mudimesra.com | Dalam Pengajian Hikam special Ramadhan, Wadir I Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Abi Zahrul Mubarak mengupas pembahasan tentang pentingnya mensyukuri nikmat Allah. Berikut kesimpulan dan beberapa catatan tentang kajian kitab Hikam pada hari 2 Ramadhan 1438 H ini:

من لم يشكر النعم فقد تعرض لزوالها فمن شكرها فقد قيدها بعقالها

"Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat maka itu pertanda ia menginginkan hilangnya nikmat, dan barangsiapa yang mensyukuri nikmat itu artinya ia telah mengikat nikmat dengan tali yang kokoh." (Hikam)

Syukur nikmat adalah faktor kekal dan bertambahnya nikmat. Sedangkan kufur atau tidak bersyukur atas nikmat merupakan faktor hilang dan terputusnya nikmat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

لئن شكرتم لأزيدنكم

"Sekiranya kamu bersyukur, maka sungguh Aku tambahkan nikmat itu kepadamu." (Quran)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم

"Sesungguhnya Allah tidak merubah sesuatu yang ada di sisi kaum, kecuali mereka sendiri yang mengubahnya."

Pertanyaan sesuatu itu apa? Apakah kalimat maushul "ما" dalam ayat ini bermakna nasib. Dari berbagai kitab tafsir ternyata kalimat maushul dalam ayat ini diartikan sebagai nikmat dan kemurahan Allah. Artinya bila seorang hamba telah merubah sesuatu yang ada pada dirinya berupa ketaatan kepada Allah dengan mensyukuri nikmat menjadi tidak lagi bersyukur, maka pada saat itu Allah juga merubah sesuatu yang selama ini selalu diberikan kepada hamba yaitu berupa karunia-Nya. Allah akan menghentikan nikmat dari seorang hamba tatkala hamba itu tidak lagi bersyukur akan nikmatNya.

Para Ulama menyebutkan:

الشكر قيد للموجود و صيد للمفقود

"Syukur menjadi pengekang bagi nikmat yang ada dan pemburu bagi nikmat yang belum ada."

Dengan syukur nikmat yang selama ini didapatkan akan terus kekal dan tidak dicabut oleh Allah, bahkan syukur akan menjadi pembuka datangnya nikmat baru. Sementara kufur akan membuat nikmat menjadi hilang dengan tanpa disangka.

من اعطي ولم يشكر سلب ولم يشعر 

"Barangsiapa yang diberikan sesuatu namun tidak bersyukur, maka akan diambil dalam keadaan yang tidak disadarinya."
[post_ad]
Maka karena itu syukur nikmat adalah salah satu hal yang sangat penting. Bahkan syukur merupakan ibadah yang memiliki keistimewaan tersendiri. Dimana ibadah syukur akan langgeng dan masih tetap kekal hingga di syurga. Kalau ibadah lain akan berakhir di dunia, tetapi syukur akan nikmat akan terus kekal dihidupkan oleh Ahli syurga.

Syukur terbagi dalam tiga bentuk, yaitu syukur dengan hati, syukur dengan lisan dan syukur dengan anggota. Syukur dengan hati adalah meyakini setiap nikmat baik yang kita dapatkan maupun yang didapatkan orang lain semuanya berasal dari Allah. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

وما بكم من نعمة فمن الله
"Apa saja nikmat yang diberikan kepada mu adalah dari Allah."

Adapun syukur dengan lidah adalah memuji Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah dan sanjungan lainnya kepada Allah. Salah satu bagian dari syukur dengan lidah adalah tahaddus bin nikmat (membicarakan nikmat), menampakkannya dan menyebarkannya. Dalam Alquran Allah berfirman:

واما بنعمة ربك فحدث
"Dan adapun dengan nikmat tuhanmu, maka bicarakanlah."

Umar bin Abdul Aziz berkata: "Ingatlah nikmat, karena mengingat nikmat adalah bagian dari syukur nikmat."

Selain itu, salah bentuk syukur dengan lidah adalah dengan memuji media atau orang-orang yang menjadi perantara sampainya nikmat Allah seraya mendoakannya. Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Nu'man bin Basyir Rasulullah Saw bersabda:

من لم يشكر القليل لم يشكر الكثير ومن لم يشكر الناس لم يشكر الله
"Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada yang sedikit maka ia tidak bersyukur kepada yang banyak. Barangsiapa yang tidak bersyukur dan berterima kasih kepada manusia, ia tidak akan bersyukur kepada Allah."

Dan dalam hadis yang diriwayatkan Usamah bin Zaid, Rasulullah bersabda:

اشكر الناس لله اشكرهم للناس
"Manusia yang paling bersyukur kepada Allah adalah manusia yang paling berterima kasih kepada sesama manusia."

Adapun syukur dengan anggota adalah dengan menggunakan anggota tubuh beramal shalih dan taat kepada Allah. Diriwayatkan bahwa ketika Nabi melakukan shalat hingga bengkak kakinya, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah apa sebabnya Rasulullah melakukan itu semua padahal Allah sudah menjamin bahwa dosanya diampuni baik masa lalu maupun masa mendatang. Namun Rasulullah berkata, "Tidak bolehkah Aku menjadi hamba yang bersyukur?." Jawaban Rasulullah menunjukkan bahwa mempergunakan anggota tubuh untuk beribadah adalah cara mensyukuri nikmat Allah. (iqbal_jalil)