Oleh: Tgk. M. Iqbal Jalil

Ribuan warga Banda Aceh memenuhi Mesjid Raya Baiturrahman untuk mengikuti pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fiqih (Tastafi) setiap malam Sabtu awal bulan. Pengajian yang diasuh oleh salah seorang Ulama Kharismatik Aceh, Al-Fadhil Syekh Abu MUDI ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat kota Banda Aceh. Sebelumnya, pengajian ini diadakan di Meunasah Al-latief Kampong Baro, tepat di belakang Mesjid Raya Baiturrahman. Namun mengingat jumlah jamaah pengajian yang semakin meningkat, tempat ini tidak muat lagi menampung jamaah dan terpaksa harus dipindahkan ke Mesjid Raya Baiturrahman. Pemindahan lokasi ini membuat pengajian Tastafi semakin mudah terjangkau dan semakin ramai jamaahnya.

Namun demikian, tentunya kita tidak boleh melupakan sosok yang merintis adanya pengajian Tastafi di Kota Banda Aceh ini. Berkat kegigihan, semangat, dan keikhlasannya, warga Banda Aceh mendapatkan satu wadah untuk menambah khazanah keilmuan dan tempat mencari solusi dari berbagai problematika yang muncul di tengah-tengah umat Islam. Setelah sekian lama masyarakat menunggu adanya pengajian secara reguler dari Ulama dayah Aceh di Mesjid Raya Baiturrahman, baru kali ini pengajian ini terwujud.

Tgk. Marwan Yusuf (kedua dari kanan), bersama jamaah Pengajian Tastafi.
Barangkali banyak di antara kita yang menyangka bahwa pengajian Tastafi di Banda Aceh dirintis oleh seorang pengusaha yang memiliki kemapanan finansial atau seorang alumni dayah yang telah memiliki pengaruh di kalangan pemerintahan. Anggapan seperti itu wajar-wajar saja, mengingat usaha ini bukan perkara yang mudah karena harus menghadapi berbagai kendala dan kesiapan dari berbagai segi. Akan tetapi anggapan ini ternyata salah, pengajian Tastafi dirintis oleh seorang pemuda yang sederhana yang pekerjaan sehari-harinya sebagai seorang penjahit di kawasan kampong baru Banda Aceh. Beliau adalah Tgk Marwan Yusuf, pria kelahiran Luengputu 1979 yang telah menetap di Banda Aceh semenjak tahun 1996.

Pada tahun 2011, Tgk Marwan ditunjuk sebagai pengurus meunasah kota oleh para pedagang di kawasan kampong baru. Pada saat itu ia langsung melakukan berbagai terobosan dengan mengaktifkan majelis ta’lim, pengajian Alquran, TPA dan program keagamaan lainnya. Kemudian pada tahun 2013, ia mengajak beberapa orang pemuda dan pedagang di kawasan Kampung Baru untuk mengundang Abu MUDI ke Banda Aceh dalam rangka pengajian Tastafi.

Saat itu, ide Tgk Marwan secara spontanitas disambut gembira oleh berbagai kalangan di Banda Aceh karena sebenarnya juga merindukan adanya pengajian ini, namun tidak ada pihak yang memprakarsainya. Tgk Marwan bersama beberapa pemuda lainnya mulai mencari donasi dari para pedagang dan berbagai kalangan sekaligus mempublikasi pengajian ini lewat jejaring sosial, surat kabar, dan spanduk. Akhirnya pengajian perdana di Meunasah Al-latief berjalan lancar.

Setelah berjalan beberapa bulan, pengajian ini semakin diminati dan Meunasah Al-latief tidak memungkinkan lagi untuk menampung animo warga Banda Aceh yang ingin mengikuti pengajian secara langsung kepada Abu MUDI yang juga Ketua HUDA saat ini. Oleh karena itu, pihak panitia mencari tempat alternatif lain yaitu Mesjid Raya Baiturrahman. Tentu saja, hal ini disambut gembira oleh berbagai kalangan termasuk Pemerintah Aceh. “Ini adalah momentum untuk memperbaiki moralitas bangsa”. kata Wagub Aceh saat pengajian Tastafi perdana di Mesjid Raya.

Demikianlah awal mula adanya pengajian Tastafi di Mesjid Raya yang diprakarsai oleh sosok sederhana. Semoga saja hal ini dapat menginspirasi generasi muda untuk memiliki semangat dan keyakinan yang tinggi dalam berkarya. Pekerjaan besar tidak mesti dikerjakan oleh tokoh-tokoh besar, tetapi hal itu dapat saja muncul dari sosok sederhana tapi memiliki visi yang besar dan keyakinan yang tinggi. Perlu disadari, dakwah tidak mesti dengan berceramah, memfasilitasi atau memberikan donasi untuk kelancaran kegiatan dakwah juga bagian dari dakwah itu sendiri. Semoga saja kita menjadi bagian dari pelaku kebaikan sesuai kapasitas masing-masing.
Tgk. Rusli (sebelah kiri Abu), di depan pamflet dayah.
Senin (29/04/2014) Abu berada di Idi Rayeuk, Aceh Timur, untuk meresmikan Dayah Kaukabul Mudhi'ah yang merupakan cabang ke-178 dari Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.

Abu tiba di lokasi Dayah Kaukabul Mudhi'ah menjelang siang hari. Setelah istirahat dan shalat zuhur Abu memberikan taushiah sekaligus ijazah Thariqat Naqsyabandiah. Sebelumnya dijadwalkan juga untuk langsung mengadakan tawajjuh perdana, namun tidak jadi diadakan karena kondisi tidak memungkinkan. "Setelah tausiah dan ijazah yang memakan waktu cukup lama, kondisi sudah tidak memungkinkan untuk tawajjuh karena kelelahan." ujar Abu MUDI mengenai pembatalan jadwal tawajjuh tersebut.

Dayah Kaukabul Mudhi'ah ini telah mulai aktif sejak tahun 2012 lalu dan mengalami pasang surut dalam jumlah santri. "Hanya dengan tiga orang guru tetap, jumlah santri yang belajar di dayah ini berkisar 40 orang saja." ungkap Tgk. Rusli Muhammad Daud, pimpinan dayah tersebut.

Abu memberikan Tausiah sekaligus ijazah tariqat Naqsyabandiah.
Beliau sendiri adalah salah satu alumni Dayah MUDI Mesra yang telah berkeluarga ke Idi Rayeuk sejak tahun 2009. Selama ini dayah tersebut kebanyakan hanya mengkaji kitab-kitab jawi dengan Matan Taqrib sebagai satu-satunya kitab berbahasa Arab. Hanya saja, menurut Tgk. Rusli dalam waktu dekat direncanakan untuk bisa menambah kurikulam pelajaran dengan kitab Al-Bajuri.

Jadwal belajar sendiri hanya diadakan pada waktu malam. Sebelumnya juga diadakan jam belajar pada waktu pagi yang rencananya akan kembali diaktifkan menyusul peresmian dayah ini oleh Abu kemarin. Bahkan sebagai target jangka panjang, Tgk. Rusli menargetkan untuk bisa membuka TPA pada siang hari bagi anak-anak di sekitar dayah.
Lhokseumawe Bershalawat yang bertema “Menuju mahabbah Rasulullah Saw” bersama Majelis Zikir dan Shalawat Zikra Al-Hasani LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga yang digelar di Dayah Safinatussalamah Gampong Blang Panyang Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe pada Sabtu atau Malam Minggu, 26 April 2014 berlangsung khidmat.

Majelis Zikir dan Shalawat Zikra Al-Hasani di Dayah Safinatussalamah
Acara dimulai dengan Shalat berjama’ah, setelahnya dibuka oleh yang mulia Tgk. H. Zulkarnain Junaid, dalam pembukaannya Ayah, begitu sapaan akrab pimpinan Dayah Safinatussalamah mengungungkapkan rasa terimakasih kepada semua undangan dan jama’ah yang telah berhadir. “Malam ini kita membacakan shalawat dan berkhidmat kepada sang baginda Rasulullah Saw sebagai rasa cinta kita kepada beliau. Dengan sebab adanya beliau kita hadir sebagai hamba yang beriman. Dengan sebab  kemegahan dan keagungan Nabi Muhammad Saw kita menjadi hamba yang mulia” demikian kutipan dari sepatah kata dari Ayah.

Setelahnya dilanjutkan Shalawat dan pembacaan Qiraatil Maulid bersama-sama dan diakhir acara pemberian tausiah oleh Tgk. H. Sulaiman Hasan, Guru seniar Dayah Mudi, Alumni Darul Munawwarah Kuta Krueng, beliau juga pernah belajar dan mengajar di Ribath al-Idrisi Baitul Ahdal, Zabid Yaman Utara. Dalam tausiahnya Tgk. Pante (nama sapaan/asal beliau) kiat-kiat menuju mahabbah Rasulullah Saw.” Setelah Allah menciptakan kita, maka sebagai bentuk kesempurnaan kasih sayangnya, kemudian Allah mengatur dan menjaga  dengan menetapkan berbagai hukum dan aturan hidup demi suatu kemaslahatan, manfaat dan rahmah yang kembali kepada kita, bukan kepada Allah. Kemudian  Allah mengutuskan seorang Rasul sebagai penerjemah aturan hidup dan hukum yang telah di tetapkan sehingga rahmatan lil ‘alamin benar-benar terwujud dan nyata. Karena demikianlah kita wajib mengikuti Rasullah SAW”.  Dengan mengikuti beliau berarti kita telah mengikuti Allah sang maha pencipta. Dan juga dengan mengikuti beliau berarti kita hidup selalu dalam rahmah karena beliau di utuskan untuk membawa rahmah. Wama arsalnaka illa rahmatal lil alamin.  Sebaliknya, jika kita tidak mengikutinya berarti kita tidak ingin hidup dalam rahmah dan ingin hidup dalam keadaan susah dan dalam penderitaan. Demikian kata Tgk. Pante yang beliau sampaikan dengan panjang lebar

Panitia acara yang  mempersiapkan mushallalla untuk kaum laki-laki sedangkan lapangan disediakan untuk kaum ibu-ibu nampak penuh disesaki masyarakat yang berasal dari seputaran lhokseumawe dan sekitarnya, Pengurus Remaja Mesjid Besar Cundadan sejumlah Alumni dayah juga ikut menikmati perayaan malam cinta Rasul ini. Hadir juga tokoh masyarakat dan warga dari Kecamatan Dewantara sepaerti Tgk. H. Syamsul Bahri adik kandung dari Abu Mudi dan sejumlah pengurus besar Mesjid Bujang Salim Krueng Geukueh begitu juga dari seputaran Nisam. (Da’u Nii)
Abu MUDI di Zawiyah Al-Asyi.
Sebuah pengajian warga Aceh di Malaysia akhirnya diresmikan oleh Abu MUDI dan diberi nama Pengajian Tastafi Al-Aziziyah pada Selasa Malam (22/4/2014). Pengajian ini diadakan di Zawiyah Al-Asyi, tempat perkumpulan warga Aceh di kawasan Kajang, Selangor, Malaysia. Pengajian ini telah berlangsung selama dua tahun yang dipimpin oleh Ustaz Husni Harun, alumni Darussalamah Al-Aziziyah yang kini menjadi salah seorang dosen di German Malaysia Institut (GMI) dan penceramah di Malaysia.

Pengajian ini sendiri digagaskan saat rapat perayaan maulid tahun 2012 sebagai ajang untuk mempererat persaudaraan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan agama. Pada saat itu Abu MUDI dan tim zikir Maulid diundang untuk mengisi perayaan maulid di tempat ini. Pengajian ini diadakan secara reguler setiap selasa malam dan kamis malam.

Sabiran Abubakar, salah seorang Mahasiswa Aceh di sana mengungkapkan bahwa yang menjadi peserta pengajian ini adalah warga Aceh dan Mahasiswa Aceh di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) yang bernaung di bawah Badan Kebajikan Mahasiswa Aceh (Bakadma). Selain itu, pengajian ini juga dihadiri oleh mahasiswa dari German Malaysia Institut (GMI) dan Tokoh Aceh Malaysia seperti H. Nasir, H. Mansur dan lain-lain.

DR. Muhammad Sabri, Dosen GMI dalam sambutannya selaku dewan Pembina pengajian ini memaparkan bahwa pengajian kitab jawi ini adalah warisan endatu yang patut dilestarikan. “Dalam kitab jawi klasik ini terdapat banyak khazanah ilmu, tidak hanya tentang kajian keislaman, tetapi juga di bidang teknologi yang saya tekuni.” Papar beliau selaku pakar teknik mesin yang telah menyelesaikan program master di Jerman dan doktoral di UKM, Malaysia.

Ustaz Husni Harun menjelaskan pentingnya pendidikan agama yang berlandaskan kepada ahlussunnah waljamaah dalam bidang aqidah dan mazhab empat dalam bidang fikih. Menurut beliau, dalam hal ini kitab klasik menawarkan bahasa yang sederhana dan logika pembahasan yang mudah dipelajari.

Tausiah Abu MUDI semalam menekankan pentingnya belajar ilmu kepada seorang guru. Dalam hal ini Abu mengutip ayat Alquran “Maka bertanyalah kepada Ahluz zikri (ulama), jika kamu tidak mengetahui. Di samping itu, Abu juga menjelaskan bahwa saat ini pendidikan lewat jalur akademik juga diperlukan untuk menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, saat ini Yayasan Al-Aziziyah telah mengelola pendidikan Islam dari TK hingga Perguruan Tinggi.

Pengajian ini sendiri disponsori oleh Pengusaha sukses di Malaysia, Tgk Mukhtar Abdullah yang akrab disapa Cek Tar asal Samalanga dan Tgk Musra dari Bireun. Tempat pengajian ini merupakan waqaf dari Tuan Haji Harahap, pengusaha kaya Malaysia.
Pimpinan Dayah MUDI Mesra Samalanga, Syekh Hasanoel Basri HG yang akrab disapa Abu MUDI akan mengisi Pengajian Tasawuf, Tauhid, dan Fiqih (Tastafi) di Kajang, Malaysia. Pengajian ini diadakan nanti malam (22/4/2014) pukul 20.30 di Zawiyah Al-Asyi, tepatnya di Jalan Reko, Wan Frozen, Kajang Malaysia. Pengajian ini diadakan oleh paguyuban Masyarakat Aceh yang berdomisili di wilayah Kajang dan sekitarnya.

Zawiyah Al-Asyi merupakan satu tempat perkumpulan orang Aceh di sana yang kebetulan berdekatan dengan Kampus Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Masyarakat Aceh yang berdomisili di sana termasuk mahasiswa Aceh yang menjalani perkuliahan di UKM sering mengadakan berbagai kegiatan di tempat ini. Pada tahun yang lalu, grup zikir Maulid dari Dayah MUDI Mesra juga mendapat undangan untuk memeriahkan perayaan maulid bersama ribuan masyarakat Aceh-Melayu di lokasi ini.

Masyarakat Aceh di Malaysia telah lama menanti pengajian bersama Abu MUDI dan beruntung mereka dapat memanfaatkan moment perjalanan Abu ke Malaysia kali ini. Abu MUDI berangkat ke Malaysia pada hari Sabtu (19/4/2014) via Bandara Sultan Iskandar Muda untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Alhamdulillah kemarin Ulama kharismatik Aceh yang baru saja dinobatkan sebagai ketua HUDA ini telah menjalani pemeriksaan di Homeone Heal Thcare Center Classic Hemeopathi and Phisiotherrapi di Setiawan, Perak, Malaysia.

Dalam perjalanan ke Malaysia kali ini Abu MUDI didampingi oleh Tgk. Muntasir A. Kadir, Ketua STAI Al-Aziziyah yang juga sedang menjalani Program Doktoral di Universitas Kebangsaan Malaysia dan Tgk Sulaiman, salah seorang guru senior di Dayah MUDI Mesra Samalanga. Menurut informasi, besok Abu MUDI akan kembali ke Aceh.
Oleh: Tgk. M. Iqbal Jalil

Masyarakat dihebohkan dengan pemberitaan di beberapa Fans Page Facebook tentang kisruh antara Ulama dan Umara menyangkut izin operasional Hotel Hermes dalam suatu rapat di Kantor MPU Aceh hari ini (21/4/2014). Dalam berita itu disebutkan bahwa Abu MUDI selaku ketua HUDA sempat bersitegang dengan Wali Nanggroe karena tidak tegas dalam merespon instruksi Ulama untuk menutup izin operasional hotel tersebut. Info ini langsung menimbulkan komentar beragam dari masyarakat yang umumnya berisi cacian kepada Pemerintah.

Abu di Malaysia bersama Tgk. Mun dan Nek Man.
Namun, ternyata berita ini sama sekali tidak benar, karena saat ini Abu MUDI sedang berada di Malaysia untuk berobat. "Itu hanya propaganda untuk mengadu domba HUDA dengan pelaksana pemerintahan Aceh sekarang." ujar Abu MUDI dalam komunikasi dengan mudimesra.com.

Abu berangkat ke Malaysia pada hari Sabtu (19/4/2014) via Bandara Sultan Iskandar Muda ke LCCT Kuala Lumpur. Hari ini Abu MUDI menjalani perawatan di Homeone Healthcare Center Classic Homeopathy and Physiotherapy di Setiawan, Perak, Malaysia. Kita berharap Abu diberi kesembuhan oleh Allah dan terlepas dari segala fitnah yang mencoba menjelekkan nama Beliau.

Klarifikasi terhadap pemberitaan ini juga disampaikan oleh Tgk. Muslem Hamdani, S.Sos.I, staf khusus Wakil Ketua MPU Aceh di mana berita itu tidak benar, apalagi saat ini Abu MUDI sedang berada di Malaysia dan Ketua MPU Aceh juga sedang berada di Jakarta. Kita berharap semoga saja masyarakat tidak terprovokasi dengan pemberitaan yang tidak bertanggung jawab dari pihak-pihak yang ingin mengadu domba antara Pemerintah dan Ulama. Semoga saja semua pihak komit untuk menjalankan syariat Islam di Aceh dengan cara yang santun, bukan dengan bentuk provokasi.

Samalanga - Dalam dua hari ini panitia Majelis Zikir dan Shalawat Zikra al-Hasani LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga tengah mempersiapkan berbagai persiapan untuk menghadiri undangan Zikir dan shalawat serta Tausiah ke dua tempat di Pidie Jaya, yakni di Dayah Babul ‘Ilmi Gampong  Kiran Jangka Buya dan Dayah Tautiatul Tarbiyah Gampong Puuk Pante Raja. Persiapan yang dilakukan panitia meliputi bahan bacaan yang diketik serta terjemahan zikir yang meliputi al-barzanji, ad-Diba’i, Syimthud-Dhurar, Dhialul-Lami’, Syaraful-Anam, Zikir Al-Waliyah, Qasiqah dan Syair Islami lainnya.

Kesemua itu merupakan sebahagian kitab maulid yang mengisahkan qisas Rasulullah Saw mulai dari alam nur sampai beliau wafat. “Karena metode yang kita gunakan menampilkan teks bacaan melalui projektor maka harus punya bahan yang siap dipublikasi melalui power point nantinya," kata Tgk. Khairul Azfar selaku koordinator Majelis ini.

Pelaksanaan acara zikir bersama di Dayah Babul ‘Ilmi Gampong  Kiran Jangka Buya Pidie Jaya dilaksanakan pada hari Minggu atau malam Senin 20 Aril 2014 dan setelahnya diberikan tausiah khusus oleh yang mulia Tgk. Muliadi M. Jamil yang berasal dari Kandang Lhokseumawe. Insya Allah acara ini juga dighadiri oleh santri, masyarakat, dan seluruh murid Tgk. Ikhwani Aron yang berdomisili di Meureudu. Beliau merupakan alumni Dayah MUDI. Sedangkan di Dayah Tautiatul Tarbiyah Gampong Puuk Pante Raja dilaksanakan pada Minggu atau malam Senin 27 Aril 2014, begitu juga setelah zikir akan diisi tausiah oleh Tgk. Imran Abubakar, MA. Beliau merupakan Alumni MUDI Mesra dan Universitas Malang.  Masing-masing acara akan dimulai setelah shalat ‘Isya baerjama’ah. Di Pante Raja ini merupakan acara yang kedua setelah menghadiri ke gampong Teungoh pada bulan yang lalu.

“Semoga masyarakat sempat menikmati prosesi penjemputan syafa’at Nabi ini yang penuh rahmat dan barakah, serta ampunan dari Allah Swt sebagaimana janji Allah yang disampaikan oleh lisan yang tak pernah dusta melainkan wahyu daripada Allah Swt, yakni baginda Nabi Muhammad Saw”. Harap Koordinator. [da’u nii]
Lima guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga melepaskan masa lajang untuk menempuh lembaran baru dalam kehidupan mereka. Mereka adalah Tgk. Mukhtaruddin, Tgk. Syibran Malasy, Tgk. M. Dahlan, Tgk. Ahmad Sanawi, dan Tgk. Abu Bakar.

Berikut beberapa hasil jepretan fotografer mudimesra.com untuk Anda.




 



Oleh: Ahmad Al-azhary

Jeunieb - Kamis malam, Abi Zahrul, Wadir I Dayah MUDI Mesra Samalanga yang juga termasuk salah satu pengurus LITBANG HUDA hadir di Dayah Babussalam Al-'Aziziyah Jeunieb untuk membahas Revisi Qanun Pendidikan Aceh. Turut ambil bagian pada acara ini adalah Ayah Min Cot Trueng (Ketua LITBANG HUDA), Ayah Sop Jeunieb (Pimpinan Dayah Babussalam), Tgk. Muntasir (Pimpinan Dayah Jami'ah Batee Iliek), dan beberapa pengurus lainnya. Ini adalah pertemuan kedua menyusul kegiatan serupa yang diadakan beberapa waktu yang lalu.

Salah satu masalah yang diangkat pada malam ini adalah kejelasan status jenjang pendidikan dayah menjadi 3 bagian:
      1. Ma'hadul Wustha, yaitu jenjang pendidikan menengah pertama yang melandasi Ma'hadul 'ulya
      2. Ma'hadul 'ulya, yaitu jenjang pendidikan menengah atas yang melandasi Ma'hadul 'aly
      3. Ma'hadul 'aly, yaitu jenjang pendidikan tinggi setingkat perguruan tinggi.

Kegiatan diadakan di Dayah Babussalam Jeunieb.
Hal ini perlu dibahas mengingat selama ini dayah salafiyah masih dianggap sebagai pendidikan non-formal yang terkesan tidak resmi. Padahal dari dayah-dayah salafiah lah lahir para ulama kharismatik.Inti dari pertemuan ini adalah untuk memperjuangkan eksistensi dayah sebagai lembaga pendidikan formal, bukan lembaga non formal, sehingga ke depan dayah menjadi alternatif utama bagi orang tua dalam memilih pendidikan untuk anaknya.

Dalam pertemuan ini, lahir lah definisi dayah, yaitu:
"Dayah adalah lembaga pendidikan Islam yang thalabah-nya bertempat tinggal di komplek dengan jenjang pendidikan Ma'hadul Wustha, 'ulya, dan 'aly, dengan kurikulum kitab turats, bermazhab Syafi'i serta beri'tiqad Ahlu Sunnah Wal Jama'ah."

Ayah Sop Jeunieb berpesan bahwa nilai-nilai kemurnian dayah harus dijaga dengan sebaik-baiknya dan harus dipublikasikan secara meluas, untuk membentengi dayah dari serangan orang-orang yang ingin menghancurkan dayah dengan menyatakan bahwa lembaga pendidikan mereka adalah dayah, padahal ajarannya sama sekali tidak mencerminkan ajaran dayah, dengan tujuan untuk mengadu domba mayarakat dayah.

Beliau juga menegaskan bahwa pelajaran agama di sekolah umum juga tanggung jawab kita bersama, oleh karena itu beliau menyarankan agar pelajaran agama di sekolah umum kita yang tangani, jangan sampai di-handle oleh orang-orang yang sama sekali tidak mengerti agama. Caranya adalah dengan masuk ke sistem pendidikannya dengan mengatur kurikulum, sehingga pada akhirnya siswa-siswa di sekolah umum juga mendapatkan pelajaran agama yang memadai dan sesuai dengan tuntutan dan tuntunan syari'at islam.
Suasana di depan pintu gerbang.
Menjelang diadakannya Pemilu Legislatif pada tanggal 9 April 2014, Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga hari ini memberikan izin kepada santri untuk pulang selama tiga hari. Hal ini diadakan untuk memberikan kesempatan bagi para santri untuk bisa menggunakan hak suaranya pada hari Rabu ini. Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, untuk pemilu kali ini para pemilik hak suara diwajibkan untuk memilih di tempat yang sesuai dengan KTP masing-masing.

Dengan adanya keputusan ini berarti untuk tiga hari ini kegiatan belajar mengajar akan ditiadakan dan bagi santri yang belum memiliki hak suara dengan kata lain belum mencapai usian 17 tahun atau belum memegang KTP Nasional bebas untuk pulang ataupun tetap tinggal di dayah.

"Dengan demikian artinya para santri sudah harus kembali ke dayah pada haris Kamis tanggal 10 April," tegas Tgk. Mulyadi, Wakabag Humas Dayah MUDI Mesra.

Berdasarkan informasi dari Abi Zahrul, Wadir I Dayah MUDI, setelah berakhirnya tiga hari maka pada malam Jum'at kegiatan di dayah MUDI akan kembali berjalan sebagaimana biasanya, yaitu diisi dengan kegiatan dalail dan muhadharah.


Pengajian Tastafi di Mesjid Raya Baiturrahman.
Banda Aceh - Setelah terbitnya berita Pengajian Tastafi yang akan digelar nanti malam (4/4/2014) di Mesjid Raya Baiturrahman, berita ini langsung menjadi trending topic di jejaring sosial terutama melalui pemberitaan di Facebook. Hal ini terlihat dari banyaknya likers dan komentar tentang pemberitaan ini. Hampir semua komentar menyambut gembira adanya pengajian ini dan mereka beranggapan bahwa Pengajian Tastafi dapat menjadi wadah untuk mencari solusi dan jawaban dari berbagai problematika umat serta untuk memperluas khazanah keilmuan.

Dari akun FB Muhammad Jamal, ia mengatakan “Saya sudah lama menanti kegiatan seperti ini, Alhamdulillah sekarang telah ada, semoga dapat menambah ilmu dan amal.” Hal serupa juga terlihat dari komentar yang lain. Ada juga dari facebooker yang berharap agar Pemda Aceh juga mengikuti pengajian ini agar setiap kebijakan yang diambil tidak menyalahi fatwa para Ulama.

Pada fans page Kabar Aceh terdapat 940 likers dan 70 komentar. Hal serupa juga terlihat pada fans page Seuramoe Mekkah dan fans page Pesantren MUDI Mesra sendiri, di mana tidak kurang dari 500 akun menyukai berita ini. Belum lagi pemberitaan yang dimuat oleh sejumlah website yang membuat sosialisasi pengajian ini semakin sempurna. Pihak Panitia sendiri yang diketuai oleh Tgk Marwan Yusuf bahkan telah jauh-jauh hari mensosialisasikan pengajian ini baik melalui surat kabar atau spanduk yang terpampang di berbagai tempat di Kota Banda Aceh. Semoga saja hal ini akan menambah minat masyarakat untuk mengikuti pengajian yang diasuh oleh Abu MUDI, Ulama Kharismatik Aceh yang menjadi ketua HUDA saat ini.

Tgk. H. Muhammad Iqbal Jalil, salah seorang reporter mudimesra.com yang merilis berita ini mengharapkan dukungan masyarakat untuk mensosialisasikan kegiatan pengajian seperti ini. Tgk Iqbal menyampaikan, “Saya rasa perlu usaha dan kontribusi dari semua pihak untuk mempublikasikan kegiatan kajian keilmuan seperti ini. Tanpa publikasi yang baik, jamaah yang menghadiri kegiatan keagamaan akan kalah dengan peserta kegiatan yang berbau maksiat atau hal-hal lain yang kurang berfaedah.” ujarnya.

Semoga saja populernya pemberitaan tentang Pengajian ini juga menjadi pertanda bahwa semangat warga Banda Aceh dan masyarakat Aceh untuk menggali ilmu agama akan semakin tinggi. Kita sangat rindu melihat Mesjid Raya Baiturrahman dipenuhi oleh orang-orang yang haus akan ilmu agama, sehingga rakyat Aceh akan diberkahi dan dinaungi oleh Allah SWT.
Abu saat pengajian pertama di Mesjid Raya.

Oleh: Tgk. M. Iqbal Jalil

Setelah memulai pengajian perdananya di Mesjid Raya Baiturrahman pada awal bulan Maret yang lalu, Abu MUDI akan kembali melanjutkan pengajian ini besok malam (4/4/2014) tepatnya pukul 21.00 WIB di masjid kebanggaan masyarakat Aceh ini. Pada bulan yang lalu, masyarakat kota Banda Aceh dan sekitarnya begitu antusias mengikuti pengajian Tastafi yang diasuh oleh ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) ini. Pada saat itu Abu MUDI mengulas secara detail kandungan kitab Sirus Salikin mengenai syariat, thariqat, dan haqiqat.

Abu memaparkan, Syariat dan Thariqat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan Nabi Muhammad SAW yang telah menerima pensyariatan shalat masih menunggu thariqat (metode) pelaksanaannya yang kemudian diajarkan Malaikat Jibril pada waktu zuhur. Sedangkan Hakikat bukanlah sesuatu yang dapat dipelajari, akan tetapi itu merupakan satu kedudukan yang akan dicapai dan diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang telah menjalankan syariat dan thariqat secara benar.

Besok malam diperkirakan jamaah Pengajian Tastafi akan semakin ramai, bahkan ada juga masyarakat yang berada di luar kota Banda Aceh berencana untuk mengikuti pengajian ini secara langsung di Mesjid Raya Baiturrahman. Pihak Panitia yang diketuai oleh Tgk Marwan Yusuf telah jauh hari mensosialisasikan pengajian ini baik di surat kabar maupun di jejaring sosial. Adanya pengajian Tastafi di Mesjid Raya diharapkan menjadi momentum untuk mengembalikan Mesjid kebanggaan masyarakat Aceh ini seperti yang tertera dalam Qanun Meukuta Alam, “Ahlussunnah Waljamaah I’tiqadan dan Syafii Mazhaban”.

Dalam beberapa waktu terakhir aktivitas ibadah di Mesjid Raya semakin hidup dengan adanya acara zikir dan Pengajian Tastafi ini. Antusiasnya warga Kota Banda Aceh dalam mengikuti acara seperti ini menjadi bukti bahwa sebenarnya semangat warga Banda Aceh untuk beribadah sangat tinggi, hanya saja dulu akses untuk itu tidak dibuka dan Mesjid Raya ini terkesan hanya menjadi milik sebagian kelompok saja. Semoga saja, adanya Pengajian Tastafi dapat menjadi pelepas dahaga kerinduan warga Banda Aceh yang telah lama menanti pengajian dari ulama kharismatik Aceh ini yang senantiasa berpegang teguh pada Aqidah Ahlussunnah waljamaah.

Pada sesi terakhir, panitia memberikan kesempatan kepada para Jamaah untuk bertanya langsung kepada Abu MUDI. Adapun bagi masyarakat yang berada di luar Kota Banda Aceh, Pengajian ini bisa diikuti melalui Radio Pro 1 RRI Banda Aceh dan pertanyaan bisa diajukan melalui SMS dengan mengetik BNA (Spasi) Isi Pertanyaan ke nomor 0852-1322-3010. Semoga melalui pengajian Tastafi akan terjawab berbagai problematika umat dan memperluas khazanah keilmuan kita semua.