mudimesra.com | PHBI Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga menggelar peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan menghadirkan Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab sebagai pemberi tausiah. Acara yang dilangsungkan pada malam hari itu (13/4/2018) diadakan di dalam komplek putra tepatnya di dalam Masjid Po Teumeurehom. Santriwan dan santriwati yang malam itu diharuskan memakai pakaian serba putih terlihat khidmat mengikuti serangkaian acara yang dilangsungkan. Acara diawali dengan pembacaan Al-Quran, majelis shalawat bersama yang dipandu Group Hadrah MUDI bersama dan diakhiri dengan tausiah.

Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab atau biasa disapa Ayah Sop Jeunieb menjelaskan bahwa Isra’ Mi’raj adalah peristiwa agung yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Sidratul Muntaha. Sebelum terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah SAW dilanda duka sebab meninggalnya dua orang yang berpengaruh dalam perjuangan beliau yaitu Istri tercinta Sayyidah Khadijah RA dan pamannya Abu Thalib sehingga tahun itu dikenal dengan ‘Am al-huzni (tahun duka cita). Isra' Mi’raj adalah peristiwa yang mampu membedakan orang beriman dan orang munafik sebab perjalanan ini berkaitan dengan perkara yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra, menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, apalagi semua itu ditempuh dalam waktu yang sangat singkat. 

Selanjutnya Ayah juga menyampaikan nasihat dari Ibnu Abbas bahwa dunia itu terdiri dari tiga pembagian, yaitu bagian dunia yang diberikan untuk orang kafir, kedua untuk orang munafik dan ketiga untuk orang yang beriman. Orang kafir menjadikan dunia sebagai tujuan dan kesenangan, Munafik menjadikan dunia sebagai penampilan, adapun orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya menjadikan dunia sebagai modal menuju akhirat. Maka kehidupan orang beriman sangatlah berbeda dengan orang kafir dan munafik, sebab segala sarana yang Allah berikan kepadanya membuat dia semakin dekat dengan Zat yang memberikan sarana hidup tersebut. Ayah Jeunieb juga berpesan bahwa dayah merupakan miniatur kehidupan dalam masyarakat. Jika seorang santri sukses menjalani miniatur ini, dan baik juga interaksinya di dayah, maka saat pulang dia akan menjadi manusia yang berhasil. 

Ayah juga berpesan kepada seluruh hadirin untuk senantiasa menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sebuah pemikiran dan perilaku. “Bersufilah di seluruh lini kehidupan, jangan menyempitkan makna sufi hanyalah di masjid, sebab menghidupkan Islam di masjid sangatlah mudah, namun bagaimana agar Islam ini menjadi sebuah pemikiran dan perilaku di seluruh aspek kehidupan manusia, berjuang serta jadilah generasi Islam yang militan. Milikilah pemikiran yang besar, karena aksi dan gerakan yang besar diawali oleh pemikiran yang besar," pesan Ayah. (rizky_ar)