mudimesra.com | Rabithah Alumni MUDI Mesjid Raya Samalanga pada Selasa malam dan Rabu pagi, 7-8 Maret 2017, memperingati Haul Tgk. H. Abdul Aziz bin M. Shaleh yang ke-28. Bertempat di komplek Dayah MUDI, acara dipusatkan dalam masjid dan dimulai setelah salat Magrib dengan pembacaan Shamadiah umum untuk alm. Abon Aziz dan seluruh keluarga beliau seperti alm. Tgk. Abi (mertua Abon Aziz), alm. Ummi Hj. Fathimah (Istri Abon), alm. Gure Jalal (saudara ipar Abon Aziz), alm. Abati Athaillah (anak laki-laki Abon Aziz) dan seluruh keluarga-keluarga Abon Aziz lainnya.Acara shamadiah ini sendiri dipimpin oleh Abiya Muhammad Baidhawi H. Mukhtar yang merupakan Wadir III Dayah MUDI dan juga menantu Abu MUDI.

Setelah salat Isya, acara dilanjutkan dengan  dengan pembacaan shalawat dan maulid Diba’, puisi dan Qasidah untuk mengenang Abon Aziz dan ditutup dengan pembacaan Manaqib atau sejarah perjalanan hidup Abon Aziz. Pembacaan Manaqib Abon Aziz dimulai oleh Tu Bulqaini Tanjungan yang juga merupakan murid Abon serta salah satu cucu dari Teungku Abi. Tu banyak bercerita tentang pengalaman beliau bersama Abon dahulu, salah satu cerita Tu Bulqaini bersama Abon dahulu saat beliau kecil adalah bagaimana Abon berulang kali mengingatkan murid-muridnya untuk menjauhi aliran sesat dan selalu menegakkan Ahlussunnah wal Jamaah yang salah satunya adalah melalui Beut-Seumeubeut (belajar dan mengajar) dimanapun kita berada, “Abon begitu semangat jika menceritakan Ahlussunnah wal jamaah dan menolak aliran sesat, bahkan Abon lupa jika beliau sedang sakit jika telah berbicara masalah aliran sesat,” ujar Tu Bulqaini yang juga merupakan pimpinan Dayah Markazul Al-Ishlah Lueng Bata, Banda Aceh dan pencetus Rabithah Thaliban Aceh (RTA).

Kemudian pembacaan Manaqib dilanjutkan oleh Tgk. Nuruzzahri Yahya (Waled Nu Samalanga), beliau juga banyak menguraikan pengalaman-pengalamannya bersama Abon Aziz saat masih menempuh pendidikan di MUDI dahulu. Bahkan Waled Nu sampai menangis saat meceritakan kisah Abon yang sangat mencintai penuntut ilmu, sering kali kata Waled Abon membuatkan kopi untuk murid-muridnya yang mau belajar dengan beliau, Abu di Kuta Krung dan Abu di Lhok Nibong adalah saksi hidup jika mereka pernah minum kopi yang Abon buatkan sendiri dengan tangannya saat hendak masuk kelas. Waled Nu juga sering kali diajak Abon untuk memanaskan air untuk membuat kopi yang Abon siapkan untuk murid-muridnya. Jika bulan Ramadhan tiba, Abon sendiri dibantu Ayahanda Waled menyiapkan sendiri keperluan orang berbuka puasa di masjid. “Demikian lah penghormatan besar Abon dan kecintaannya kepada para penuntut ilmu,” tambah Waled kembali sambil menangis. Bahkan kata Waled, apa yang telah beliau peroleh sekarang ini adalah tidak lain karena didikan dan doa dari Abon Aziz.

Kemudian terakhir,  acara ditutup dengan pembacaan Manaqib Abon dan doa oleh Tgk. Ishak Ahmad atau lebih dikenal dengan Abu Lamkawe, salah seorang murid senior Abon. Abu Lamkawe yang 12 tahun belajar pada Abon menguraikan sejarah hidup Abon dan nasehat-nasehat kehidupan yang banyak beliau peroleh dari Abon Aziz. Abu Lamkawe mengatakan Abon selalu mendidik murid-murid beliau untuk disiplin dan mandiri menurut kemapuan masing-masing, seperti yang dialami oleh Abu sendiri, jika Abon sangat mendukung Abu dalam bertani dan berkebun karena Abon tahu jika Abu suka berkebun bahkan Abon menyediakan lahan di seputaran Dayah MUDI kepada Abu Lamkawe untuk berkebun. “Itulah Abon yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama kepada murid-muridnya tapi juga hal-hal lain seperti cara bermasyrakat dan mencari nafkah. Acara kemudian ditutup dengan pembacaan doa oleh Abu Lamkawe.

Rabu, 8 Maret 2017
Acara berlanjut di Rabu pagi di mana seluruh alumni dan santri kembali berkumpul di dalam masjid tepatnya pukul 09.00. Abu Kuta memimpin Shamadiah untuk Abon yang diikuti oleh seluruh alumni dan juga santri serta dewan guru di Dayah MUDI. Setelah Shamadiah, Abu kuta dengan ditemani Abu Lueng Angen kembali membaca Manaqib Abon Aziz dan berbagai pengalaman yang pernah beliau alami sendiri bersama Abon Aziz. 

Agenda pagi hari tersebut ditutup dengan temu ramah seluruh alumni yang telah hadir di dayah dengan Abu Mudi. Dalam temu ramah tersebut, Abu mengajak seluruh alumni untuk terus memperkuat persatuan dalam ikatan Rabithah Alumni MUDI, terus mensyiarkan Tastafi bersama alumni-alumni dayah lain untuk terus menjaga Alusunnah wal Jamaah melalui Beut-Seumeubeut sebagimana yang selalu diulang-ulang dan diamanahkan oleh Abon Aziz sendiri kepada murud-muridnya dalam berbagai kesempatan. 

Dalam temu ramah tersebut Abu juga mengingatkan jika kita sebagai orang yang mengajar ilmu agama jangan sekali-kali bergantung dengan orang lain terutama pada tiga hal, rumah, kendaraan dan naik haji. Karena dengan tidak bergantung kepada orang lain kita akan bebas dan tidak berutang budi sehingga syiar ilmu agama yang kita bawa tidak akan terganggu dengan balas budi kepada orang tersebut.

Acara kemudian ditutup dengan kenduri bersama seluruh alumni dan para tamu undangan. Semoga dengan mengenang Abon kita sebagai anak cucu beliau bisa mengenal Abon melalui sirah kehidupannya yang banyak telah diceritakan oleh murid-murid beliau dan bisa mempraktekkan pesan-pesan tersebut dalam menjalani kehidupan beragama dan bernegara. Wallahua’lam. (akha)