Apa yang istimewa dari Abi? Ilmunya.

Bukti ilmu sebagai sebuah keistimewaan dari beliau adalah kemampuan beliau untuk menjabarkan dengan sempurna kitab yang belum pernah beliau pelajari dulu sehingga muncul sebuah pertanyaan dari santri pada sesi tanya jawab bebas Pengajian Syarah Al-Hikam hari ke-23 Ramadhan 1437 H tentang bagaimana kiat agar mereka mampu membaca kitab seperti halnya Abi.

“Waktu saya belajar dulu sama seperti kalian juga tidak bisa baca kitab,” timpal Abi terhadap pertanyaan tersebut.

"Mungkin yang berbeda adalah karena adanya Himmah yang tinggi pada diri saya saat itu untuk belajar," Abi melanjutkan cerita masa belajarnya dulu.

Abi selalu teringat akan sebuah perkataan, “Tanyoe ta beut bak droe teuh han jeut, menyoe hana ta meurantoe han jeut ta beut."

Dengan himmah yang kuat, Abi berusaha untuk membuktikan bahwa perkataan tersebut tidaklah benar. Kenapa orang lain yang belajar ke tempat kita berhasil sementara kita tidak? Semua itu adalah karena tidak adanya keyakinan, tanpa himmah seperti itu kita tidak akan pernah berhasil.

Selain itu beliau mengamalkan surah dari gurunya: “Untuk bisa memahami sebuah kitab, kita harus bisa memahami kitab yang orang lain tidak mampu pahami, misalkan kitab Shabban, Jauhar Maknun, Ghayah Usul.”

Abi menceritakan bagaimana dulu beliau mengulang kitab Ghayah Usul pada Waled Cot Meurak, walau tidak sampai tamat mengulang kitab tersebut, cikal bakal tathbiq surah Waled Cot Meurak sudah beliau warisi.
[post_ad]
Himmah yang kuat
Abi menyempatkan waktu untuk mengulang dengan gigih pada saat mengajar kelas, sedangkan pada waktu belajar biasa saja. Bahkan beliau mengaku baru bisa mengikuti pelajaran secara maksimal pada saat kelas 5, sebelum itu beliau tidak sempat mengikuti pelajaran pagi dan siang karena masih diwajibkan bersekolah.

Di antara jasa guru-guru yang masih terkenang di ingatan Abi adalah Waled Jala Krueng Geukuh, Tgk. Manaf Utue, Lem Faisal Sibreh, Tgk. Muhammad Rawa Sigli, Tgk. Ibrahim Cot Meurak, Abon Buni, dan Waled Cot Meurak. Abi mengaku bahwa sebenarnya mengajar di bulan puasa ini merupakan tugas yang sangat berat. Namun beliau memikulnya dengan penuh doa dan Ridha pada Abu sebagai Guru Rohani dan Ayahanda Jasmani. 

Biasanya kalau mengajar kelas malam, Abi mengulang kitab sampai 10 lembar, cukup untuk 3 atau 4 malam. Namun karena bulan Ramadhan maka kitab yang di muthalaah lebih payah, tidak jarang Abi harus muthalaah hingga larut malam. Kadang-kadang harus bolak balik Balee Beton untuk mencari kitab yang dimaksud, untuk satu makna kadang harus membuka beberapa kitab yang berbeda.

Himmah yang luar biasa, hujan deras sudah turun, rahmat Allah swt telah tertuang.
Semoga mendapat keberuntungan bagi “wadah-wadah kecil” yang diletakkan di bumi gersang.
Amin.