Abu Manan Blang Jruen menyampaikan tausiah di malam Isra' Mi'raj.
SAMALANGA - Panitia Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga menggelar peringatan Isra’ dan Mi’raj pada Selasa, 28 Rajab 1435 H/28 Mei 2014 yang bertempat di halaman komplek Dayah.

Peringatan berlangsung khidmat yang diramaikan oleh ribuan jama’ah santriwan dan santriwati dengan pakaian serba putih. Sebelum tausiah dimulai dengan pembacaan Qiraatil Maulid dan qasidah burdah tentang Isra’ dan Mi’raj oleh Majelis Zikra al-Hasani. Pembacaan Qiraatil Maulid bersama-sama yang menyentuh qalbu para jama’ah.

Dalam peringatan kali ini hadir sebagai pentausiah adalah Tgk. H. Abdul Manan (Abu Manan Blang Jruen). Ulama Kharismatik Aceh ini merupakan lulusan terbaik Dayah Madinatuddiniyah Blang Bladeh, murid asuhan Abu Tumin yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum di Dayah tersebut. Dalam tausiahnya, Abu menyampaikan nasehat penting menyangkut persoalan menghadapi masyarakat karena tidak bisa dipungkiri bahwa setelah meninggalkan bangku pendidikan kita akan terjun ke lapangan masyarakat.

Majelis Zikir al-Hasani membacakan Qasidah Burdah.
 “Setelah kembali ke masyarakat kita mulai ini dari nol dan yang sangat penting diingat adalah menghargai orang orang yang lebih duluan meninggalkan dayah, mereka itu adalah penyokong kita sehingga dengan mudah menghadapi masyarakat dengan bimbingan mereka, begitu juga kita mesti menjaga persatuan sebagai santri dengan tidak menyombongkan identitas kedayahan, sesama dayah aja kita tidak mau bersatu. Ingat sesama santri kita satu misi kita harus perluaskan ruang lingkup demi kekuatan kita, jika tidak maka orang lain dengan mudah meremehkan dan mengeledek.” Papar Abu dengan panjang lebar.

Selain itu Abu juga menyampaikan tentang dalil bahwa Perjalanan Isra’ dan Mi’raj itu benar-benar perjalanan jasad dan ruh. Bukan perjalan ruh saja seperti yang didakwakan oleh orang yang sedikit ilmu tapi sok tau tentang agama. “Hadis riwayat Siti ‘Aisyah yang mengatakan 'Rasul tak pernah terpisah denganku' itu perlu diingat bahwa Perjalanan Isra’ dan Mi’raj itu Rasulullah belum menikahi Aisyah. Jadi tidak benar jika dalil itu dijadikan perjalanan Nabi adalah perjalanan ruh saja tanpa jasad."

** Tgk. Martunis A. Jalil An-Nisamie