mudimesra.com | Pengajian Syarah Al-Hikam Bersama Abi MUDI berlanjut pada hari Selasa (28/06/2016) dengan membahas Kalam Hikmah Ibnu Athaillah yang ke-41 yang menyinggung tentang mata hati manusia. Dua mata zahir yang terdapat pada muka nampak melihat program apa saja, namun mata hati jika buta dia terhijab dari sesuatu yang tidak bisa lepas darinya. Untuk itu Syekh Ibnu At-Thaillah As-Sakandari mengatakan:
العَجَبُ كُلُّ العَجَبِ مِمَّنْ يَهْرُبُ مِمَّنْ لا انْفِكاكَ لَهُ عَنْهُ، وَيَطْلُبُ ما لا بَقاءَ لَهُ مَعَهُ. (فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ(

"Sungguh mengherankan, orang yang lari dari sesuatu yang ia tidak bisa terlepas dari-Nya, dan justru mencari apa yang tidak kekal baginya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tapi mata hati yang berada di dalam dada."

Syekh Ibnu Abbad menuliskan bahwa maksud dengan lari hamba dari Tuhannya adalah mengikuti gonggongan nafsu dan hembusan syahwat. “Lari” merupakan mentalitas orang yang buta mata hati. Dalam bahasa lain di istilahkan “mengambil yang fana meninggalkan yang kekal, menggantikan yang tinggi mengikuti yang rendahan."
 [post_ad]
Kalam Hikmah Ibnu Athaillah yang ke-42
لا تَرْحَلْ مِنْ كَوْنٍ إلى كَوْنٍ فَتَكونَ كَحِمارِ الرَّحى؛ يَسيرُ وَالمَكانُ الَّذي ارْتَحَلَ إلَيْهِ هُوَ الَّذي ارْتَحَلَ عَنْهُ. وَلكِنِ ارْحَلْ مِنْ الأَكْوان إلى المُكَوِّنِ، (وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى)

"Janganlah engkau berpindah dari satu alam ke alam yang lain, karena itu akan membuatmu seperti keledai yang mengitari penggilingan. Keledai itu berjalan menuju ke satu tempat yang ternyata adalah tempat semua ia beranjak. Akan tetapi, pergilah dari alam menuju Sang Maha Pencipta Alam. 'Dan kepada Rabbmulah puncak segala tujuan' An-najm :42"

Bila beribadah dengan semata-mata mencari syurga, takut kepada neraka maka inilah yang di kecam lewat kalam hikmah Syekh Ibnu Athaillah. Beliau mengambil umpama dengan keledai yang berjalan dari situ ke situ. Tidak sampai kepada akhir yang dituju. Selalu bertemu dengan langkah awal. Langkah ketidak pastian akan sampai kepada hadirat Ilahi Rabbi.  

Kelanjutan dari Hikmah ke-42

 وَانْظُرْ إلى قَوْلِهِ - صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - “فَمَنْ كانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَرَسولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَرَسولِهِ، وَمَنْ كانَتْ هِجْرَتُهُ إلى دُنْيا يُصيبُها أو امْرأةٍ يَتَزَوَّجُها فَهِجْرَتُهُ إلى ما هاجَرَ إلَيْهِ”. فافْهَمْ قَوْلَهُ - عَلَيْهِ الصَّلاةُ وَالسَّلامُ - وَتَأمَّلْ هذا الأمْرَ إنْ كُنْتَ ذا فَهْمٍ  
"Apabila engkau belum sanggup berbaik sangka kepada Allah lantaran kesempurnaan sifat-sifat Nya, maka berbaik sangkalah karena pertemanan-Nya bersamamu. Bukankah Dia selalu memberimu sesuatu yang baik-baik? Dan bukankah Dia senantiasa memberimu segala kenikmatan?"

Pada Kalam Hikmah yang ke-43, Ibnu Athaillah berpesan 
 لا تَصْحَبْ مَنْ لا يُنْهِضُكَ حالُهُ وَلا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقالُهُ
"Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu, dan pembicaraannya tidak membimbing ke jalan Allah."

Ikuti kembali pengajian Syarah Al-Hikam Hari ke-23 Ramadhan 1437 H.


Jangan lupa untuk terus mengikuti Pengajian Syarah Al-Hikam bersama Abi MUDI selama bulan Ramadhan, setiap harinya pada pukul 06:00 WIB secara langsung di Livestream pada link berikut:

Download file PDF kitab nya juga supaya bisa ikutan nyimak.