mudimesra.com | Setelah sempat absen selama satu hari karena kegiatan gotong royong di dayah, pada Kamis (23/06/2016), Pengajian Syarah Al-Hikam Bersama Abi MUDI kembali berlanjut dengan membahas Kalam Hikmah ke-28 dari Ibnu 'Athaillah.
 ما اسْتُوْدِعَ في غَيْبِ السَّرائِرِ، ظَهَرَ في شَهادةِ الظَّواهِرِ
"Apa yang tersimpan dalam kegaiban hati, akan teraktualisasikan (termanifestasi) di alam zahir"

Tanda-tanda sesorang memiliki kadar ma’rifah yang tinggi kepada Allah swt terakutualisasi pada kondisi dzahirnya, karena tidak mungkin seseorang yang baik batinnya akan nampak jelek perangainnya, begitu juga sebaliknya.

“Bila batin bagus maka akan bagus pula akhlak zahirnya,” jelas Abi.

Beliau menambahkan, adapun orang yang tasannu' (menampak-nampakkan kebaikan), seolah-olah batinnya baik akan nampak juga keburukannya pada suatu saat. Sepandai-pandai tupai melompat, pasti jatuh juga.  
[post_ad]
Pada kalam hikmah yang ke- 29 Abi membacakan: 

شَتَّانَ بَينَ مَنْ يَسْتَدِلُّ بِهِ أَوْ يَسْتَدِلُّ عَلَيِهِ. المُسْتَدِلُّ بِهِ عَرَفَ الحَقَّ لأَهْلِهِ، فأَثْبَتَ الأَمْرَ مِنْ وُجودِ أَصْلِهِ. وَالاسْتِدْلالُ عَلَيْهِ مِنْ عَدَمِ الوُصولِ إليَهِ. وَإلّا فَمَتى غابَ حَتّى يُسْتَدَلَّ عَلَيْهِ؟! وَمَتى بَعُدَ حَتّى تَكونَ الآثارُ هِيَ الَّتي تُوْصِلُ إلَيْهِ؟

Betapa jauh bedanya antara orang yang berdalil bahwa ‘adanya Allah menunjukan adanya alam’, dengan orang yang berdalil bahwa ‘adanya alam menunjukkan adanya Allah’. orang yang berdalil dengan adanya Allah menunjukkan adanya alam’ itu mengerti betul bahwa kebenaran adalah bagi sang pemilik, sehingga ia menetapkan segala perkara dengan merujuk kepada asalnya (Allah). sedangkan orang yang berdalil adanya alam menunjukkan adanya Allah’ adalah karena ia tidak sampai kepada-Nya. Kapan Allah gaib sehingga diperlukan bukti untuk mengetahui keberadaan-Nya.? Dan bilakah Dia itu jauh, sehingga benda-benda alamlah yang mengantar kita kepada-Nya.

لينفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ: الواصِلونَ إلَيْهِ. مَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ: السّائِرونَ إلَيْهِ

Orang yang mempunyai keluasaan harta hendaklah berderma menurut kemampuannya. Ini ditunjukan kepada mereka yang telah sampai kepada Allah. dan bagi siapa yang masih sempit rizkinya, maka hendaknya ia mendermakan apa yang diberikan Allah kepadanya. Ini ditujukan kepada mereka yang tengah menuju Allah

اهْتَدى الرّاحِلونَ إلَيْهِ بِأَنْوارِ التَّوَجُّهِ، وَالواصِلونَ لَهُمْ أنْوارُ المُواجَهَةِ. فَالأوَّلونَ لِلأنْوارِ، وَهؤلاءِ الأنْوارُ لَهُمْ، لأنَّهُمْ للهِ لا لِشَيءٍ دونَهُ. (قُلِ اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

Orang-orang yang tengah bejalan menuju Allah mendapat petunjuk dengan cahaya Tawajjuh (konsentrasi menghadap Allah), sedangkan orang-orang yang telah sampai kepada Allah mempunyai Anwaar al-Muwajjahah (cahaya yang didapatkan dari berhadapan dengan-Nya).

Kelompok pertama (yang tengah berjalan menuju Allah) adalah milik cahaya (membutuhkan cahaya agar sampai pada tujuan), sedangkan kelompok kedua (yang telah sampai pada Allah) adalah yang memiliki cahaya, sebab mereka itu milik Allah, bukan milik sesuatu selain-Nya.

"Katakanlah: Allah-lah (yang menurunkannya), kemudaian sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka) biarkan mereka bermain-main dalam kesesatan mereka." (Al-An’am:91)

Ikuti kembali pengajian Syarah Al-Hikam Hari ke-18 Ramadhan 1437 H.

Jangan lupa untuk terus mengikuti Pengajian Syarah Al-Hikam bersama Abi MUDI selama bulan Ramadhan, setiap harinya pada pukul 06:00 WIB secara langsung di Livestream pada link berikut:
Kajian Syarah Al-Hikam Bersama Abi Zahrul Fuadi Mubarrak (ABI MUDI)

Download file PDF kitab nya juga supaya bisa ikutan nyimak.
Syarah Hikam Ibn Abbad