 |
mudimesra.com | Pengajian Syarah Al-Hikam Bersama Abi MUDI berlanjut pada hari Kamis (30/06/2016) dengan membahas Kalam Hikmah Ibnu Athaillah yang ke-46 yang berbunyi
حُسْنُ الأَعْمالِ نَتائِجُ حُسْنِ الأَحْوالِ، وَحُسْنُ الأَحْوالِ مِنَ التَّحَقُّقِ في مَقاماتِ الإِنْزالِ
"Baiknya amal merupakan hasil dari baiknya ahwal (keadaan spiritual), sedangkan baiknya ahwal muncul setelah menggapai tahap kemapanan spiritual (maqam-maqam)"
Amalan yang bagus merupakan amalan yang sesuai dengan syarat-syarat dan adab-adab dalam menghambakan diri kepada Allah swt.
“Yang dimaksud dengan syarat di sini adalah ilmu Fiqah. Seseorang yang tidak mengetahui syarat berarti dia tidak mengetahui ilmu Fiqah. Jadi untuk melanjutkan sebuah amalan yang bagus harus didasari oleh landasan utama yaitu ilmu Fiqah,” jelas Abi.
Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa ilmu Fiqah mencakup semua amalan karena tanpa Fiqh tidak mungkin seseorang dapat beramal. Seadainya disuruh beramal tanpa ilmu Fiqh pasti dia tidak mampu mengerjakannya. Bilapun sanggup, namun bukan atas dasar ilmu. Mampu diragukan oleh kebimbangan dalam beribadah.
[post_ad]
Dalam pemaparan tentang bagus amal, antara ilmu Fiqh dan ilmu Tasawuf dipadukan oleh Syekh Ibnu Abbad. Buktinya, dalam tulisan beliau setelah seseorang mengerjakan amalan dengan syarat-syarat maka dilanjutkan dengan adab-adab. Adab-adab inilah yang dinamakan dengan ilmu Tasawuf. Lewat adab tersebut ibadah yang dilakukan akan bernilai sempurna.
Bagus beramal para Auliya bukan untuk mendapatkan jatah langsung di dunia dan juga bukan untuk mendapatkan royalti di akhirat. Namun semata-mata untuk mencintai dan mengharapkan Ridha dari Allah swt.
Amalan yang baik merupakan refleksi dari bagusnya ahwal, sedangkan bagus ahwal sendiri merupakan kondisi spritual manusia yang selamat dari penyakit hati dan motivasi dunia. Beribadah bukan untuk menyematkan penyakit hati tetapi untuk melekangkan penyakit hati dalam dada dan juga bukan karena unsur keduniaan.
Amalan yang bagus merupakan amalan yang sesuai dengan syarat-syarat dan adab-adab dalam menghambakan diri kepada Allah swt.
“Yang dimaksud dengan syarat di sini adalah ilmu Fiqah. Seseorang yang tidak mengetahui syarat berarti dia tidak mengetahui ilmu Fiqah. Jadi untuk melanjutkan sebuah amalan yang bagus harus didasari oleh landasan utama yaitu ilmu Fiqah,” jelas Abi.
Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa ilmu Fiqah mencakup semua amalan karena tanpa Fiqh tidak mungkin seseorang dapat beramal. Seadainya disuruh beramal tanpa ilmu Fiqh pasti dia tidak mampu mengerjakannya. Bilapun sanggup, namun bukan atas dasar ilmu. Mampu diragukan oleh kebimbangan dalam beribadah.
[post_ad]
Dalam pemaparan tentang bagus amal, antara ilmu Fiqh dan ilmu Tasawuf dipadukan oleh Syekh Ibnu Abbad. Buktinya, dalam tulisan beliau setelah seseorang mengerjakan amalan dengan syarat-syarat maka dilanjutkan dengan adab-adab. Adab-adab inilah yang dinamakan dengan ilmu Tasawuf. Lewat adab tersebut ibadah yang dilakukan akan bernilai sempurna.
Bagus beramal para Auliya bukan untuk mendapatkan jatah langsung di dunia dan juga bukan untuk mendapatkan royalti di akhirat. Namun semata-mata untuk mencintai dan mengharapkan Ridha dari Allah swt.
Amalan yang baik merupakan refleksi dari bagusnya ahwal, sedangkan bagus ahwal sendiri merupakan kondisi spritual manusia yang selamat dari penyakit hati dan motivasi dunia. Beribadah bukan untuk menyematkan penyakit hati tetapi untuk melekangkan penyakit hati dalam dada dan juga bukan karena unsur keduniaan.
Ikuti kembali pengajian Syarah Al-Hikam Hari ke-25 Ramadhan 1437 H.
Jangan lupa untuk terus mengikuti Pengajian Syarah Al-Hikam bersama Abi MUDI selama bulan Ramadhan, setiap harinya pada pukul 06:00 WIB secara langsung di Livestream pada link berikut:
Download file PDF kitab nya juga supaya bisa ikutan nyimak.
No comments:
Post a Comment