Abu bersama dengan Tgk. Murdani. |
Beliau adalah putra dari ulama karismatik kota Langsa, Abu Muhammad Usman Seuriget. Sebelum dipimpin Tgk Murdani, dayah ini sebenarnya telah aktif namun dengan kondisi yang jauh berbeda seperti sekarang dimana telah adanya santri meudagang dan kurikulum kitab yang sampai kitab al-Mahalli.
Abu menyampaikan bahwa sebenarnya masih banyak cabang-cabang MUDI yang sudah aktif pengajiannya namun belum diresmikan. Hal ini karena yang menjadi hal terpenting bagi dayah adalah jalannya pengajian bukan peresmiannya. Abu mengharapkan kepada seluruh lembaga dayah yang tergabung dalam Al-Aziziyah untuk bisa bekerja sama antara sesama alumni MUDI Mesjid Raya yang tergabung dalam kesatuan Al-Aziziyah serta dengan lembaga pendidikan lain demi tercapainya penegakan syariat Islam di bumi Aceh ini.
Selain peresmian dayah, dalam kesempatan yang sama Abu Mudi juga melantik pengurus HUDA Kota Langsa. Abu didampingi oleh Dr. Tgk. Muntasir Abdul Kadir sebagai utusan HUDA Pusat yang membacakan susunan pengurus HUDA Kota Langsa. Pada akhir acara, Abu memberikan tausiah tentang peran santri dalam memasyarakatkan syariat Islam.
Tanya jawab
Selanjutnya Abu Mudi membuka kesempatan tanya jawab dengan masyarakat dan santri dayah. Terlihat masyarakat dan para santri sangat antusias dalam bertanya dimana masyarakat lebih banyak menanyakan hukum fiqh sedangkan para santri lebih ke hal-hal yang bisa menjadi spirit mereka dalam belajar.
Salah satu pertanyaan yang diajukan santri dayah Futuhul Mu’arif adalah “apa pesan almarhum Abon yang paling terkesan bagi Abu Mudi?” Menjawab pertanyaan ini Abu mengatakan bahwa pesan almarhum Abon adalah “beut seumeubeut” (belajar dan mengajar). Selama ada tempat belajar maka jangan pernah berhenti belajar dan juga jangan lupa mengajarkan ilmu yang telah didapatkan kepada orang lain menurut kemampuan masing-masing.
Antusiasme masyarakat yang hadir. |
Sedangkan dalam kegiatan mengajar (semeubeut) Abu telah aktif semenjak menjadi guru di MUDI hingga kemudian menggantikan Abon Abdul Aziz di saat beliau sakit sampai dipilih oleh para alumni untuk memimpin Dayah MUDI setelah wafatnya Abon. Sampai saat ini Abu Mudi masih aktif mengajar dewan guru ba’da shubuh. Kitab yang dikaji adalah Tuhfatul Muhtaj dan Ihya Ulumuddin. Selain itu Abu juga aktif mengajar di luar dayah seperti setiap hari rabu di Al-Bakri Samalanga, di Maqam Syuhada delapan Tambu, Mesjid Jamik Bireun, Mesjid Bereunuen, dan juga di beberapa tempat lain termasuk Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh setiap malam sabtu awal bulan.
Acara ini juga dihadiri oleh para ulama dan teungku-teungku di kota Langsa dan Aceh Timur dan juga dihadiri oleh beberapa pejabat pemerintah Kota Langsa. Acara berlangsung di tengah hujan lebat yang mengguyur kota Langsa, bahkan sempat beberapa waktu listrik padam. Namun hal tersebut tidak mengurangi minat masyarakat untuk hadir di tempat acara, hal ini selain karena popularitas pimpinan dayah Futuhul Mu’arif yang memiliki jamaah pengajian yang ramai di kota Langsa, juga dikarenakan sosialisasi yang sudah dilakukan semenjak beberapa hari terakhir.
No comments:
Post a Comment