mudimesra.com | Pada Rabu pagi (14/03/2018) bertepatan dengan 27 Jumadil Akhir 1439 H, Abu Syaikh H. Hasanoel Bashry H.G  resmi mengkhatamkan kitab Tuhfatul Muhtaj di hadapan ribuan dewan guru, alumni, dan para simpatisan di Mesjid Raya Po Teumeureuhom Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.

Abu MUDI menulis sejarah ini dalam dunia Beut-Seumeubeut dengan keistiqamahan yang beliau warisi dari guru sekaligus mertua beliau, Abon H. Abdul Aziz bin H. Muhammad Shaleh,  dimulai belasan tahun lalu dan berakhir pagi ini di hadapan ribuan muridnya.

Pada pagi hari Rabu tersebut, tidak hanya mengkhatamkan Tuhfah, beliau juga memulai kembali (ibda') kitab tersebut bersama dua kitab lainnya, yaitu Ihya Ulumuddin dan Mawahibul Laduniah Syarah Syamail Muhammadiah.

Di hadapan dewan guru dan juga para alumni yang secara khusus datang untuk mengkhatamkan kitab Tuhfah, Abu menekankan pentingnya persatuan antar sesama dayah, khususnya alumni MUDI. Abu  menyerukan kepada murid-muridnya yang hadir untuk terus mendukung kebaikan di mana pun berada. Kemudian Abu bernostalgia dengan menceritakan kisah beliau bersama Abon Aziz, beliau bercerita jika Abon Aziz sangat berharap agar para alumni dayah harus ada di segala lini kehidupan masyarakat, mulai dari tatanan kehidupan kecil hingga ke tangga kehidupan yang paling besar, mulai dari mengurus masyarakat di desa hingga mengurus pemerintahan dengan sebisa mungkin tentunya.

Karenanya, Abu mengajak masyarakat untuk mendukung alumni dayah secara umum dan MUDI secara khusus untuk terjun ke dunia politik agar Islam yang mati-matian dijaga kemurniannya tidak hanya berada di kalangan dayah saja, tapi juga menyebar ke seluruh pelosok kehidupan sosial masyarakat. Abon Aziz, menurut Abu sangat ingin setiap putaran kehidupan diputar dengan roda keislaman yang pemutarnya adalah alumni dayah sehingga amanah menjaga agama Rasulullah saw. bisa direalisasikan dengan maksimal.

Menindak lanjuti pesan tersirat Abon Aziz, semenjak tahun 2003 Abu MUDI mendirikan IAI Al-Aziziyah, agar lulusan dayah tidak hanya mahir kitab kuning tetapi juga diakui keilmuannya secara akademik dan bisa terjun ke berbagai lini kehidupan termasuk dunia perpolitikan dan pemerintahan. Abu juga mengingatkan, terjun ke dunia politik atau lainnya boleh-boleh saja selama tidak mengganggu semangat Tafqquh fiddin dalam beut semueubeut yang selalu diulang-ulang Abon Aziz kepada murid-muridnya di berbagai kesempatan. Untuk mereka yang punya dayah atau fokus kepada beut-seumeubuet, maka janganlah hal itu ditinggalkan mengingat yang demikian merupakan pekerjaan yang sangat mulia di sisi Allah swt.

Sedangkan mereka alumni dayah yang tidak fokus kepada Tafaqquh fiddin, maka mereka bisa mengabdi kepada agama dan masyarakat dengan jalan lain seperti terjun ke dunia politik dan pemerintahan. Karena pada intinya, hidup kita secara umum dan lebih lagi alumni dayah adalah untuk mengabdi kepada agama dan masyarakat.

Demikianlah sikap kita sebagai alumi dayah, tidak anti dengan politik tapi juga tidak fanatik dengan segala sisinya, kita tidak boleh menjauhinya sehingga tidak ada lagi orang-orang baik di sana dan juga tidak boleh terlalu jauh masuk ke dalamnya sehingga diperbudak oleh kepentingannya.

Abu juga bercerita bahwa dalam menjalankan struktur harian Dayah MUDI, beliau percaya penuh dengan para pembantunya sehingga tidak akan sedikitpun mengintervensi mereka dalam menjalankan peraturan dengan kehendaknya.

Acara kemudian ditutup dengan jamuan makan pagi bersama antara Abu, dewan guru, alumni dan simpatisan. Turut hadir dalam acara Khatam tadi pagi, Wadir 1, 2 dan 3 Dayah MUDI, Ayah Cot Trueng, Ulama muda Waled Cot Meurak, Aba Nisam dan para tokoh masyarakat dari berbagai kalangan. Sebagaimana Allah telah mengumpulkan mereka pada acara dan tempat yang diberkahi tersebut, semoga Allah juga kumpulkan mereka di akhirat kelak bersama Baginda Rasulullah saw. (akha_ibnu_nasir)