Habib Muhammad bin Shalih Al-‘Aththas merupakan salah seorang Ulama dari Huraidhah Yaman yang juga cucu Ulama besar Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas. Beliau sebelumnya juga sudah pernah melakukan daurahnya di Aceh beberapa bulan yang lalu dan memberikan tausiyah di Mesjid Cunda, Lhokseumawe. Kali ini, beliau mengawali daurahnya ke Aceh dengan berziarah ke Makam Habib Abubakar ba faqih atau yang yang dikenal dengan panggilan Tgk di Anjong, Ulama Yaman yang menyebarkan Islam di Aceh dan makamnya berada di Peulanggahan, Banda Aceh. Pada hari Minggu (3/5/2015), Habib bertolak dari Banda Aceh ke Samalanga untuk bersilaturrahmi ke Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.



Namun sebelum itu, Habib sempat singgah di Panteraja dan bersilaturrahmi ke Dayah Raudhatul Muna Al-Aziziyah yang salah satu Dewan Pimpinannya merupakan Alumni Yaman, Tgk. H. Sulaiman Hasan. Beliau sempat memberikan pesan-pesan penting melalui ceramah singkatnya yang dipusatkan di Mesjid Panteraja setelah shalat Ashar.

Beliau mengingatkan pesan Rasulullah bahwa umat Islam di akhir zaman akan menghadapi tantangan yang berat, ajakan musuh-musuh Islam yang menjauhkan kita dari kemulian dan keagungan Islam, ajakan Yahudi dan Nashara agar kita berbangga dengan budaya dan adat istiadat mereka dimana itu semua akan berujung kepada tercabutnya kemulian Islam sebagimana yang telah digariskan oleh Allah dan Rasulnya dan membuat umat Islam tertimpa berbagai musibah dan marabahaya.

Kita diingatkan supaya selalu waspada dan berhati-hati atas segala tipu daya dan propaganda mereka, yang berusaha setiap saat dan terkadang tidak kita sadari pengaruh mereka telah masuk ke rumah tangga kita masing-masing sehingga kita lupa dari kemulian ajaran Islam. Kita lupa dengan kemulian ajaran yang telah digariskan oleh Nabi Muhammad dan orang-orang mulia, kemudian kita berpindah kepada orang-orang hina yang tidak dipandang oleh Allah Swt, berbangga dengan merek dan mengikuti aturan hidup mereka.

Kita perlu menyadari, andaikan musuh-musuh Islam mengajak kepada sebuah keagungan dan kemulian hidup, haraplah dipahami bahwa kehidupan dunia hanya sesaat, kehidupan dunia begitu singkat, tidak ada nilainya dibandingkan dengan sepersen atau sedikit saja dari apa yang dijanjikan dan telah dipersiapkan kepada orang-orang beriman dan bertaqwa.

Pada dasarnya orang-orang kafir itu meskipun berada dalam kehidupan nikmat, sangat menjajikan dan menggiurkan, namun sebenarnya kehidupan mereka adalah kehidupan yang penuh dengan fatamorgana, kehidupan yang penuh dengan gejolak hati yang tidak menentu karena mereka hidup di atas kegelapan. Kita tau atau tidak, namun demikianlah yang dipastikan oleh Allah Swt dan digambarkan kepada kita tentang kehidupan orang-orang kafir.

Sementara kehidupan orang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt penuh dengan zikir, ketanangan batin dan kesejukan hati sehingga kita dapat melihat bagaimana Para Ulama dan orang-orang shalih yang hidupnya tenang dan penuh ketentraman karena mereka memiliki makrifat kepada Allah Swt dan meyakini bahwa semua anugerah yang diberikan oleh Allah pada dasarnya diarahkan untuk ridha Allah dan untuk menggapai apa yang dijanjikan oleh Allah Swt yang lebih besar di hari akhirat.

Di akhir ceramah Beliau, Habib berpesan agar umat Islam menjaga shalat lima waktu. Dan juga ikut memperhatikan anak, isteri dan keluarga bagaimana shalat mereka. Karena permasalahan shalat adalah pertanyaan pertama kali yang dimintai pertanggungjwaban oleh Allah kelak di hari akhirat. Kalau shalat diterima oleh Allah, maka amalan lain pun akan mudah diterima oleh Allah. Namun kalau shalat ditolak oleh Allah, maka amalan lain pun akan mudah ditolak oleh Allah Swt. Dan persoalan shalat ini adalah wasiat terakhir Rasulullah Saw di saat nafas terakhir beliau sebelum wafat. Maka untuk itu, kita sangat dituntut untuk menjaga wasiat ini dengan baik dengan menggapai kebahagiaan yang abadi di akhirat nanti. (iqbal_jalil)