammad ibnu Ismail, Mufti Zabid. Dari pamannya lah beliau mendapatkan ilmu Alquran, ilmu Hadis, ilmu Hisab dan lain-lain.

Pengarangnya yang memiliki sifat yang lemah lembut, tawadhu’ dan shaleh membuat bacaan maulid Ad-Daiba’i ini memiliki keistimewaan tersendiri. Apalagi, Imam Ibnu Ad-Daiba’i sebelum mengarang zikir maulid ini telah membaca Shahih Al-bukhari lebih dari seratus kali dan bahkan pernah mengkhatamkannya dalam enam hari. Untuk santri Dayah MUDI sendiri telah menerima ijazah 'ammah dari seorang ulama sepuh Yaman Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari al-Ahdal dalam kunjungannya pada awal tahun lalu. Beliau sendiri adalah cucu dari pengarang kitab Kawakib ad-Durriyah syarah Mutammimah.

Dengan segenap kelebihan bacaan maulid Ad-daiba’i ini, Tgk Sulaiman berharap bacaan ini dapat membumi di Aceh layaknya bacaan zikir Barzanji. Beliau merasa sedih melihat kenyataan hari ini di mana kedudukan zikir maulid sudah mulai bergeser dari posisi yang sebenarnya. “Zikir maulid saat ini terkesan bagaikan lagu anak-anak, yang hanya dijadikan sebagai lagu dan hiburan saja, di mana saat zikir maulid dibacakan, orang-orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Kita berharap ke depan, zikir maulid harus dibaca dengan seksama dengan penuh rasa khusyu’, karena bacaan zikir ini merupakan sanjungan kepada Rasulullah SAW.” Kata Tgk Sulaiman saat memimpin zikir Ad-Daiba’i di Mesjid Cunda, Lhokseumawe. (M. Iqbal Jalil)