mudimesra.com - Ada yang berbeda pada subuh Jumat ini, tanggal 13 Oktober 2017. Suhu dingin dalam suasana Subuh tidak membuat para santri malas untuk bangun lebih awal. Hampir seluruh santri pada pagi ini sempat melakukan shalat Tahajjud. Mereka pun berebut menduduki saf depan mesjid Poe Teumeureuhom. Hal ini, dikarenakan pengumuman dari Tgk. Baihaqi, wakil ketua Bagian Pendidikan saat waktu Isya kemarin malam, bahwa Abu MUDI, pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga akan memberikan pengajian esok setelah salat Subuh. 

Pengajian dimulai setelah pembacaan surat Al-Kahfi berjamaah yang dibimbing oleh imam shalat Subuh. Santri menunggu sebentar kedatangan Abu MUDI. Berdirinya para santri dari arah belakang masjid adalah tanda bahwa Abu MUDI telah datang. Santri mendengarkan pengajian Abu MUDI dengan khidmat. Tidak ada suara yang lain kecuali suara Abu MUDI saat mengisi pengajian. Tetapi, terkadang kesunyian santri berubah menjadi tawa kecil saat mendengar salah satu surah dari Abu.

"Hal yang terpenting dalam hidup ini adalah belajar, kemudian mengamalkan ilmu, dan jangan menyia-nyiakan waktu selain kepada ilmu dan amal kecuali bila pada yang tidak bisa kita tinggalkan seperti makan seperlunya dan istirahat sejenak,” Abu menjelaskan.

“Sesiapa yang ibadahnya saat kemarin dan hari ini sama maka dia adalah orang-orang yang rugi. Sebagian ulama dulu tidak meninggalkan kesibukan beribadah hanya karena sakit yang ringan. Bahkan, mereka mencari obat dari sakit itu, dengan belajar dan mengajar semampunya. Ulama dulu berkata “Apabila kami sakit, kami tidak mencari obat pada tabib. Terkadang, kami meninggalkan zikir, maka kembalilah penyakit kami," lanjut Al-Mukarram Abu MUDI yang telah membimbing santri MUDI selama 28 tahun terakhir ini.

Abu MUDI menjelaskan bahwa sembuhnya penyakit dengan mencari ilmu disebabkan tingginya derajat ilmu, yaitu karna ilmu adalah pusakanya para nabi. Banyak hal sulit dan pedih yang akan dialami oleh penuntut ilmu. Namun, kesemua derita itu memang harus dialami. Sebab, tidak akan mencapai ketinggian kecuali melalui kesukaran jiwa. Dalam hadis dikatakan “kalau menginginkan melangkah menuju surga maka harus mengerjakan perbuatan yang dibenci oleh jiwa.” Mencari ilmu tidaklah mudah. Jika kamu menganggap pujian layaknya sebiji kurma yang kamu makan maka kamu salah. Abu MUDI memaknai kata ini, bahwa pujian itu tidak mudah didapati. Tidak sama seperti mudahnya memakan sebiji kurma. 

Catatan Pagi di Jumat Bersama yang Mulia Abu MUDI....
Beliau melanjutkan “wajib bagimu tersengat oleh lebah jika menginginkan kelezatan madu”. Maka mencari ilmu harus dengan besungguh sungguh, sabar pada semua rintangannya, ikhlas, dan mengharapkan pertolongan dari Allah SWT. Berkatalah Rabi’ “tidak aku lihat Imam Syafi’i memakan makanan ketika siang dan tidak tidur ketika malam.” Namun demikian, Abu mengingatkan bahwa jangan memaksakan diri pada saat menuntut ilmu supaya tidak datang kebosanan. Terkadang, kesungguhan itu pergi dan tidak mungkin untuk dicari. Maka seorang penuntu ilmu dalam urusan mencari ilmu haruslah sederhana.

Maknanya tuntutlah ilmu dengan giat dan sungguh-sungguh, kemudian amalkan, makan seperlunya, dan istirahat untuk menjaga stamina belajar. Setelah pengajian kitab ini, Abu MUDI menjawab banyak pertanyaan dari santri yang telah ditulis sebelumnya pada secarik kertas. Pada sesi pertanyaan, ada kegembiraan dan kelezatan tersendiri bagi para santri. Hal ini tampak dari raut wajah dan senyum para santri yang terkadang senyum itu berubah menjadi tawa tanpa disengaja. Pengajian berakhir pada pukul 07:45 WIB. Para santri kemudian bersiap-siap untuk mengikuti kegiatan selanjutnya di Dayah MUDI MESRA Samalanga.

Muhammad Fajar As-Tsani

Santriwan kelas V LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga.