Pengajian kitab Fatawa Hadisiya di Mesjid Poe Teu Meureuhom.
Samalanga - Seiring masuknya bulan Ramadhan pengajian rutin memang telah diliburkan, namun aktivitas belajar mangajar di dayah MUDI Mesra Samalanga tidak pernah sepi. Dalam bulan Ramadhan, Alfadhil Syekh Abu MUDI mengasuh langsung pengajian kitab Fatawa Hadisiyah karangan Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami setelah shalat subuh berjamaah. Sesuai dengan judulnya, kitab ini mengupas permasalahan-permasalah aktual yang terjadi di tengah-tengah umat Islam dilengkapi dengan dalil yang dianalisa secara tahqiq dan tadqiq.

Dalam sela-sela pengajian, Abu sering memberikan nasehat kepada santri dan dewan guru serta berbagi pengalaman beliau bersama Almarhum Abon dan guru-gurunya. Pada pengajian pagi kemarin (12/7/2014), Abu berpesan agar santri dapat berkecimpung dalam berbagai bidang dan mengembangkan ilmu dayah sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. “Tidak mesti semuanya menjadi pimpinan dayah, harus ada sebagian yang mempelajari ekonomi, tekhnologi, dan lain-lain setelah mempelajari ilmu fardhu ‘in di sini.” Demikian kata Abu.

Abu juga tidak pernah melarang santri untuk melanjutkan pendidikan di perkuliahan, bahkan sekarang memang diperlukan ada sebagian santri yang melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dan S3 dengan catatan paradigmanya tidak berubah. Para santri harus senantiasa berpegang kepada manhaj yang telah diwarisi oleh Salafus Shalih khususnya dalam bidang tauhid, fikih dan tasawwuf. Mereka juga harus berhati-hati dengan pemikiran destruktif dari sebagian kalangan yang berpemikiran liberal. Semua ini juga mesti dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu dayah dalam skop yang lebih luas. “Mempelajari ilmu, mengaplikasikannya dalam kehidupan serta mengembangkan seluas mungkin adalah motto yang harus selalu menjadi pegangan kita.” Kata Abu.

Sistem pendidikan terpadu yang Abu prakarsai mulai jenjang Sekolah Dasar hingga ke Perguruan Tinggi bukanlah sesuatu yang baru, tetapi mengembalikan tradisi lama di mana dayah mengajarkan seluruh disiplin ilmu. Dulu pendidikan di Aceh hanya satu yaitu dayah, baru pada masa Belanda terjadi dikotomi antara pendidikan umum dan agama.

Dalam pengajian kemarin, Abu juga mengapresiasi kreatifitas santri yang telah menyiarkan pengajian Abu lewat audio streaming. “Saat mengisi pengajian Tatstafi di Medan, Batam, bahkan di Malaysia, orang-orang di sana mengaku juga mengkuti pengajian Tastafi secara langsung via streaming audio. Perkembangan teknologi memang harus dimanfaatkan agar pengembangan ilmu ini semakin meluas.”