BIREUEN - Tujuh dewan guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga telah mengikuti Acara Workshop Falakiah untuk dayah salafiah se Kabupaten Bireuen yang diadakan di Aula Hotel Djarwal, Cureh, Bireuen (19-22 Mei 2014). Ketujuh dewan guru tersebut adalah Tgk. Fatahillah H. Syahrul, Tgk. Bahruddin Ibrahim, Tgk. Mulyadi Hasballah, Tgk. Munawwar Zukifli, Tgk. Muslem Sulaiman, Tgk. Zamzami M. Yusuf dan Tgk. Azhari M. Adam.

Acara yang diselenggarakan oleh Badan Dayah tersebut melibatkan seluruh santri/guru dayah salafiah yang ada di Kabupaten Bireun, diantaranya Dayah MUDI Mesjid Raya, Dayah Ummul Ayman, dan lain-lain. Para peserta yang ikut dalam kegiatan tersebut dibagi menjadi dua angkatan. Angkatan pertama mulai tanggal 19-20, dan angkatan kedua mulai tanggal 21-22.

Acara yang digelar selama empat hari tersebut bertujuan untuk meningkatan pengetahuan tentang ilmu falak bagi santri/guru dayah mengingat ilmu falak sangat jarang sekali dipelajari khusunya di Aceh.

Dalam acara penutupan kemarin yang disampaikan langsung oleh kepala Badan Dayah Kabupaten Bireun, Bapak Saifullah, beliau mengatakan bahwa betapa pentingnya mempelajari ilmu falak bagi para santri. Beliau berujar “Bek sampe tanyo ureung meu kupiah, di peu lhe le ureng yang hana sok kupiah”.

Beliau menambahkan, kenapa hal itu bisa terjadi? Karena para santri yang notabenenya adalah orang yang menjadi “sang pencerah” bagi masyarakat dalam segala bidang, kurang memahami salah satu masalah yang sebenarnya harus dikuasai. Sehingga pada kasus terjadinya pergeseran arah kiblat yang dilakukan ahli falak, akan terjadi dualisme dalam masyarakat. Sebagian masyarakat mendukung dan sebagian lagi tidak.

Bahkan ada yang dengan lantang menganggap perubahan arah kiblat ini sebagai tindakan yang kurang hormat terhadap pengurus masjid sebelumnya.
"Kenapa harus mengubah kiblat? Apakah orang dulu dianggap tidak mampu?" Demikian opini yang kerap muncul di kalangan masyarakat.

Padahal kesalahan terjadi bukan karena masalah ketidakmampuan orang lama, tapi mungkin saja karena setelah penentuan arah kiblat yang benar telah dilakukan oleh pengurus masjid lama, masjidnya tidak langsung dibangun. Maka oleh karena itu, pihak Badan Dayah meminta kepada Pusat untuk mengalokasikan dana ke Kabupaten Bireuen agar dapat diadakannya workshop falakiah. Demikian yang diungkapkan oleh Bapak Saifullah.

Adapun pemateri yang hadir dalam acara tersebut adalah Tgk. Ali Firdaus dari Matang Geulumpang Dua, Abuya Peusangan dan Abu Tanjong Bungong. Sedianya Waled Nuruzzahri, Pimpinan Dayah Ummul Ayman juga menjadi pemateri dalam acara ini, Namun dikarenakan satu dan lain hal, maka beliau tidak sempat hadir. Materi yang dikupas dalam acara ini adalah tentang polemik dalam masalah penentuan arah kiblat, tata cara penentuan arah kiblat berdasarkan berbagai metode, tata cara penentuan awal bulan qamariyah, manfaat mempelajari ilmu falak, dan lain-lain. (azhary)