mudimesra.com | Dalam kalam hikmahnya, Syaikh Ibnu Athaillah As-Sakandari mengatakan:

سبحان من ستر سر الخصوصية بظهور البشرية وظهر بعظمة الربوبية في اظهار العبودية
"Mahasuci Allah yang menyembunyikan rahasia keistimewaan (pada hamba pilihan) dengan nampak sifat kemanusiaan (basyariyyah) dan terlihat keagungan rububiyyah (sifat ketuhanan) dengan nampaknya sifat 'ubudiyyah (penghambaan)." 
Perbandingan antara 'ubudiyyah (penghambaan) dan rububiyyah (ketuhanan) bagaikan masyriq dan maghrib. Semakin seseorang menganggap diri jauh dari rububiyyah, semakin besar ubudiyyah-nya dan penghambaan dirinya kepada Allah. Dijadikan hamba pilihan Allah yang telah mendapatkan keistimewaan dalam keadaan memiliki sifat kemanusiaan seperti butuh kepada makan minum menunjukkan hanya Allah yang layak dinisbahkan sebagai Tuhan yang tidak butuh kepada apapun.

Al-Khususiyyah adalah cahaya Allah yang ditancapkan dalam hati seorang hamba yang dekat denganNya dimana hamba tersebut telah terbebas dari hal-hal yang kaji dan al-aghyar (segalanya yang bukan Allah), ia juga terbebas dunia dan hal-hal tercela yang ada di dalamnya. Mereka juga tidak terlintas ibadahnya kepada syurga karena semua bentuk penghambaan dirinya dipersembahkan untuk Allah semata. Maka Sirrul khususiyyah ini hanya didapatkan oleh manusia-manusia pilihan yang dekat Allah SWT.
[post_ad]
Meski mereka telah diberikan rahasia keistimewaan, mereka tetap memiliki sifat kemanusiaan. Namun sifat kemanusiaan yang pada mereka adalah sifat zatiyyah, sifat-sifat mendasar seperti kebutuhan makan dan minum, bukan hal tercela atau sifat-sifat kemanusiaan yang justeru bertentangan dengan ubudiyyah (penghambaan diri) kepada Allah.

Karamah para Wali dan Sirrul khususiyyah adakalanya ditutup dan disembunyikan. Kalau seandainya karamah para Wali diberikan setiap saat maka hal itu tidak lagi menjadi sesuatu yang istimewa, bagaikan matahari yang terlihat bernilai karena sesekali tidak terlihat akibat tertutup awan dan wanita cantik yang semakin berharga karena tubuhnya ditutupi (ada niqab).

Hakikat nampaknya sifat kemanusiaan adalah dengan dijadikan manusia itu dalam keadaan butuh kepada Allah, jika tidak maka kebesaran dan sifat rububiyyah (sifat ketuhanan) pada Allah menjadi tersembunyi dan tidak nampak. Maka karena itu Sayyidi Abu Hasan As-Syazili mengatakan: "Penghambaan diri kepada Allah adalah permata yang dengan itu menzahirkan Allah bersifat dengan sifat rububiyyah (ketuhanan)." (iqbal_jalil)

(Pengajian Hikam 24 Ramadhan 1438H bersama Abi Zahrul Fuadi Mubarak, di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, kab. Bireuen, Aceh)