Manuskrip Abon Abdul Aziz.
Manuskrip Abon Abdul Aziz.
Untuk menjaga dan melestarikan karya Abon Adul Aziz, tim Lajnah Bahtsul Masail Dayah MUDI Mesra menulis kembali manuskrip tua tersebut dalam bentuk digital. Manuskrip ini merupakan catatan Abon yang sebagian besar adalah surat balasan kepada Abuya dari ulama-ulama pada masa itu yang berisi masalah yang sedang hangat dibicarakan seperti masalah kedudukan Presiden RI, demokrasi, dan pemberontakan.

Dari manuskrip ini terlihat bahwa dayah Darussalam Labuhan Haji saat itu memiliki satu majelis fatwa yang bernama Majelis Safinatus Salamah Wannajah yang disingkat dengan Sasawan. Beberapa ulama yang aktif berkoresponden dengan majelis Sasawan tersebut antara lain Syeikh H. Hanafiah (Tgk. Abi), Syeikh Shufi Muhammad Ali Ie Rhob, Syeikh Muhammad Shaleh Jeunieb, Syeikh Ahmad Thayib Samalanga, Syeikh Jalaluddin bin Hanafiyah. Sedangkan beberapa nama yang berada di balik Sasawan saat itu adalah Tgk. Yusuf Alami, Ahmad Dimyathy Anwar, Tgk. Abdul Aziz Samalanga. Dari situ lah Abon Abdul Aziz bisa mengumpulkan surat-surat tersebut untuk disimpan sebagai catatan pribadi.

Surat menyurat yang berlangsung selama tahun 1950-an tersebut dilakukan dalam Bahasa Arab dan juga Bahasa Jawi. Surat dari pihak Labuhan Haji, ada yang ditulis oleh Abuya sendiri dan ada yang yang ditulis oleh murid beliau untuk kemudian mendapat pengesahan dari Abuya Muda Wali.

Selain berisi surat menyurat Abuya dan Majlis Sasawan dengan para ulama lain, manuskrip tersebut juga memuat beberapa risalah-risalah kecil dengan tema khusus seperti masalah kenduri di hari kematian, zikir berjamaah di dalam masjid, perayaan maulid, pengucapan lafadh 'ushalli' dalam shalat, taqlid dan bermazhab, ziarah kubur dan beberapa masalah lain yang saat itu mendapat serangan dan vonis sebagai amalan sesat dan bid`ah oleh Wahabi. Risalah tersebut ada yang merupakan tulisan Abuya dan juga tulisan Abon Abdul Aziz sendiri.

Anggota LBM mengetik kembali manuskrip Abon.
Anggota LBM mengetik kembali manuskrip Abon.
"Membaca isi manuskrip tersebut akan terlihat bagaimana luasnya ilmu dan bacaan Abuya Muda Wali dan para muridnya. Setiap masalah yang diperdebatkan, dibahas dari berbagai sudut ilmu, dan tidak lupa mengkompromikan (hamal) pendapat para ulama yang sekilas terlihat kontradiksi dengan kitab yang lain." ujar Tgk. Mursyidi, ketua LBM MUDI Mesra.

Tim LBM berencana untuk bisa menyelesaikan Tahqiq manuskrip ini sebelum acara Haul Abon ke-25 beberapa bulan ke depan. Rencananya hasil tahqiq ini akan dicetak dalam bentuk kitab agar dapat dibaca oleh kalangan santri dan juga masyarakat umum lainnya.
Abu beserta dewan guru MUDI.
Abu beserta dewan guru MUDI.
Umat Islam sangat beruntung dan mesti bersyukur atas jaminan yang Allah berikan di mana mereka tidak akan bersepakat dalam kesesatan hingga akhir zaman. Kemurnian agama ini akan Allah jaga melalui para Ulama yang menjadi pewaris Rasul. Hal ini berbeda dengan apa yang dialami oleh kaum yahudi dan nasrani dimana mereka hanya mengikuti agama nasrani sebagaimana yang dipahami oleh Paulus, Yahudi dari Tarsus karena mereka tidak lagi mendapatkan ulama yang memilki sanad ilmu (sanad guru) tersambung kepada Nabi Isa ‘Alaihi Salam dan kitab-kitab yang mereka telaah sudah tidak terjamin keasliannya.

Oleh karena itu, kita mesti bersyukur kepada Allah SWT yang telah menghidayahkan ilmu melalui para guru yang bersambung sanad keilmuannya kepada Rasulullah SAW. Mata rantai keilmuan ini sangat penting agar ilmu yang dipelajari dapat dipastikan sumber asalnya dan murni dari Rasulullah SAW. Ibn Abdil Bar meriwayatkan dari Imam Al-Auza’i di mana ia berkata, “Tidaklah hilang ilmu (agama) melainkan dengan hilangnya sanad-sanad.”

Banyak sekali berita dan perkataan yang datang dari imam (tokoh-tokoh ulama) mengenai pentingnya sanad dan anjuran menjaganya. Bahkan mereka menjadikannya sebagai ibadah dan bagian dari din. Abdullah bin Al-Mubarak berkata, “Isnad merupakan bagian dari agama ini. Andai kata bukan karena isnad, pastilah orang akan berkata semau-maunya. Bila dikatakan kepadanya, Siapa yang menceritakan kepadamu?, ia diam kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Sebab ia tidak memiliki sanad yang dengannya ia dapat mengenali keshahihan atau kelemahan suatu berita yang disampaikan.”

Alhamdulillah, ilmu yang dipelajari di Aceh yang umumnya melalui Syaikh Muhammad Wali al-Khalidi bersambung sanadnya hingga kepada Rasulullah SAW. Oleh karena itu, pendidikan agama di dayah ini memiliki keberkahan dan keistimewaan tersendiri. Ilmu yang dipelajari di dayah diyakini bukan merupakan hal yang baru, tetapi semua itu sesuai dengan apa yang diwarisi dari Rasulullah SAW.

Salah satu Pondok Pesantren tertua di Aceh, MUDI Mesra Samalanga telah mulai mengenalkan sanad keilmuan kepada murid-muridnya, sehingga mereka tau siapa guru-guru mereka dan dari mana sumber ilmu yang dipelajari itu. Hal ini nantinya akan menambah keyakinan dan ketekunan para santri di dalam mempelajari ilmu yang disampaikan oleh guru karena hal itu pada hakikatnya adalah ilmu dari Rasulullah SAW.

Berikut ini adalah sanad keilmuan di Pesantren MUDI Mesra yang bersambung kepada Rasulullah SAW,
- Syaikh Hasanul Basri (Pimpinan Pesantren MUDI Mesra sekarang)   
- Syaikh Abdul Aziz Al-Manthiqi
- Syaikh Muhammad Wali al Khalidi
- Syaikh Muhammad Jamil Jaho
- Syaikh Ahmad bin Abdul Lathif al Khatib al Minangkabawi
- Sayyid al Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha al Makki
- Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan
- Syaikh Utsman bin Hasan ad Dimyathi
- Syaikh Abdullah as Syarqawi
- Syamsuddin Muhammad bin Salim al Hafni
- Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Athiyyah al Khulaifi
- Imam Nuruddin Abi Dhiya Ali bin Ali as Subramilsi
- Nuruddin Ali bin Yahya az Ziyadi
- Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Hajar al Makki
- Syaikhul Islam Zakariyya bin Muhammad al Anshari
- al Hafidz Syihabuddin Abil Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar al Asqalani
- al Hafidz Zainuddin Abil Fadhl Abdurrahim bin Husain al Iraqi
- Abil Hasan Ali bin Ibrahim al Aththar ad Damsyiqi
- Imam Muhyiddin Yahya bin Syaraf an Nawawi
- Jamaluddin Abil Hasan Sallar bin Hasan al Irbili
- Muhammad bin Muhammad Shahib asy Syamil shaghir
- Najmuddin Abdul Ghaffar bin Abdurrahim al Quzwaini shahibul Hawi
- Imam Abil Qasim Abdul Karim bin Muhammad ar Rafi`i
- Imam Abu Bakar Muhammad bin Fadhl
- Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yahya an Naisaburi
- Imam Hujjatul Islam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al Ghazali
- Imamul Haramain Abi Ma`ali Abdul Malik
- Rukunul Islam Abi Muhammad Abdullah bin Yusuf al Juwaini
- Imam Abi Bakar Abdullah bin Ahmad al Qaffal al Marwadzi as Shaghir
- Imam Abi Zaid Muhammad bin Ahmad al Marwadzi
- Abi Ishaq Ibrahim bin Muhammad al Marwadzi
- Abil Abbas Ahmad bin Umar bin Suraij
- Imam Abil Qasim Utsman bin Sa`id al Anamathi
- Imamul Kabir Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al Muzanni
- Imamul Aimmah Abu Abdillah Muhammad bin Idris as Syafi`i
- Imam Darul Hijrah Abu Abdillah Malik bin Anas
- Imam Nafi` maula Ibnu Umar
- Imam Abdullah bin Umar bin Khaththab ra.
- Sayyiduna wa Maulana Muhammad SAW.

* Tgk. Mustafa Al-Bayuni via M. Iqbal Jalil.
Majelis Zikir Ad-Daiba'i di Masjid Cunda, Lhokseumawe.
Majelis Zikir Ad-Daiba'i di Masjid Cunda, Lhokseumawe.
Peringatan Maulid di Aceh, selain diadakan dalam bentuk kenduri, juga diisi dengan kegiatan zikir maulid yang di dalamnya berisi sanjungan kepada nabi Muhammad SAW. Bacaan zikir maulid yang telah membumi di Aceh adalah zikir barzanji. Hampir setiap dayah dan balai-balai pengajian di Aceh telah mengajarkan zikir barzanji kepada murid-muridnya. Namun demikian, sebenarnya masih banyak bacaan-bacaan zikir maulid yang lain yang isinya sama-sama untuk mengungkapkan keagungan Rasulullah SAW di samping zikir barzanji.

Untuk tahun ini, salah seorang guru dayah MUDI Mesra yang merupakan alumni Zabid, Yaman, Tgk Sulaiman ingin mempopulerkan bacaan maulid Ad-Daiba’i di Aceh. Beliau mengungkapkan bacaan maulid Ad-Daiba’i memiliki kelebihan tersendiri dan sangat menarik untuk dibaca. Zikir Ad-Daiba’i ini telah begitu terkenal di Yaman dan selalu dibaca pada peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. “Kita berharap bacaan maulid Ad-Daiba’i ini membumi di Aceh, di samping bacaan zikir barzanji”, kata Beliau.

Pada malam peringatan maulid di dayah MUDI Mesra 12 Rabbiul Awal kemarin, sekitar 5000 para santri dan dewan guru begitu antusias membaca zikir Ad-Daiba’i ini. Di sela-sela bacaan kisah Rasulullah yang terkandung dalam bacaan zikir ini, Tgk Sulaiman yang memimpin zikir ini juga menguraikan isi bacaannya sehingga dapat membangkitkan semangat dan rasa cinta kepada Rasulullah. Setelah dimulai di dayah MUDI Mesra yang pada saat itu disiarkan oleh radio Diraja FM, masyarakat mulai menggemari zikir Ad-Daiba’i ini. Terbukti, setelah tampil di MUDI Mesra, Majelis Zikir Ad-Daiba’i ini diundang ke beberapa tempat di Aceh, di antaranya ke Pidie, Lhokseumawe, dan Aceh Timur. “Insyaallah malam Senin ini kita akan mengumandangkan zikir Ad-Daiba’i di Idi, Aceh Timur”, sebut Tgk Khairul Azfar, koordinator Majelis Zikir Ad-Daiba’i.

Bacaan zikir Ad-Daiba’i ini dikarang oleh seorang ulama besar dari Yaman, Al-Hafiz Abi Abdillah Abdul Rahman ibnu Ali ibnu Umar As-Syaibani Az-Zabidi yang masyhur dengan gelar Imam Ibnu Ad-Daiba’i. Imam Ibnu Ad-Daiba’i merupakan seorang ahli hadis dan tarikh. Beliau dilahirkan pada 4 Muharram 866 H di kota Zabid, Yaman Utara. Pada masa kecilnya beliau dididik oleh pamannya Jalaluddin Muhammad ibnu Ismail, Mufti Zabid. Dari pamannya lah beliau mendapatkan ilmu Alquran, ilmu Hadis, ilmu Hisab dan lain-lain.

Pengarangnya yang memiliki sifat yang lemah lembut, tawadhu’ dan shaleh membuat bacaan maulid Ad-Daiba’i ini memiliki keistimewaan tersendiri. Apalagi, Imam Ibnu Ad-Daiba’i sebelum mengarang zikir maulid ini telah membaca Shahih Al-bukhari lebih dari seratus kali dan bahkan pernah mengkhatamkannya dalam enam hari. Untuk santri Dayah MUDI sendiri telah menerima ijazah 'ammah dari seorang ulama sepuh Yaman Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari al-Ahdal dalam kunjungannya pada awal tahun lalu. Beliau sendiri adalah cucu dari pengarang kitab Kawakib ad-Durriyah syarah Mutammimah.

Dengan segenap kelebihan bacaan maulid Ad-daiba’i ini, Tgk Sulaiman berharap bacaan ini dapat membumi di Aceh layaknya bacaan zikir Barzanji. Beliau merasa sedih melihat kenyataan hari ini di mana kedudukan zikir maulid sudah mulai bergeser dari posisi yang sebenarnya. “Zikir maulid saat ini terkesan bagaikan lagu anak-anak, yang hanya dijadikan sebagai lagu dan hiburan saja, di mana saat zikir maulid dibacakan, orang-orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Kita berharap ke depan, zikir maulid harus dibaca dengan seksama dengan penuh rasa khusyu’, karena bacaan zikir ini merupakan sanjungan kepada Rasulullah SAW.” Kata Tgk Sulaiman saat memimpin zikir Ad-Daiba’i di Mesjid Cunda, Lhokseumawe. (M. Iqbal Jalil)
Untuk lebih menertibkan santri dalam melaksanakan wirid ba'da Shalat Jum'at, malam tadi ba'da Maghrib Tgk. Husaini selaku Wakabag Jama'ah Dayah MUDI memberikan beberapa peringatan kepada para santri mengenai wirid tersebut dan juga hal-hal lain yang menjadi tanggung jawab seksi Jama'ah di Dayah MUDI. 

Shalat berjama'ah di Masjid Po Teu Meureuhom.
Shalat berjama'ah di Masjid Po Teu Meureuhom.
Mengenai wirid ba'da shalat Jum'at itu sendiri baru-baru ini telah dibuatkan dalam bentuk selebaran untuk dibagikan kepada para santri. Menurut Tgk. Husaini antusias santri untuk melaksanakan wirid sesuai dengan yang tertulis dalam selebaran tersebut telah mencapai 70 persen yang mana cukup memuaskan.

"Kami menargetkan supaya seluruh santri dan juga dewan guru mau ber-wirid sesuai dengan petunjuk pada selebaran yang telah kami bagikan tersebut." ungkap Tgk. Husaini kepada mudimesra.com.

Pembagian selebaran yang berisi petunjuk wirid ba'da shalat Jum'at yang telah dilakukan sejak awal bulan lalu merupakan instruksi langsung dari Abu MUDI. Sumber yang digunakan dalam penulisan do'a wirid ini diambil dari kitab mu'tabarah seperti I'anah al-Thalibin dan Hasyiah Syarqawi 'ala al-Tahrir.

Klik di sini untuk melihat bacaan wirid setelah shalat Jum'at dari Kabag Jama'ah Dayah MUDI.

Di samping itu, juga diingatkan kepada para santri untuk selalu membawa perlengkapan ketika melaksanakan shalat jum'at seperti siwak, sorban, dan tasbih yang merupakan kewajiban untuk dibawa oleh santri dalam setiap ibadah shalat, juga yasin untuk shalat maghrib dan buku zikir khusus untuk malam jum'at.
Pembacaan do'a bersama dipimpin Tgk. Fatma M. Risyad.
Pembacaan do'a bersama dipimpin Tgk. Fatma M. Risyad.
Hari Minggu kemarin para santriwati di Dayah MUDI Mesra ikut memeriahkan peringatan Hari Maulid dengan mengadakan serangkaian acara berupa Dalail Khairat, Zikir, dan Hifzhil Quran.

Acara dalail diadakan di malam hari ba'da Isya di atas pentas yang berlokasi di depan mushalla komplek putri. Acara ini diisi oleh para santriwati terpilih dari beberapa kabupaten. Seperti halnya di komplek putra, para santriwati ini pun telah menjalani latihan selama beberapa minggu sebelumnya sebagai persiapan untuk mengisi acara perayaan maulid ini.

Pada pagi hari acara maulid ini diisi dengan kegiatan zikir oleh tim yang berbeda. Di samping dalail dan zikir diadakan juga salah satu acara yang baru yaitu Hifzhil Quran yang pertama kali diadakan tahun ini.

"Di samping dalail dan zikir, kami juga mengadakan acara Hifzhil Quran untuk menumbuhkan semangat di kalangan santriwati agar mau menghafal Al-quran." tegas Tgk. Yusra, koordinator acara Maulid komplek putri.

Santriwati berzikir bersama.
Santriwati berzikir bersama.
Dari semula dijadwalkan 11 santriwati yang berencana mengikuti acara Hifzhil Quran, yang jadi tampil hanya 6 orang saja karena waktu yang tidak memungkinkan.
Dalam acara Hifzhil Quran ini koordinator mula-mula membacakan ayat Al-quran kemudian disambung oleh salah satu dari enam peserta. Jika ada kesalahan akan diperbaiki oleh peserta yang lain. Demikian seterusnya hingga semua peserta telah menghafal beberapa juz.



Sudah menjadi agenda tahunan bagi para santriwan di Dayah MUDI untuk menghadiri kenduri Maulid yang diadakan di Masjid Besar Samalanga. Walau harus berjalan kaki kurang lebih 1 km tidak mengurangi semangat santri MUDI untuk bisa ikut menyemarakkan hari kelahiran Baginda Rasulullah SAW ini.

Berikut beberapa gambar yang diabadikan oleh tim mudimesra.com pagi hari tadi.

Santri mulai bergerak meninggalkan komplek dayah jam 8 pagi.
Santri mulai bergerak meninggalkan komplek dayah jam 8 pagi.

Untuk menuju ke Masjid Besar Samalanga para santri harus menempuh jarak 2 km melewati empat desa.
Untuk ke Masjid Besar Samalanga para santri harus melewati empat desa berkisar 1 km.

Tidak terkecuali jembatan Samalanga yang menjadi pintu menuju pusat kota Samalanga.
Tidak terkecuali jembatan Samalanga yang menjadi pintu menuju pusat kota.

Setelah berjalan kaki selama setengah jam, para santri pun tiba di lokasi.
Setelah berjalan kaki selama setengah jam, para santri pun tiba di lokasi.

Hidangan maulid pun tak terelakkan lagi.
Hidangan maulid pun tak terelakkan lagi.

Di saat yang sama, beberapa orang syaikh cilik tetap menghidupkan suasana hari Maulid di Mesjid Po Teu Meureuhom.
Di dayah, beberapa orang syeh tetap menghidupkan suasana hari Maulid dengan terus berzikir.













Zikir Bersama dipimpin oleh Tu Bulqaini.
Zikir Bersama dipimpin oleh Tu Bulqaini.
Tahun ini perayaan maulid di Dayah MUDI berlangsung dalam nuansa yang berbeda. Kalau tahun-tahun sebelumnya malam peringatan kelahiran Rasulullah SAW ini hanya diisi dengan ceramah dari penda'i terkenal yang biasanya juga adalah alumni dari MUDI, kali ini diadakan kegiatan zikir bersama yang dipimpin oleh Tu Bulqaini. Zikir yang dibacakan kali ini pun dalam bentuk yang berbeda yaitu Zikir al-Maulid al-Diba'iy.

"Perayaan maulid kali ini sengaja kami tampilkan dalam format yang berbeda agar dapat lebih melibatkan semua santri dan juga dewan guru, serta kami buat dalam suasana yang lebih formal." ujar Ketua PHBI MUDI Mesra, Tgk Martunis.

Tu Bulqaini memberikan Tausyiah.
Tu Bulqaini memberikan Tausyiah.
Biasanya kegiatan zikir diadakan pagi hari di Mesjid Po Teu Meureuhom hingga menjelang siang hari. Zikir yang dibawakan berupa zikir Barzanji yang telah menjadi tradisi. "Besok pagi rencananya juga akan diadakan kegiatan zikir bersama oleh para santri yang telah dilatih selama beberapa bulan ke belakang ini." tambah Tgk. Martunis.

Termasuk kegiatan rutin lainnya santri Dayah MUDI ketika Hari Maulid adalah menghadiri Masjid Besar Samalanga dalam rangka memenuhi undangan untuk kenduri Maulid yang diadakan oleh pemda setempat yang bekerja sama dengan panitia masjid.

Setelah acara zikir bersama selesai, dilanjutkan dengan tausyiah dari Tu Bulqaini yang diadakan hingga lewat tengah malam. Tu Bulqaini sendiri merupakan putra kelahiran Tanjongan yang juga adalah alumni Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.
Darul Kamal Al-Aziziyyah.
Darul Kamal Al-Aziziyyah.
Dayah MUDI selaku salah satu dayah tertua di Aceh telah melahirkan banyak dayah cabang yang tersebar di Aceh dan juga beberapa wilayah lainnya di Nusantara. Umumnya dayah-dayah cabang ini didirikan oleh para alumni MUDI yang mendirikan dayah sendiri ketika pulang ke kampung halaman mereka, ada juga yang menerima amanah dari masyarakat untuk memimpin dayah-dayah masyarakat.

Untuk kali ini kita akan melihat profil sebuah dayah cabang MUDI yang terletak ratusan kilo meter ke arah barat daya Aceh di Gampong Alue Sungai Pinang Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya. Dayah Darul Kamal Al-Aziziyah pimpinan Ummi Zahrul Husna ini telah didirikan sejak tahun 1996 oleh almarhum suami beliau, Tgk. Kamal yang meninggal di masa konflik.

Dayah Darul Kamal Al-'Aziziyyah ini berjarak 10 km dari kota Blang Pidie yang merupakan ibukota Aceh Barat Daya. Dayah ini memfokuskan pada santri-santri binaannya dan juga anak-anak putus sekolah dengan waktu belajar pada siang maupun malam hari.
Penampakan dari depan.
Penampakan dari depan.

Pimpinan saat ini, Ummi Zahrul Husna, kelahiran 1 Juli 1965 merupakan putri Kiran Baroh, Kecamatan Bandar Dua, Pidie Jaya. Beliau belajar di Dayah MUDI Mesra dari tahun 1980 hingga 1997 saat menerima pinangan Tgk. Kamal dan memutuskan untuk menetap di Blang Pidie.

Dari data awal tahun 2013 yang lalu, jumlah santri yang mondok di Dayah Darul Kamal saat ini berjumlah 50 orang putra dan putri yang berasal dari daerah seputaran dayah dan juga beberapa santri dari Pidie Jaya. Sementara tenaga pengajar berjumlah 11 orang yang sebagian besar merupakan alumni dari dayah Darul Kamal sendiri.

Bangunan mushalla.
Bangunan mushalla.
Salah satu keunikan dayah ini adalah posisi pimpinan yang diisi oleh seorang perempuan, mengenai hal itu Ummi Husna berkata "Sebenarnya saya sendiri tidak berkeinginan untuk mengisi posisi pimpinan karena saya tahu hal ini tidak pantas, hanya saja karena desakan dari orang kantor pemerintah agar saya sendiri yang mengelola dayah yang memang adalah milik pribadi ini, maka saya setuju saja ketika ditunjuk menjadi pimpinan di sini."

Sistem Belajar

Pada mulanya balai pengajian ini khususnya mengajarkan santri laki-laki dan perempuan pada sore hari dengan sistem salaf, yaitu sistem sorogan untuk Al-Quran dan kombinasi sorogan bandongan untuk pengajian kitab kuning. Sekarang ini, prioritas yang diberikan kepada balai pengajian ini adalah untuk belajar di siang hari ba'da Zuhur, sore ba'da A
shar. Selain itu juga disediakan pemondokan bagi santri yang datang dari tempat yang jauh.

Papan nama dayah.
Papan nama dayah.
Jadwal belajar di balai pengajian dilakukan pada siang, sore, dan malam hari sampai pukul 23.00 WIB. Di samping memberikan pelajaran agama Islam melalui kitab kuning juga diadakan kegiatan ektra kurikuler seperti muhadharah dan berbagai macam perlombaan setiap tahunnya untuk meningkatkan kemampuan para santri sekaligus evaluasi belajar mengajar di Dayah Darul Kamal Al-'Aziziyah.
Penyerahan kunci oleh Asisten II Setdakab Pidie Jaya, Fauzi SH.
Dalam rangka Hari Amal Bakti (HAB) Kemenag RI yang ke-68 pada hari Jum'at kemarin, pihak Kemenag Pidie Jaya mengadakan serangkaian acara yang dipusatkan di Kantor Kementrian Agama setempat. Kegiatan ini telah menjadi agenda tahunan dan rutinitas tersendiri pihak Kantor Kementrian Agama di seluruh Indonesia. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk merevitalisasi kembali semangat bekerja keras, ikhlas, dan profesional di kalangan pejabat Kementrian Agama.

Sebagai upaya untuk memotivasi para pejabat Kementrian Agama dalam meningkatkan kinerjanya dalam bertugas mengabdi kepada masyarakat, pihak panitia memberikan hadiah berupa sepeda motor kepada KUA terbaik, KUA terpencil, dan penyuluh teladan. Hadiah ini merupakan suatu bentuk penghargaan kepada mereka yang telah memberikan dedikasi dan pengabdiannya kepada masyarakat, serta kegigihan mereka dalam menjalankan tugas di Kementrian Agama. Diharapkan, mereka yang terpilih dapat menjadi contoh bagi pejabat Kementrian Agama yang lain.

Dalam peringatan Hari Amal Bakti Kemenag RI di Pidie jaya kali ini, KUA Trieng Gadeng terpilih sebagai KUA teladan yang mendapatkan hadiah satu unit sepeda motor. Hadiah yang sama juga diberikan kepada KUA Jangka Buya sebagai KUA daerah terpencil. Adapun penyuluh teladan diberikan kepada Tgk. Mukhlisuddin, MA yang juga guru di dayah MUDI Mesra Samalanga.

Penetapan Tgk Mukhlis sebagai penyuluh teladan bukan tanpa alasan, ini semua karena kinerjanya yang dapat dikatakan gemilang dan seharusnya dapat diikuti oleh pejabat Kementrian Agama yang lain. Beliau telah berhasil mempromosi berbagai program penyuluh di Kemenag Pidie Jaya melalui blog dan media online. Dan saat ini beliau juga menjadi salah seorang perintis majalah Ibda’ di Kemenag Pidie Jaya yang akan terbit pada awal 2014 ini. Guru dayah yang juga dosen STAI Al-Aziziyah ini juga sangat gigih dalam melakukan terobosan-terobasan baru untuk membuat kinerja Kementrian Agama lebih bermanfaat bagi masyarakat. Terpilihnya Tgk. Mukhlis sebagai penyuluh teladan menjadi bukti bahwa lulusan dayah juga dapat diandalkan. Semoga saja beliau dapat memberikan warna tersendiri untuk menyukseskan program Kemenag dalam pengabdiannya kepada masyarakat. (Iqbal_Jalil)
Tertulis dalam beberapa kitab klasik bahwasanya pada setiap tahun diturunkan sebanyak 320.000 macam penyakit atau bala ke muka bumi, kesemuanya itu terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar yang menyebabkan hari Rabu tersebut menjadi lebih berat dibandingkan hari-hari lain sepanjang tahun.

Maka barang siapa yang shalat sunat pada hari Rabu tersebut sebanyak empat raka'at dengan dua kali salam, Insya Allah akan dijauhkan dari bala dan marabahaya serta bencana.


Berikut beberapa foto kegiatan shalat sunat shafar dan do'a tolak bala di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga

Shalat sunat dilaksanakan secara berjama'ah mulai jam 15.00 WIB
Shalat sunat dilaksanakan secara berjama'ah mulai jam 15.00 WIB.

Seluruh santri Dayah MUDI diwajibkan untuk melaksanakan shalat sunat ini.
Seluruh santri Dayah MUDI diwajibkan untuk melaksanakan shalat sunat ini.

Selesai shalat sunat dilanjutkan dengan membaca do'a tolak bala.
Selesai shalat sunat dilanjutkan dengan membaca do'a tolak bala.

Yasin bersama menutup kegiatan rutin di bulan Shafar ini.
Yasin bersama menutup kegiatan rutin di bulan Shafar ini.

Semoga kita semua selamat dari bala dan mara bahaya.
Semoga kita semua selamat dari bala dan marabahaya.