mudimesra.com| Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Tgk. Mustafa bin Muhammad yang berasal dari Lhoek Nibong, Aceh Timur, berhasil mengantongi izin penerbitan kitab Tahqiqan perdananya oleh penerbit Dar al-Dhiya’ di kota Kuwait. Sebagaimana yang diketahui bahwa Dar al-Dhiya’ merupakan penerbit bergengsi yang bertaraf internasional dan tentunya tidak mudah tembus untuk menerbitkan naskah di sana.


Ini merupakan prestasi yang mengagumkan karena satu-satunya santri Aceh dari rahim Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga yang berhasil diterima dan diterbitkan kitab tahqiqannya di penerbit ternama tersebut. Selain itu, kitab tersebut juga akan menjadi salah satu kitab yang akan ditampilkan di pergelaran pameran kitab  Cairo International Book Fair di Mesir pada 24 Januari 2023- 06 Februari 2023.


Kitab yang beliau tahqiq adalah kitab Majmu’ Rasail al-Allamah al-Faqih Isa al-Mannun di bawah bimbingan Syeikh Faisal bin Abdullah Khatib. Beliaulah yang menjadi tempat murajaah dan mentashihkan tulisannya sekaligus pemberi kata pengantar pada kitab tahqiqannya. Tgk. Mustafa Muhammad saat ini aktif di Lajnah Bahsul Masail (LBM) MUDI Mesjid Raya yang menjabat sebagai ketua divisi arsip dan perpustakaan. 


Syeikh Faisal bin Abdullah Khatib merupakan salah satu ulama yang produktif menulis. Di samping itu, beliau juga berprofesi sebagai seorang pengacara dan pebisnis. Beliau saat ini berdomisili di Arab Saudi Timur di provinsi al-Ahsa’. Beliau juga termasuk salah satu keturunan Nabi Muhammad namun tidak disandingkan namanya dengan sayid atau habib sebagaimana umumnya keturunan Nabi di tanah air.


“Awal mula menjalin komunikasi dengan Syeikh Faisal Khatib ketika suatu waktu Aba H. Helmi Imran (Naib Mudir Mahad Aly MUDI saat ini) menyuruh saya untuk mencari kitab tentang karangan Imam Ramli. Kemudian saya mencarikan di internet dan mendapatkannya. Kebetulan penulisnya memilki akun Facebook. Saya menjalin komunikasi lewat media tersebut dan Whatsapp dengan beliau dan akrab. Bermula dari komunikasi tersebut beliau mendorong untuk menyelesaikan tulisan dan memberi motivasi sehingga terbitlah kitab tahqiq di penerbit Dar al-Dhiya’. Beliaulah yang memiliki kontribusi besar di balik pencapaian ini” urai Tgk. Mustafa menjelaskan awal hubungan dan komunikasi dengan Syeikh Faisal bin Abdullah Khatib.


“Kitab yang diterbitkan oleh Dar al-Dhiya’ tersebut bukanlah karangan murni saya, namun hanya berupa tahqiqan saja. Proses tahqiq tersebut berupa pertama sekali menulis ulang sesuai dengan matannya kemudian setelah itu memeriksa dari awal sampai akhir dengan detail kalimat per kalimat” Ujar Tgk Mustafa.


Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kitab tahqiqan yang berjumlah 160 halaman tersebut selama 4 bulan. Beliau menerangkan bahwa dalam mentahqiq kitab tersebut saya harus banyak murajaah karena setiap kalimat itu harus diperiksa apalagi ada nukilan-nukilan tanpa dicantumkan sumber utamanya, maka tugas saya adalah mencari sumber aslinya dan memberi komentar-komentar serta mencantumkan sumbernya.


Sebelum diterima oleh penerbit Dar al-Dhiya’, kitab tahqiq tersebut telah dilirik oleh banyak penerbit lain seperti penerbit Dar al-Shalih Mesir, penerbit Yordania dan penerbit-penerbit lainnya penggiat Mazhab Imam Syafi’i. Berdasarkan penjelasannya, penawaran tersebut muncul saat beliau memposting cover kitab tahqiq tersebut di akun Facebooknya. Kebingungan ini akhirnya beliau utarakan kepada Syeikh Faisal Khatib dan menyarankan untuk mengirim naskah ke penerbit Dar al-Dhiya’ setelah beliau konsultasi dengan pernerbitnya.


Pada saat wawancara beliau juga membagi tips dan trik yang beliau pakai dalam menulis kitab tahqiqan ini. Beliau mengatakan: “Alasan saya memilih kitab tersebut (Majmu’ Rasail al-Allamah al-Faqih Isa al-Mannun) karena pengarangnya sudah terkenal. Kalau seandainya kita menulis kitab sendiri maka kemungkinan besar kurang dilirik apalagi oleh penerbit ternama, karena kualitas keilmuan dan profil kita masih asing dan tidak dikenal”. 


Tgk. Mustafa juga menceritakan sekilas tentang al-Faqih Isa al-Mannun bahwa Syeikh Isa al-Mannun termasuk salah satu alumni al-Azhar dan pernah dicalonkan untuk menjadi rektor di universitas ternama tersebut. Namun, karena beliau bukan asli orang Mesir maka tidak bisa menjabat rektor dan dilantik menjadi Rais ‘Am (ketua umum) pengajian. Syeikh al-Mannun sendiri memiliki halaqah yaitu Ruwaq Syawam.


Saat ini, Tgk Mustafa sedang dalam proses menyelesaikan beberapa tahqiqan kitab lainnya. Namun sayangnya, beliau masih merahasiakan kitab apa saja yang sedang dalam proses tersebut dan akan dicetak di penerbit Dar al-Dhiya’ pula. Insyaallah setelah menandatangani akad kerjasama dengan pihak penerbit. Pada akhir sesi wawancara beliau berpesan kepada seluruh santri untuk selalu giat menulis karena suatu saat pasti akan bermanfaat.


Harapannya ini menjadi sebagai cambuk penyemangat dan motivasi bagi santri-santri MUDI khususnya dan juga santri Aceh umumnya agar lebih giat dalam belajar, muraja’ah dan menulis atau mentahqiq sehingga mampu bersanding di taraf Internasional. (Khalidin)