TAKENGON - Sejak pertama kali diadakan di Banda Aceh pada bulan September tahun 2013, Pengajian Tastafi yang diasuh oleh Al-Fadhil Syekh Hasanoel Bashry atau yang biasa disapa Abu MUDI semakin melebarkan sayapnya. Pada Senin malam (25/08/2014), untuk pertama kalinya Pengajian Tastafi diadakan di Kota Dingin, Takengon.
Pengajian Tastafi di ibukota Aceh Tengah ini diadakan di Balai KMAP (Kesatuan Masyarakat Aceh Pesisir). Organisasi tersebut juga yang pertama kali memprakarsai diadakannya pengajian ini yang merupakan bagian dari acara silaturrahmi KMAP bersama dengan Abu MUDI.
Berbeda dengan suasana Pengajian Tastafi di Banda Aceh dimana Abu memulai pengajian dengan membaca kitab Sirus Salikin, kali ini Abu memulai pengajian dengan mengupas secara terperinci sejarah penulisan kitab dalam paham Ahlussunnah Wal Jama'ah selama 30 menit. Kemudian baru dilanjutkan dengan sesi tanya jawab hingga pengajian ditutup menjelang jam 12 malam.
"Sambutan masyarakat terhadap diadakannya pengajian Tastafi di Takengon cukup positif, terbukti dengan jama'ah yang hadir hingga 300-an, bahkan mereka juga mengharapkan agar kiranya pengajian ini bisa dirutinkan sebulan sekali seperti halnya di Banda Aceh,' ujar Tgk. Muntasir, ketua IAI Al-Aziziyah yang turut hadir dalam pengajian tersebut.
Abu sendiri menyambut positif rencana untuk merutinkan pengajian di Aceh Tengah ini. "Karena setiap awal bulan sudah ada pengajian di Banda Aceh, mungkin untuk Takengon kita bisa adakan pada malam Jum'at di minggu-minggu akhir tiap bulannya,' demikian kata Abu.
Menurut Abu, pengajian Tastafi di Takengon ini sangat penting untuk diadakan mengingat konsentrasi Ahlussunnah Wal Jama'ah yang masih sangat jarang. Abu bahkan menyebutkan untuk di kesempatan kedua nanti agar bisa mengadakan zikir dan juga ijazah thariqat yang bertujuan untuk lebih menyemarakkan gema Aswaja di Tanah Gayo.
Pengajian Tastafi di ibukota Aceh Tengah ini diadakan di Balai KMAP (Kesatuan Masyarakat Aceh Pesisir). Organisasi tersebut juga yang pertama kali memprakarsai diadakannya pengajian ini yang merupakan bagian dari acara silaturrahmi KMAP bersama dengan Abu MUDI.
Berbeda dengan suasana Pengajian Tastafi di Banda Aceh dimana Abu memulai pengajian dengan membaca kitab Sirus Salikin, kali ini Abu memulai pengajian dengan mengupas secara terperinci sejarah penulisan kitab dalam paham Ahlussunnah Wal Jama'ah selama 30 menit. Kemudian baru dilanjutkan dengan sesi tanya jawab hingga pengajian ditutup menjelang jam 12 malam.
"Sambutan masyarakat terhadap diadakannya pengajian Tastafi di Takengon cukup positif, terbukti dengan jama'ah yang hadir hingga 300-an, bahkan mereka juga mengharapkan agar kiranya pengajian ini bisa dirutinkan sebulan sekali seperti halnya di Banda Aceh,' ujar Tgk. Muntasir, ketua IAI Al-Aziziyah yang turut hadir dalam pengajian tersebut.
Abu sendiri menyambut positif rencana untuk merutinkan pengajian di Aceh Tengah ini. "Karena setiap awal bulan sudah ada pengajian di Banda Aceh, mungkin untuk Takengon kita bisa adakan pada malam Jum'at di minggu-minggu akhir tiap bulannya,' demikian kata Abu.
Menurut Abu, pengajian Tastafi di Takengon ini sangat penting untuk diadakan mengingat konsentrasi Ahlussunnah Wal Jama'ah yang masih sangat jarang. Abu bahkan menyebutkan untuk di kesempatan kedua nanti agar bisa mengadakan zikir dan juga ijazah thariqat yang bertujuan untuk lebih menyemarakkan gema Aswaja di Tanah Gayo.
No comments:
Post a Comment