mudimesra.com | Lembaga Pendidikan Islam Dayah Dhiya Ulhaq Al-Aziziyah didirikan pada tahun 2004. Pada awal berdirinya, dayah ini hanya terdiri dari satu unit balai belajar, satu unit balai induk dan 6 unit bilik yang didirikan di atas sepetak tanah pribadi milik pimpinan dayah sekaligus pendiri awal dayah Dhiyaul Haq Al-Aziziyah itu sendiri, yaitu Tgk.Nurdin M.Judon.


Didirikannya dayah Dhiya ulhaq ini tak lain adalah untuk mempersiapkan dan membekali para santri serta masyarakat sekitar agar siap menghadapi terjangan kehidupan dunia dan mampu mempersiapkan amalan kehidupan akhirat berdasarkan ajaran islam yang kaffah. Selain itu, layaknya lembaga pendidikan yang lain, dayah ini juga mengajarkan beberapa kegiatan ekstrakulikuler, seperti mengadakan kegiatan pelatihan bakat berpidato, menulis, bertani, olah raga dan lain-lain.

Makanya tak heran bila keberadaan Dayah Dhiya Ulhaq ini dikatakan sebagai penyempurna kebutuhan nonfisik bagi masyarakat Kecamatan Jeunieb dan sekitarnya.

Riwayat Pendiri
Teungku Nurdin M. Judon lahir di desa Lueng Teungoh kecamatan Jeunieb tanggal 09 Mei 1972. Dalam kalangan masyarakat, beliau lebih dikenal dengan nama Teungku Nas/Abi Nas dan kerap dipanggil dengan nama tersebut.

Teungku Nurdin Judon mempunyai dua saudara kandung laki-laki dan satu saudara kandung perempuan. Teungku Nurdin Judon pernah mengenyam pendidikan formal SD (1979-1985 M) dan SMP (1985 - 1987 M). Setelah itu Teungku Nurdin Judon menekuni pendidikan Islam di Dayah Ma’hadul Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra) di Samalanga (1987-2000 M). Sebelum Teungku Nurdin Judon mendirikan dayah Dhiya Ulhaq Al-Aziziyah, beliau menjabat sebagai Wadir I di dayah Babussalam Al-Aziziyah putra (2001–2003 M.

Teungku Nurdin Judon juga merupakan seorang muballigh yang berintelektual tinggi, semenjak masih menjadi santri dayah MUDI Samalanga, Teungku Nurdin Judon sudah mulai berdakwah ke berbagai kecamatan dan kabupaten di Aceh. Di samping itu, Teungku Nurdin Judon juga pernah menjabat sebagai Anggota DPRK Bireuen periode 2009-2014.

Pendidikan dan Kurikulum
Dayah Dhiya Ulhaq Al-Aziziyah didirikan pada tanggal 24 November 2004 di desa Lueng Teungoh kecamatan Jeunieb. Sebelum berdiri dayah ini, di desa Lueng Teungoh ini sudah ada beberapa balai pengajian sehingga keberadaan dayah di desa ini menjadi tempat belajar lanjutan bagi santri-santri dari beberapa balai pengajian yang ada di daerah sekitar.

Dayah Dhiya Ulhaq Al-Aziziyah menyeleggarakan beberapa tingkatan pendidikan yang dikoordinir oleh para pengurus dayah. Bidang pendidikan itu merliputi:
  1. Ma’had, yaitu belajar membaca dan memahami kitab kuning.
  2. Majlis Ta’lim, yaitu pengajian yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar.
  3. TPA, yaitu pendidikan untuk anak-anak.
Untuk masalah kurikulum, pendidikan dayah Dhiya Ulhaq Al-Aziziyah disusun berdasarkan pedoman kurikulum Badan Dayah provinsi, dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan pengurus bidang pendidikan dayah.

Santri dan Sarana
Santri yang belajar di dayah ini terdiri dari dua kelompok, ada santri yang mondok (meudagang) dan ada pula santri yang hanya mengikuti kegiatan belajar di malam hari saja (santri kalong). Jumlah keseluruhannya mencapai 320 jiwa.

Sedangkan teungku/tenaga pengajar di dayah ini berjumlah 40 orang; terdiri dari lulusan dayah Dhiya Ulhaq sendiri dan ada beberapa guru yang berasal dari dayah-dayah lain di Aceh.

Sarana dan prasarana yang dimiliki dayah Dhiya Ulhaq Al-Aziziyah guna menunjang proses belajar mengajar dianggap sudah memadai walaupun masih sangat minim dan sederhana.

Penguasaan kitab kuning dan retorika bisa dikatakan sebagai program unggulan dayah Dhiya Ulhaq Al-Aziziyah karena mempunyai obsesi untuk mencetak kader-kader ulama yang mumpuni dan unggul dalam bidang ilmu keislaman dan berintelektual dalam masyarakat.