mudimesra.com | Suatu hari Abu Hanifah melihat seorang anak kecil bermain-main dengan memakai sepatu kayu yang agak tinggi. Abu Hanifah menasehatinya, "hati-hati, Nak, jangan sampai kamu terjatuh."

Mendengar nasehat Abu Hanifah, anak kecil ini balik bertanya, "Bapak Tua siapa namamu?" Maka Abu Hanifah pun menjawab Nu'man bin Tsabit. Anak kecil ini kembali bertanya, "Benarkah Engkau yang digelar Imam A'dham (Imam yang Agung)?" Abu Hanifah mengiyakan, gelar itu sebenarnya tidak disukainya, namun orang-orang memberikannya karena kelulusan ilmu yang dimiliki oleh Abu Hanifah. Anak kecil ini kemudian berkata, "Hati-hati dengan gelarmu, Jangan sampai gelar itu membuatmu tergelincir dalam neraka!"

Nasehat ini ternyata membuat Abu Hanifah menangis. Beliau begitu tergugah dengan nasehat yang begitu berharga ini meski disampaikan oleh anak kecil. Nasehat yang mengingatkan bahwa pujian manusia bisa saja menjadi malapetaka tatkala membuat seseorang terbuai sehingga ia lupa kepada Allah.

Kisah ini sejatinya menjadi renungan bagi kita untuk menerima nasehat yang baik dari siapa saja, apakah itu nasehat orang tua, guru atau anak kecil sekalipun. Jangan sampai karena guru kita memiliki kekurangan kita enggan mendengarkan nasehatnya. Ketahuilah, gurumu bukan Malaikat. Di balik kelebihannya juga banyak kekurangan. Karena itu yang baik ambillah, dan hal yang tidak baik atau syubhat ditinggalkan.

خذ ما صفى ودع ما كدر
"Ambillah sesuatu yang bersih (baik), dan tinggalkanlah sesuatu yang kotor." (MIJ)

[Disampaikan oleh Abi Zahrul Mubarrak dalam Pengajian Hikam Special Ramadhan Hari ke-1 tahun 1439 H]