Suasana pengajian di masjid Mevlana Moské.
Teungku Abdul Qadir Bin Tengku Hasballah atau yang biasa akrab disapa Teungku Qadir adalah merupakan salah satu murid Abon Abdul Aziz di awal tahun 1959. Setelah beberapa tahun menimba ilmu, Teungku Qadir yang lahir di Mns. Cut, Nisam, meninggalkan Dayah MUDI menuju ke Negeri Jiran, Malaysia, karena terkait masalah Gerakan Acheh Merdeka pada tahun 1983. Beliau juga sempat mengikuti latihan militer di Libya pada tahun 1986 hingga menjadi pelatih dan guru agama ketika kembali ke sana untuk kali kedua di tahun 1988. Dikarenakan ancaman keselamatan ketika beliau kembali ke Malaysia, di awal tahun 2004, beliau mendapat suaka politik di Norwegia.

Di tanah Skandinavia, beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam yang diberi nama LPI Achehnese Norway Al Aziziyah. Di pengajian ini tercatat ada 51 anak asal Serambi Mekkah di bawah umur 20 tahun yang sudah terdaftar sebagai santri. Mereka mendapatkan pendidikan agama seperti halnya anak-anak Aceh di balai-balai pengajian di kampung. Hingga saat ini baru ada 4 kelas dimana tiap-tiap murid yang menempati kelas tertentu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Kegiatan Belajar
LPI Achehnese Norway Al Aziziyah memulai kegiatan belajar setelah jam sekolah berakhir pada pukul 16.00 s/d 19.00 setiap hari Selasa, Rabu dan Jum'at. Sementara untuk hari Sabtu dimulai pada pukul 15.00 s/d 19.00. Anak-anak diajarkan Bahasa Arab yang diasuh oleh seorang guru asal Yaman, Ustaz Malik, secara sukarela. Di waktu yang sama, yaitu hari sabtu, Tengku Abdul Qadir mengajarkan kitab-kitab kuning kepada orang dewasa. Setelah selesainya pelajaran anak-anak, kaum laki-laki melanjutkan dengan berbagai kegiatan Islami lainnya seperti pembacaan dalail khairat dan belajar meudikee disaat menjelang bulan Maulid.

Untuk melancarkan kegiatan pengajian tersebut, Tengku Abdul Qadir Hasballah dibantu oleh para murid dari angkatan pertama yang lebih dulu belajar dari beliau. Juga dibantu oleh dua orang wali murid yang bertugas pada hari tertentu secara bergiliran.

Untuk hari Minggu diadakan kelas Bahasa Inggris untuk ana-anak yang diasuh oleh H. Zulkifli Abda asal Peureulak dengan dibantu oleh Hadijah Ramli. Masyarakat di sana menggunakan Bahasa Norwegia sebagai bahasa utama dengan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Di samping belajar bahasa, anak-anak juga mendapatkan pengetahuan tentang sejarah Aceh di hari Minggu. Khusus untuk orang dewasa tetap diadakan pengajian kitab kuning seperti biasa. Semua kegiatan di hari Minggu berlangsung di Balai Kota Gausel Bydelshus dan Masjid Mevlana Moské yang merupakan masjid Turki. Pimpinan masjid tersebut telah memberikan kepercayaan kepada Tengku Abdul Qadir dengan mengangkat beliau sebagai imam kedua di masjid tersebut.


Ada beberapa kelompok masyarakat yang aktif di masjid ini, diantaranya bangsa Turki sendiri, Aceh, Chechen, dan beberapa keluarga muslim asal Sri Lanka. Tetapi hanya warga Aceh saja yang banyak mengisi masjid ini dengan berbagai kegiatan Islami. Tidak hanya kegiatan belajar mengajar tetapi juga perayaaan hari-hari besar seperti Zikir Maulid Nabi di bulan Rabiul awal serta Takziyah kepada ulama Aceh seperti pada hari wafatnya Abu Panton. Sementara bangsa lainnya hanya mengisi masjid dengan shalat berjamaah, shalat dua hari raya dan rapat tahunan. 

Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga pengajar, Tengku Abdul Qadir Hasballah juga telah mengirim dua putrinya untuk mendalami ilmu agama ke Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Keduanya yaitu Mahyuni Abdul Qadir dan Hijrah Abdul Qadir yang telah berada di Dayah MUDI selama setahun lebih. Di samping itu juga telah diadakan ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) pada tahun 2012 yang lalu dengan pergelaran keduanya yang akan diadakan pada 22 Juni 2014 dengan peserta yang mencapai 45 orang.