SAMALANGA - Pengajian Tashtafi setiap malam Sabtu awal bulan di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang diasuh oleh al-Syaikh al-Masyayikhina al-Fadhil al-‘Allamah Abu MUDI Samalanga bukan hanya didatangi oleh kaum Muslimin di seputaran Banda Aceh dan sekitarnya. Namun diikuti pula oleh para masyarakat dari berbagai kalangan dan profesi yang bermukim di luar daerah tersebut melalui streaming RRI Pro-1 Banda Aceh.

Salah seorang yang selalu setia mengikuti pengajian Tashtafi ini melalui media streaming yang dimiliki oleh anggota keluarganya adalah Abu H. Muhammad Darimi Nyak Badai, Pimpinan Dayah Bustanul-‘Aidarussiyyah (BUSAIDA), Desa Leupe, Kec. Jaya, Lamno, Aceh Jaya. “Hana lon teupeu ka mulai Malam Ahad baroe. Tapi na meurumpok deungoe chiet meu bacut, watee geu peu jeulah teuntang pajak dan peusijuek (sSaya tidak mengetahui pengajian sudah mulai malam Minggu kemarin. Namun masih sempat mendengarnya walaupun cuma sebentar, yaitu ketika menjelaskan tentang pajak dan tepung tawari-terj.),” demikian kata beliau kepada mudimesra.com dalam kunjungan pertengahan bulan Agustus lalu.

Sekedar diketahui, Dayah ini termasuk salah satu lembaga pendidikan Islam yang sudah eksis di Aceh Darussalam sebelum berdirinya Dayah Darussalam Labuhan Haji. Dipimpin pertama sekali oleh al-Syaikh H. ‘Aidarus Sulaiman (lahir tahun 1290 H/1871 M, wafat tanggal 2 Ramadhan 1372 H/18 Mei 1953) dan merupakan tempat pendidikan awal hampir seluruh ‘Ulama Lamno sebelum beranjak menuntut ilmu ke berbagai daerah lainnya.

Al-Syaikh H. ‘Aidarus belajar kepada al-Syaikh Ahmad di Tanoh Mirah, Blang Bintang, Aceh Besar. Saat itu, peperangan dengan Belanda masih berkecamuk dan ketika pertama berangkat, beliau menempuh perjalanan kaki menuju Tanoh Mirah, Aceh Besar. Syaikh Ahmad ini sendiri merupakan kakek buyut ke-4 dari salah seorang ‘Ulama kharismatik Aceh, yaitu Abu Ahmad Daud PERTI, Lam Ateuk, Aceh Besar. Selain itu, al-Syaikh H. ‘Aidarus juga pernah berguru kepada Abu di Lambhuk dan Abu di Krueng Kalee. 

Setelah pimpinan pertama wafat, melalui musyawarah para alumninya, Dayah BUSAIDA ini dipercayakan kepada salah seorang anak dari keponakan Abu H. ‘Aidarus, yaitu Abu H. Muhammad Darimi Nyak Badai. Beliau merupakan alumni Dayah BUSAIDA sendiri.
[post_ad]
Abu Nyak Mi, demikian biasa para masyarakat memanggil beliau, dilahirkan pada 21 Januari 1937. Beliau sudah memimpin Dayah BUSAIDA ketika masih berusia 20-an tahun bahkan belum menikah. Barulah ketika usianya memasuki 25 tahun, beliau melangsungkan pernikahan.

Beliau juga pernah ke Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan, yang saat itu masih dipimpin oleh al-Imam al-Mujaddid al-‘Allamah Abuya Muhammad Waly al-Khalidy. Waktu 7 hari yang beliau pergunakan di Darussalam tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk mengambil dan mengharapkan keberkahan dari Abuya Muda Waly. Pada masa itu, beliau juga sempat bertemu dengan al-Fadhil al-Syaikh al-‘Allamah Abon ‘Abdul-‘Aziz MUDI Mesjid Raya Samalanga.

Hubungan beliau dengan al-Syaikh Abon MUDI Mesjid Raya Samalanga juga masih terjalin ketika Abon sudah memimpin LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga. Tepatnya pada tahun 1962, Abu Nyak Mi menetap selama seminggu penuh di LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga dan di pagi harinya, beliau memulai pengajian (peu phoen kitab) Khutbah Kitab al-Mahally dengan Abon Mesjid Raya Samalanga.
Komplek Dayah Bustanul-‘Aidarussiyya, Lamno.

Kesan yang beliau dapati adalah kemampuan Abon dalam menjelaskan kekeliruan pemahaman al-Wahhabiyyah yang selalu membid’ahkan amalan yang telah berkembang di masyarakat, seperti membayar fidyah dan lainnya. Abon terlebih dahulu mengemukakan dalil-dalilnya sekte Wahhabi. Kemudian, Abon menolaknya dengan berbagai hujjah-hujjah yang sangat kuat. Pesan lainnya yang selalu diulang-ulang oleh Abon kepada Abu Nyak Mi adalah agar Abu selalu dalam keadaan beut-seumeubeut (belajar dan mengajar ilmu agama, terj.).
 
Di akhir pertemuan, beliau yang telah dilanda sakit stroke selama sepuluh tahun ini  mengamanahkan kepada para penuntut ilmu pengetahuan agama untuk selalu bersabar dalam menghadapi berbagai tantangan dalam masa belajar. Beliau sendiri masih menyempatkan hadir di majelis ta’lim yang diasuh oleh Aba BUDI setiap Kamis Pagi di Mesjid Sabang, Lamno. Padahal Aba BUDI sendiri adalah murid beliau ketika masih belajar di Dayah BUSAIDA Lamno. Suatu contoh sikap tawadhu’ yang patut diteladani. (Muhammad Fahmi Adhami)