Abi Asuh Pengajian Rutin Ma'had Aly, Ini Rangkumannya!

mudumesra.com-Abi MUDI kembali mengisi pengajian rutin jum'atan yang diikuti oleh mahasantri semester III (tiga) Ma'had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga setiap pagi jum'at. Berikut poin-poin yang disampaikan oleh Abi MUDI dalam pengajian Mahasantri Ma'had Aly , Jumat (26/7/2019): 

1. Di antara hikmah adanya ayat musyabihat untuk menguji keimanan umat Islam, apakah mereka tetap mengimani Alquran meskipun ada ayat yang tidak mereka pahami maknanya.

2. Dalam teologi Ahlussunnah Waljamaah, terdapat dua aliran dalam memahami ayat musyabihat; Jumhur Ulama salaf lebih memilih cara aman, tidak membicarakannya, tafwidh ma'a at-tanzih, sedangkan kebanyakan Ulama Khalaf memilih cara takwil.

3. Ada lebih dari 200 Ulama Tafsir menempuh jalan takwil dalam memahami ayat mutasyabihat.

4. Ulama Khalaf memilih cara takwil sesuai dengan tuntutan zaman, di mana terjadinya pergeseran cara berpikir umat Islam dan banyaknya beredar pemikiran filsafat barat di tengah-tengah  umat Islam.

5. Pergeseran cara berpikir umat Islam juga dipengaruhi oleh beberapa periode kepemimpinan Dinasti Abbasiyah yang dipegang oleh pemerintahan Mu'tazilah yaitu Al-Makmun, Al-Mu’tashim dan Al-Watsiq.

6. Mengajak kaum Muslimin untuk menahan diri dari berbicara tentang ayat mutasyabihat sebagaimana pada masa ulama Salaf justru akan membuat mereka yang mulai tersentuh pemikiran filsafat menjauh dari manhaj yang benar. Seakan manhaj yang benar tidak mampu menjawab kemusykilan yang berkaitan dengan ayat mutasyabihat. Oleh karena itu mereka lebih memilih thariqah at-takwil.

7. Imam Al-Ghazali memiliki peranan penting dalam meluruskan beberapa kerancuan filsafat barat melalui karyanya Tahafut al-Falasifah

8. Apa yang dilakukan oleh ulama khalaf terkait takwil yang berbeda dengan jumhur ulama salaf sama halnya dengan inovasi yang dilakukan oleh Abu MUDI dengan mendirikan kampus. Di masa Abon Abdul Aziz dulu, santri belum terlalu ramai yang minat kuliah. Namun setelah tahun 2000, banyak santri yang duduk di jenjang akhir (kelas 6) berpikir untuk segera meninggalkan dayah untuk masuk perguruan tinggi. Bahkan sebagian besar dari mereka merupakan santri cerdas yang diharap bisa menjadi guru. Karena itulah, Abu MUDI hadir untuk merespon tuntutan zaman, dengan cara mendirikan kampus di dayah sehingga keinginan sebagian santri memperoleh ijazah formal tercapai tanpa perlu meninggalkan dayah.

9. Di akhir pengajiannya, Abi MUDI menjelaskan filosofi dari logo Ma'had Aly seraya berpesan agar mereka belajar sungguh-sungguh sehingga semangat dan nilai-nilai yang tersirat dari logo ini dapat terpenuhi.

Beberapa Filosofi Logo Ma'had Aly ;

a. Keseluruhan logo membentuk kupiah meukeutub khas Aceh, melambangkan kemuliaan ilmu dan ketinggian derajat orang-orang berilmu.

b. Logo berwarna biru tua yang dalam masyarakat Aceh disebut “ijo ie laot,“ melambangkan kedalaman ilmu sebagaimana dalamnya samudera.

c. Elemen logo terdiri garis-garis dan tulisan yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya dalam keseluruhan logo, melambangkan kerangka berpikir holistik (takamul) dan moderat (tawasuth), yaitu takamul dan tawasuth terhadap sifat universal fiqh al-naza’ir (kulli) dan sifat partikular realitas aktual (juz’i).
 
d. Elemen utama logo disusun dari tulisan “Ma‘had Aly” dalam skrip Arab dengan Khat Kufi Murabba‘ namun digores secara lentur mengikuti bentuk dasar logo, melambangkan karakter kokoh, dinamis dan interaktif. (MIJ)