mudimesra.com | Pada Selasa sore (26/12/2017) Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga akan menyambut kedatangan Habib Jindan bin Novel bin Salim dalam rangka Safari Dakwah di beberapa tempat di Bumi Serambi Mekkah.

Habib Jindan tiba di MUDI setelah Asar dan rencananya langsung mengisi diskusi ilmiah sebagai pemateri dengan tema "Implementasi keteladanan Rasulullah SAW dalam membina umat" pada pukul 17.00-18.00 WIB dengan seluruh dewan guru Dayah MUDI dan bertempat di Balee Beton.

Selanjutnya Habib akan beristirahat sejenak untuk shalat Maghrib dan makan malam bersama Wadir 1 Dayah  MUDI, Abi H. Zahrul Fuadi Mubarak bersama dengan pengurus lainnya sebelum melanjutkan acara utama.

Kemudian setelah shalat Magrib pada pukul 19.30 WIB, Habib Jindan akan mengisi acara utama di halaman masjid Po Teumeureuhom di komplek LPI Dayah MUDI MESRA dengan ribuan santriwan dan santriwati dalam rangka memperingati Maulid Baginda Rasulullah SAW dan peringatan 13 tahun Tsunami.

Kemudian setelah acara tersebut Habib akan langsung bertolak ke Banda Aceh karena  keesokan harinya Habib Jindan juga akan mengisi beberapa acara di beberapa tempat di Banda Aceh.

Rencananya acara peringatan Maulid Nabi saw dan peringatan 13 tahun Tsunami di halaman masjid Po Teumeureuhom juga akan disiarkan langsung di Channel Youtube Lajnah Pengembangan Dakwah MUDI  (LPDM) dan Halaman Facebook Dayah  MUDI MESRA Samalanga. (akha_zubardjad)
mudimesra.com | Bagian Pendidikan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga telah menetapkan batas kitab yang akan diuji selama ujian caturwulan pertama tahun 1439 H nanti. Ujian akan mulai dilaksanakan pada 13 Rabiul Tsani 1439 H/31 Desember 2017 hingga 29 Rabiul Tsani 1439 H H/17 Januari 2018.

Ujian akan berlangsung selama 17 hari di mana tiga orang guru akan bertugas di setiap kelas. Khusus untuk ujian hafalan akan diawasi oleh guru ujian ketiga.

Berikut ini adalah link untuk melihat batas ujian caturwulan I tahun 1439 H di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.

BATAS UJIAN PUTRI

Berikut ini adalah link untuk melihat daftar guru ujian caturwulan I tahun 1439 H di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.
DAFTAR GURU UJIAN SANTRIWAN
DAFTAR GURU UJIAN SANTRIWATI
mudimesra.com | Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke-VI yang dilangsungkan di Jepara telah usai di mana Kafilah Aceh berhasil menempati urutan ke-5 nasional. Dayah MUDI sendiri yang mengirimkan 15 delegasi berhasil menempatkan tiga nama sebagai juara di masing-masing nomor. Santri-santri yang berprestasi tersebut adalah Khairul Tamami (Juara II Balaghah Ulya), Baihaqi (Juara III Akhlaq Ulya), dan Fizal Mauliza (Juara III Balaghah Wustha).

Selain ketiga santri yang berhasil masuk tiga besar tersebut tercatat tiga santri lainnya dari Dayah MUDI juga berhasil mendapatkan predikat Juara Harapan, yaitu M. Uday (Harapan 1 Hadis Ulya), Muammar (Harapan 3 Tafsir Ulya), dan M. Irfan Nur (Harapan 3 Hadis Ulya).

"Alhamdulillah, hasil yang diperoleh di Jepara tahun ini adalah sebuah peningkatan dari event tiga tahun sebelumnya di Jambi dengan perolehan peringkat ke-5 bagi Provinsi Aceh dari keseluruhan peserta," ujar Tgk. Mursyidi A. Rahman, Kabag LBM MUDI yang hadir di Jepara selaku Pembina dari Kemenag Aceh.
mudimesra.com | Ribuan santri Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga melantunkan shalawat menyambut malam 12 Rabiul Awal sebagai malam kelahiran baginda nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassalam di Masjid Po Teumeuruhom yang terletak di komplek dayah pada Kamis malam, (30/11/2017). Acara yang diadakan setelah shalat Isya berjamaah sekitar jam 20.00 WIB tersebut turut dihadiri oleh Almukarram Abu MUDI beserta keluarga dan juga pengurus harian Dayah MUDI lainnya.

“Menyambut malam kelahiran baginda Rasulullah, Alhamdulillah Abu ikut hadir bershalawat bersama ribuan santri dan dewan guru lainnya di dalam masjid," ujar Tgk. Agus Marbawi selaku ketua PHBI MUDI 1439 H.

Ia mengambarkan Abu MUDI beserta para Wadir dan pengurus teras serta Kepala Bagian (Kabag) beserta dewan guru dan santri sangat bersemangat dalam melantunkan shalawat dan berzikir menyambut paling mulia itu bahkan sejak bakda Isya hingga menjeleang tengah malam.

Ia mengatakan acara semacam ini diwajibkan kepada seluruh jamaah zikir dan shalawat bepakaian jubah putih dengan surban dan merupakan sebagai agenda resmi dayah dan salah satu bentuk kecintaan kita kepada baginda nabi Muhammad Saw.

“Lautan putih dengan jubah dan surban para jamaah ikut menyemarakkan acara shalawatan dan zikir malam ini yang merupakan agenda resmi dayah sebagai bentuk mahabbah dan mengenang kelahiran sayyidul mursalin itu,” papar Tgk. Agus yang berasal dari Blangjruen, Aceh Utara, tersebut.

mudimesra.com | Hari Rabu besok (29/11/2017), 15 perwakilan Dayah MUDI akan berangkat ke Balekambang, Jepara, Jawa tengah untuk mengikuti perlombaan Baca Kitab Tingkat Nasional (MQK) ke VI yang akan berlangsung mulai dari 29 November hingga 7 Desember 2017.

Rombongan dari Dayah MUDI bersama kontingen lain akan berangkat melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar dan akan mendarat di Bandara Achmad Yani, Semarang, Jawa tengah. Keberangkatan akan dibagi dalam dua gelombang dimana penerbangan pertama akan berangkat pukul 07.00 WIB dan penerbangan kedua menyusul pada pukul 10.00 WIB.

15 santri yang akan membawa nama Aceh tersebut 14 di antaranya berasal dari Dayah MUDI yaitu Muhammad Ridha, Boyhaqi, Khalidi, Muhammad Zulfa, Fizal Mauliza, Khairul Tamami, Muhammad Huzaifi, Muammar, M. Khairul Muammmar, Muhammad Afdhal, Nasrullah, Muhammad Irfan, Muhammad Uday, dan Sayyid Mukammil. Sedangkan 1 orang lainnya berasal dari Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek bernama Fayad.

Rombongan dari Dayah MUDI akan dipimpin oleh Tgk. Mustafa Kamal M. Hasan, wakil ketua Lajnah Bahtsul Masail (LBM) MUDI, Tgk. Zulfan Fahmi M. Nasir, wakil Ketua Lajnah Pengembangan Dakwah MUDI (LPDM), dan Tgk. M. Hanafiah Amiruddin, Kabid Kitabah LBM MUDI.

Perlombaan ini akan berlangsung di Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Balekambang, Jepara dan  rencananya akan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo pada Jumat, 1 Desember 2017.

Semoga mereka yang terpilih mewakili Provinsi Aceh bisa tampil maksimal dan mengharumkan nama Aceh di pentas nasional, agar terus menjaga ruh dan status Aceh sebagai provinsi bersyariat Islam dan berakidah Ahlussunah wal jamaah.

Ikuti terus update perkembangan MQK  ini di website ini dan juga di halaman Facebook kami.
mudimesra.com | Terkait dengan adanya kabar yang beredar bahwa Abu MUDI mengamanahkan kepada masyarat untuk waspada terhadap bencana alam Tsunami yang akan terjadi pada Senin (27/11/2017), dengan ini dapat kami klarifikasi bahwa hal tersebut adalah tidak benar adanya.

Pesan berantai yang disebarkan melalui media WhatsApp ini beredar pada hari Minggu (26/11/2017) setelah sebelumnya juga sempat ada kabar yang sama dengan mengatasnamakan Aba BUDI Lamno yang juga telah dibantah oleh pihak terkait.
mudimesra.com | Bank Indonesia Kantor perwakilan Lhokseumawe memilih Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga sebagai salah satu dayah dalam Program Pengembangan Ekonomi Pesantren. Pengembangan Ekonomi Pesantren yang ditawarkan oleh Bank Indonesia berupa budidaya cabai merah.

Bapak Yusrizal selaku direktur Bank Indonesia kantor perwakilan Lhokseumawe, pada Jumat (24/11/2017) secara resmi membuka program tersebut. Acara pembukaan diikuti dengan materi tentang budidaya cabai merah, sekaligus praktek lapangan bagaimana cara pengolahan tanah dan pupuk untuk penanaman bibit cabai. Materi disampaikan oleh Ir. Syahrial Efendi yang merupakan pakar ahli dalam bidang penanaman cabai merah.

Acara pembukaan berlangsung di Balai Beuton di mana peserta pelatihan diikuti oleh sejumlah santri dan guru Dayah MUDI. Agenda pembukaan juga dihadiri oleh wadir I dan II Dayah MUDI MESRA serta Kadis Badan Dayah kab. Bireun dan anggota PPL bidang pertanian kec. Samalanga. Aba Sayed Mahyeddin selaku Wadir II dayah MUDI dalam pidato penyambutannya mengharapkan agar program yang ditawarkan oleh pihak Bank Indonesia ini dapat mencapai hasil sebagaimana diharapkan. 

Terpilihnya dayah MUDI sebagai dayah percobaan adalah merupakan pilihan pihak bank sendiri setelah melakukan survei lapangan ke beberapa dayah di Aceh. Bapak Yusrizal mengatakan bahwa budidaya cabai merah bertujuan untuk mengurangi nilai inflasi yang begitu melunjak. Hasil survey pihak bank Indonesia dalam tiga tahun menunjukkan bahwa cabai merah merupakan sumber inflasi tertinggi mencapai 19 bulan dalam tiga tahun. Sehingga bank Indonesia memilih untuk membudidayakan cabai merah di Pesantren, salah satunya di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Bapak Yusrizal juga menginginkan dengan ada budidaya cabai merah akan membantu mengurangi belanja dayah MUDI. Diharapkan, Dayah MUDI akan menjadi salah satu pemasok cabai di kabupaten Bireun khususnya. (AkhiYulies)
mudimesra.com | Beberapa orang guru senior Dayah MUDI berkunjung ke Dayah Bustanul Huda Paya Pasi minggu kemarin (5/11/2017) pasca musibah kebakaran yang melanda dayah tersebut beberapa hari yang lalu. Kunjungan ini dipimpin oleh Wadir I dan Wadir II Dayah MUDI, Abi Zahrul Fuadi Mubarak dan Aba Sayed Mahyeddin yang diikuti oleh beberapa guru senior lainnya. Kunjungan ini merupakan bagian dari penguatan rasa solidaritas dan kekeluargaan antar dayah di Aceh.

Selain bersilaturahmi dan melihat perkembangan Dayah Paya Pasi pasca musibah kebakaran, Dayah MUDI juga ikut menyerahkan bantuan untuk meringankan beban yang dialami beberapa guru Dayah Paya Pasi yang rumahnya dilalap si jago merah. Bantuan ini diserahkan oleh Aba MUDI dan diterima oleh Dewan Pengurus Dayah Bustanul Huda Paya Pasi.

Abi MUDI mengucapkan rasa duka cita atas musibah yang dialami Dayah Paya Pasi. "Kita ikut berduka cita atas musibah ini dan mendoakan semoga Allah memberikan keteguhan dan kesabaran bagi yang menjalaninya. Kesedihan yang dirasakan oleh Dayah Paya Pasi juga kesedihan bagi kita. Semoga Allah memberikan hikmah yang lebih besar di balik musibah ini." Kata Abi saat dihubungi redaksi mudimesra.com
mudimesra.com | Dalam rangka resepsi pernikahan anak ke-4 dari Abu MUDI, dr. Tgk Muhammad Thaifur yang akan diselenggarakan pada hari Minggu tanggal 29 Oktober 2017 nanti, Abu mengundang seluruh alumni dan wali santri untuk hadir di Dayah MUDI. Undangan kepada alumni dan wali santri tidak disampaikan secara khusus, berbeda dengan undangan kepada non-alumni yang sebagian besarnya telah didistribusikan oleh panitia acara bidang tamu dan undangan yang pada acara kali ini ditangani oleh LBM MUDI Mesra.

Putra Abu MUDI yang akan melangsungkan resepsi pernikahan kali ini adalah dr. Tgk. Muhammad Thaifur yang merupakan alumni Fakultas Kedokteran Unsyiah dan sempat menjadi staf pengajar di Dayah Markaz Al-Ishlah Al-Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh. Tgk Thaifur menemukan pendamping hidupnya di Komplek Putri Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Santriwati yang terpikat hati putra Abu MUDI ini bernama Bahria Nafisa yang merupakan putri dari Tgk. H. Zulkarnain Juneid, Ketua HUDA Lhokseumawe yang juga diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Alumni Dayah Munawwarah Kuta Krueng.

Akad Nikah dijadwalkan pada Selasa pagi (24/10/2017) dengan mengambil tempat di Mushalla Dayah Safinatussalamah Desa Blang Panyang Kec. Muara Satu, Kota Lhokseumawe. Pada hari yang sama juga akan diadakan resepsi Tueng Linto Baro di komplek dayah tersebut.
mudimesra.com - Ada yang berbeda pada subuh Jumat ini, tanggal 13 Oktober 2017. Suhu dingin dalam suasana Subuh tidak membuat para santri malas untuk bangun lebih awal. Hampir seluruh santri pada pagi ini sempat melakukan shalat Tahajjud. Mereka pun berebut menduduki saf depan mesjid Poe Teumeureuhom. Hal ini, dikarenakan pengumuman dari Tgk. Baihaqi, wakil ketua Bagian Pendidikan saat waktu Isya kemarin malam, bahwa Abu MUDI, pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga akan memberikan pengajian esok setelah salat Subuh. 

Pengajian dimulai setelah pembacaan surat Al-Kahfi berjamaah yang dibimbing oleh imam shalat Subuh. Santri menunggu sebentar kedatangan Abu MUDI. Berdirinya para santri dari arah belakang masjid adalah tanda bahwa Abu MUDI telah datang. Santri mendengarkan pengajian Abu MUDI dengan khidmat. Tidak ada suara yang lain kecuali suara Abu MUDI saat mengisi pengajian. Tetapi, terkadang kesunyian santri berubah menjadi tawa kecil saat mendengar salah satu surah dari Abu.

"Hal yang terpenting dalam hidup ini adalah belajar, kemudian mengamalkan ilmu, dan jangan menyia-nyiakan waktu selain kepada ilmu dan amal kecuali bila pada yang tidak bisa kita tinggalkan seperti makan seperlunya dan istirahat sejenak,” Abu menjelaskan.

“Sesiapa yang ibadahnya saat kemarin dan hari ini sama maka dia adalah orang-orang yang rugi. Sebagian ulama dulu tidak meninggalkan kesibukan beribadah hanya karena sakit yang ringan. Bahkan, mereka mencari obat dari sakit itu, dengan belajar dan mengajar semampunya. Ulama dulu berkata “Apabila kami sakit, kami tidak mencari obat pada tabib. Terkadang, kami meninggalkan zikir, maka kembalilah penyakit kami," lanjut Al-Mukarram Abu MUDI yang telah membimbing santri MUDI selama 28 tahun terakhir ini.

Abu MUDI menjelaskan bahwa sembuhnya penyakit dengan mencari ilmu disebabkan tingginya derajat ilmu, yaitu karna ilmu adalah pusakanya para nabi. Banyak hal sulit dan pedih yang akan dialami oleh penuntut ilmu. Namun, kesemua derita itu memang harus dialami. Sebab, tidak akan mencapai ketinggian kecuali melalui kesukaran jiwa. Dalam hadis dikatakan “kalau menginginkan melangkah menuju surga maka harus mengerjakan perbuatan yang dibenci oleh jiwa.” Mencari ilmu tidaklah mudah. Jika kamu menganggap pujian layaknya sebiji kurma yang kamu makan maka kamu salah. Abu MUDI memaknai kata ini, bahwa pujian itu tidak mudah didapati. Tidak sama seperti mudahnya memakan sebiji kurma. 

Catatan Pagi di Jumat Bersama yang Mulia Abu MUDI....
Beliau melanjutkan “wajib bagimu tersengat oleh lebah jika menginginkan kelezatan madu”. Maka mencari ilmu harus dengan besungguh sungguh, sabar pada semua rintangannya, ikhlas, dan mengharapkan pertolongan dari Allah SWT. Berkatalah Rabi’ “tidak aku lihat Imam Syafi’i memakan makanan ketika siang dan tidak tidur ketika malam.” Namun demikian, Abu mengingatkan bahwa jangan memaksakan diri pada saat menuntut ilmu supaya tidak datang kebosanan. Terkadang, kesungguhan itu pergi dan tidak mungkin untuk dicari. Maka seorang penuntu ilmu dalam urusan mencari ilmu haruslah sederhana.

Maknanya tuntutlah ilmu dengan giat dan sungguh-sungguh, kemudian amalkan, makan seperlunya, dan istirahat untuk menjaga stamina belajar. Setelah pengajian kitab ini, Abu MUDI menjawab banyak pertanyaan dari santri yang telah ditulis sebelumnya pada secarik kertas. Pada sesi pertanyaan, ada kegembiraan dan kelezatan tersendiri bagi para santri. Hal ini tampak dari raut wajah dan senyum para santri yang terkadang senyum itu berubah menjadi tawa tanpa disengaja. Pengajian berakhir pada pukul 07:45 WIB. Para santri kemudian bersiap-siap untuk mengikuti kegiatan selanjutnya di Dayah MUDI MESRA Samalanga.

Muhammad Fajar As-Tsani

Santriwan kelas V LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga.

mudimesra.com | Seiring bergantinya tahun hijriah, Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga kembali melakukan reshuffle struktur organisasi kelembagaan. Sebelum struktur baru ini ditetapkan, tim formatur telah terlebih dahulu melakukan rapat terbatas dan kemudian dilanjutkan dengan rapat umum. Seperti biasa, Mudir LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga, Abu Syekh H. Hasanoel Bashri HG akan melantik dan mengukuhkan secara resmi struktur kepengurusan yang baru ini. Acara pelantikan akan dilangsungkan nanti malam (2/10/2017) di depan Mesjid Raya Po Teumeureuhom Samalanga.

Untuk jajaran Wadir tidak ada perubahan dari struktur sebelumnya. Abi Zahrul Fuadi Mubarrak, yang juga putra pertama Abu MUDI menjabat Wadir I. Wakil Ketua Majelis Muwashalah baina Ulama al-Muslimin wilayah Aceh ini memimpin beberapa seksi yang membidangi bagian pendidikan, ibadah, ketenagakerjaan, dan hubungan masyarakat.

Aba Sayed Mahyeddin juga masih menjabat sebagai Wadir II yang membidangi kesekretariatan dan pembangunan. Sementara Abiya Muhammad Baidhawi yang juga menantu Abu MUDI menjabat Wadir III yang membidangi bagian ketrampilan, bahasa, Lajnah Pengembang Dakwah, Hamas dan beberapa bidang lainnya.

Pada tahun ini, terdapat beberapa perubahan di bawah jajaran Wadir I. Tgk Fajri diamanahkan sebagai Kabag Pengajian bersama Tgk Boihaqi sebagai wakilnya. Tgk Herman dan Tgk Azhari masing-masing ditunjuk sebagai ketua dan wakil bagian Humas. Tgk Rajab dan Tgk Sulaiman akan menjabat Kabag dan Wakabag Ketenagakerjaan. Dan Tgk Muhammad Iqbal Nisam kembali memimpin bagian ibadah bersama wakilnya Tgk Ibrahim.

Selain perubahan struktur kepengurusan di bawah Wadir I, ada juga beberapa perubahan di bawah jajaran Wadir II dan Wadir III. Secara lengkap, struktur kepengurusan baru Dayah MUDI akan diumumkan sekaligus dilantik oleh Almukarram Abu MUDI malam nanti. Setelah acara pelantikan, pengurus baru ini akan segera bertugas sesuai bidangnya masing-masing khususnya, dan juga ikut membantu tugas kelembagaan pada umumnya. (MIJ)
Bagian Pendidikan LPI MUDI Mesra Samalanga Adakan Acara Peuphon Kitab 1439 H..

mudimesra.com - Bidang Kurikulum Bagian Pendidikan Dayah MUDI Mesra Samalanga akan mengadakan acara Peuphon Kitab yang akan menandai dimulainya proses belajar-mengajar untuk Tahun Ajaran 1439 H/2017-2018 M. Tgk. Yusrida M. Yusuf mewakili Bidang Kurikulum Bagian Pendidikan kepada mudimesra.com mengatakan “Acara peuhon kitab ini merupakan agenda tahunan Bagian Pendidikan LPI MUDI, tujuannya adalah untuk mengambil berkah dari para pimpinan LPI MUDI sekaligus memotivasi para santri untuk terus belajar dengan mencontoh keberhasilan guru-guru terdahulu, dan terus mempertahankan identitas ke-dayah-an dalam menghadapi kuatnya arus peradaban yang beraneka ragam."

Berikut jadwal lengkap Peuphon Kitab untuk santri MUDI tahun 1439 H.

  1. Kitab Kanzu Raghibin Syarah Matan Minhaj (Mahalli), Selasa malam 3 Oktober 2017 pukul 19:30 WIB sampai selesai. Bertempat di Mushalla Komplek Putri LPI MUDI Mesra untuk seluruh santriwan dan santriwati kelas 4 dan diasuh oleh Mudir LPI MUDI Mesra Samalanga, Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh, yang mulia Abu Syeikh H. Hasanoel Bashry H.G (Abu MUDI).
  2. Kitab Fathul Mu'in Hasyiah I'anatut Thalibin, Selasa malam 3 Oktober 2017 pukul 21:30 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Mushalla Komplek Putri LPI MUDI Mesra  untuk seluruh santriwati kelas 2, diasuh oleh Wadir II LPI MUDI Mesra Samalanga, Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh, yang mulia Aba H. Sayed Mahyeddin TMS (Aba MUDI).
  3. Kitab Fathul Mu'in Hasyiah I'anatut Thalibin dan Syarah Waraqat Hasyiah An-Nufahat, Hari Rabu 4 Oktober pukul 09:00 WIB hingga selesai, bertempat di dalam masjid komplek putra LPI MUDI Mesra Samalanga, Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh untuk seluruh santriwan kelas II, diasuh oleh Tgk. Tarmizi M. Yusuf (Waled Cot Meurak) Guru senior LPI MUDI mesjid raya dan Pimpinan Dayah Najmul Hidayah, Batee Iliek, kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireun Provinsi Aceh. 
  4. Kitab Fathul Qarib Hasyiah Al-Bajuri dan Mutammimah Al-jurumiyah, Selasa malam 3 Oktober pukul 20:00 WIB sampai selesai, bertempat di dalam masjid komplek putra LPI MUDI Mesra Samalanga, untuk seluruh santriwan kelas 1, diasuh oleh Wadir I LPI MUDI Mesra Samalanga, Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh, yang mulia Abi H. Zahrul Fuadi Mubarak (Abi MUDI).
  5. Kitab Fathul Qarib Hasyiah Al-Bajuri dan Mutammimatul Aljurumiya, hari Rabu 4 Oktober pukul 08:00 WIB bertempat di Mushalla komplek putri LPI MUDI Mesra Samalanga, Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh untuk seluruh santriwati kelas 1, diasuh oleh Wadir III MUDI Abiya H. Muhammad Baidhawi H. Mukhtar (Abiya MUDI). (akha_zubardjad)
mudimesra.com | Dalam acara penutupan Musabaqah Muharram 1439H di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga pada malam ini (30/9/207), akan ditampilkan peserta pemenang sayembara hafal 1000 bait Alfiiah sebanyak 6 orang dan peserta hafal bait Faraidhul Bahiyyah sebanyak 1 orang. Mereka merupakan santri yang telah diseleksi secara terpisah dan dinyatakan lulus menghafal bait dengan lancar dari beberapa pendaftar yang kemudian dinyatakan gugur.

Menariknya, dari 7 pemenang sayembara hafalan Alfiah dan Faraidhul Bahiyyah, ada 2 santri yang masih duduk di kelas 2 dan kelas 3. Abdul Aziz Al-Fayd, Santri kelas 3e asal Gampong Baro Sigli ini berhasil menghafal 1000 bait Alfiah dalam waktu 4 bulan. Saat ditanya apa motivasinya sehingga menghafal bait yang belum dipelajari, santri yang baru berusia 16 tahun ini menjawab bahwa ia terinspirasi dengan nasehat guru-gurunya. "Sering saya dengar dari guru-guru bahwa bait Alfiah ini meski lafaznya singkat tapi telah mencakup keseluruhan permasalahan dalam ilmu nahwu. Maka karena itu saya ingin menghafalnya." Kata santri yang ayahnya telah meninggal dunia saat ia duduk di kelas 4 MIN Kota Sigli.

Sementara santri lainnya Aidul Fitriani telah menghafal 700 bait sebelum masuk ke MUDI dengan tujuan agar saat belajar di MUDI menjadi lebih mudah. Saat tiba di MUDI ia hanya perlu menambah 300 bait lagi. Sama seperti Abdul Aziz, Aidil yang merupakan santri kelas 2-L ini juga masih berusia 16 tahun. Menurut pengakuannya, ia mengkhatamkan 1000 bait Alfiah ini dalam waktu 5 bulan.

Berikut data lengkap santri yang memenangkan sayembara bait Alfiyah:

1. Abdul Aziz Al-Fayd, Kelas 3e, Asal Gampong Baro Sigli, lahir pada 5-4-2001 dari pasangan Muhammad Nur dan Asrina

2. Aidil Fitriadi, Kelas 2L, asal Kuta Blang, Bireuen, Kelahiran 1/1/2001 dari pasangan Mulyadi - Ummiyati

3.Khairuddin, kelas Ma'had Aly Semester 1, asal Dayah Baro Ulim, Pidie Jaya. Kelahiran 7/5/1995 dari pasangan Abdullah Adam dan Saudiah.

4. Syech Zubaili, Kelas Ma'had Aly Semester 3, asal Geudong, Aceh Utara, kelahiran 16-10-1996 dari pasangan Zainuddin dan Nur Hanisah

5. Lekat Efendi, Kelas 6D, asal dari Provinsi Lampung, Kelahiran 25-05-1992 dari pasangan Damiri dan Zauhani

6. Muammar, Kelas Ma'had Aly Semester 3, asal Nibong Aceh Utara, kelahiran 13-12-1998 dari pasangan Tgk. H. Rasyidin (Waled Cut) dan Husniati.

Sedangkan santri yang memenangkan sayembara hafal bait Faraidhul Bahiyyah adalah, Khairul Walid, asal Matang kuli Aceh Utara. Santri kelahiran 5-10-1994 dari pasangan M Yahya dan Maryati ini kini menduduki kelas Ma'had Aly Semester 3. Salah satu motivasinya menghafal bait tentang qawaed fiqh ini adalah karena dapat menjadi pendukung takhassus Ma'had Aly MUDI, Fiqh wa Ushuluh. (MIJ)
mudimesra.com | Serangkaian perlombaan dalam Musabaqah Muharram 1439H telah berakhir pada Jumat malam (29/9/2017). Musabaqah diakhiri dengan babak final Cerdas Cermat yang akhirnya dimenangkan oleh regu D dari Pidie Jaya dengan nilai 625, disusul regu C dari Pidie dengan nilai 600, regu B dari Pantai Barat Selatan dengan nilai 500 dan regu A dari Banda Aceh - Aceh Besar dengan nilai 425.

Pengumunan pemenang perlombaan lainnya akan diumumkan malam ini sekaligus dengan pengumuman juara kelas untuk setiap jenjang putra dan putri. Pengumunan juara lomba dan juara kelas menjadi momen yang sangat ditunggu oleh 5000 santriwan dan santriwati Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Selain diumumkan juara kelas, kabupaten yang meraih juara lomba dan juara kelas terbanyak masing-masing akan ditetapkan sebagai juara umum.

Dalam acara penutupan pada malam ini, akan ditampilkan peserta pemenang sayembara hafal 1000 bait Alfiiah sebanyak 6 orang dan hafal bait Faraidhul Bahiyyah sebanyak 1 orang. Menariknya, dari 7 pemenang sayembara ini, ada 2 santri yang masih duduk di kelas 2 dan kelas 3. Malam ini, semua pemenang sayembara ini akan diuji secara terbuka di atas pentas Musabaqah. (MIJ)
mudimesra.com | Dengan berakhirnya babak kualifikasi Musabaqah Fahmil Kutub yang diselenggarakan oleh PHBI Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Empat perwakilan dipastikan melaju ke babak final yang akan diselenggarakan pada malam Sabtu (29/9/2017). Mereka merupakan juara dari tiga babak kualifikasi ditambah satu regu dari runner-up terbaik, yaitu Pidie, Pidie Jaya, perwakilan Banda Aceh - Aceh Besar dan Sabang, serta Pantai Barat Selatan.

Pada babak kualifikasi ketiga, Regu A perwakilan Aceh Besar - Banda Aceh - Sabang berhasil melaju ke babak final setelah mengalahkan regu Fahmil dari Kota Lhokseumawe, Langsa dan Aceh Tamiang. Peserta dari regu A terlihat begitu menguasai hafalan bait dan cepat dalam memperebutkan soal di babak rebutan.

Untuk babak final, Tgk Mursyidi Abdurrahman yang merupakan Kabag Lajnah Bahtsul Masail MUDI akan bertindak sebagai dewan hakim bersama Tgk Sufri, Dewan Asatiz Ma'had Aly. Final Fahmil Kutub akan menjadi acara terakhir Musabaqah Muharram 1439 H di Dayah MUDI dan keesokan malamnya akan diadakan penutupan dan pengambilan hadiah. (MIJ)
mudimesra.com | Dalam perhelatan perlombaan cerdas cermat babak kualifikasi pada malam kedua Musabaqah dimenangkan oleh regu Fahmil dari Pidie Jaya. Regu Fahmil Pidie Jaya berhasil memenangkan Fahmil Kutub pada senin malam setelah tampil dengan tenang dan tidak banyak pengurangan nilai.

Aceh Timur yang sempat unggul di babak pemerataan akhirnya harus puas berada di urutan kedua karena sering tergesa-gesa di babak final. Regu Aceh Timur sebenarnya mampu menjawab kedua soal faraidh di babak final, hanya saja kecerobohan dalam menjawab satuan angka dari seharusnya milyar menyebut angka jutaan. Karena ada pengurangan dan penambahan, maka nilai dari soal faraidh yang berhasil dijawab menjadi tidak bertambah.

Aceh Utara juga sudah berusaha untuk tampil maksimal, namun dalam perlombaan Fahmil ini di samping cerdas, juga dibutuhkan cepat dan cermat. Dalam beberapa soal rebutan, Aceh Utara kalah cepat dengan Aceh Timur dan Pidie Jaya. Sementara Aceh Tengah pada babak kualifikasi ini berada di urutan ke empat.

Pidie dan Pidie Jaya sudah memastikan tempat ke babak final. Sementara Pantai Barat Selatan sampai saat ini masih berstatus sebagai runner-up terbaik. Andai runner-up malam ini tidak melewati angka 750, maka dipastikan Pantai Barat Selatan juga ikut melaju ke final. Pada malam ini akan tampil 4 regu mewakili Lhokseumawe, Banda Aceh - Aceh Besar, Langsa dan Aceh Tamiang. (MIJ)
mudimesra.com | Peserta Fahmil Kutub atau Cerdas Cermat dari Kabupaten Pidie akhirnya memenangkan cerdas cermat pada babak kualifikasi di malam pertama yang diselenggarakan oleh PHBI Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga (24/9/2017). Itu artinya regu cerdas cermat dari Pidie melaju ke babak final. Kemenangan ini diperoleh setelah bersaing sengit dengan peserta dari Pantai Barat Selatan yang akhirnya harus puas berada di urutan kedua. 

Regu A dari Pantai Barat Selatan sempat memimpin perolehan angka hingga akhirnya dikejar oleh regu dari Pidie menjelang selesainya pembacaan soal di babak pemerataan. Nilai akhir cerdas cermat tadi malam, Pidie yang menempati regu D memperoleh nilai akhir 1100, disusul regu A Pantai Barat Selatan dengan total nilai 750, Regu C dari Bireuen dengan nilai 225, regu B dari Kutacane dan Gayo Luwes dengan nilai 125 dan terakhir regu E dari Perwakilan luar Aceh dengan nilai 100. Untuk regu A, kemungkinan lewat ke babak final harus menunggu penampilan dari babak kualifikasi berikutnya karena hanya satu dari runner up terbaik yang berhak melaju ke final.

Acara tadi malam berlangsung seru. Para penonton juga begitu semangat memberi dukungan kepada perwakilan mereka. Dewan hakim, Tgk Khairul Asfar dan Tgk Abrar Azizi sering membuat trik agar para peserta deg-degan menunggu penilaian dewan hakim. Sesekali pengamat juga ikut menyampaikan protes agar peserta tidak dirugikan dalam penilaian.

Untuk nanti malam, koordinator Fahmil Kutub, Tgk Ramadhana menyampaikan bahwa yang akan  tampil ada 4 regu perwakilan dari Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tengah - Bener Meriah, Pidie Jaya dan Aceh Utara. Dewan hakim Fahmil Kutub di babak kualifikasi kedua adalah Tgk Martunis Nisam, ketua PHBI periode sebelumnya dan Tgk Fahmi dari Lamno, salah seorang Dewan Guru MUDI yang baru saja pulang dari Bogor dan khatam menghafal Al-quran dalam waktu 8 bulan. Acara nanti malam diprediksi juga akan meriah, karena Aceh Utara juga memiliki santri kedua terbanyak di Dayah MUDI setelah Pidie. (MIJ)
mudimesra.com | Musabaqah Muharram 1439 H di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga akan dibuka malam ini (24/9/2017). Dijadwalkan Wadir II Dayah MUDI, Aba Sayed Mahyeddin akan membuka secara resmi perlombaan tahunan ini. Panitia PHBI dari jauh hari telah menyiapkan berbagai persiapan untuk aneka perlombaan bergengsi bagi santri MUDI yang akan tampil mewakili Kabupaten masing-masing.

Ketua PHBI Tgk. Muhammad Khairi mengharapkan agar seluruh anggota PHBI komit dan serius menyukseskan acara ini hingga selesai. "Kita harus berusaha sekuat tenaga agar acara ini dapat berjalan sebagaimana diharapkan. Adik-adik para santri perlu dibangkitkan motivasinya melalui perlombaan seperti ini. Ketika semangat tafaqquh fiddin dan pengkajian serta pendalaman kitab ini dapat ditingkatkan, Insyaallah mereka para santri akan menjadi kader Ulama di masa depan." Kata Ketua PHBI yang merupakan salah seorang Dewan Guru MUDI asal Peureulak.

Di samping itu, Koordinator Umum Tgk Zulfitri juga mengharapkan agar para santri benar-benar serius mengikuti perlombaan ini. "Para peserta kita harapkan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat tampil maksimal. Bagi santri yang tidak menjadi peserta diharapkan dapat menjadikan ajang ini untuk semakin meningkatkan wawasan dan keilmuan serta tidak lupa memberikan dukungan dan semangat kepada perwakilan Kabupatennya masing-masing."

Tgk Zulfitri menyampaikan bahwa setelah acara pembukaan akan dilanjutkan dengan beberapa perlombaan. Dan malam ini juga akan langsung digelar lomba Fahmil Kutub atau Cerdas Cermat dengan penampilan 5 regu. Tgk Muhammad Abrar Azizi yang merupakan putra Abu MUDI akan bertindak sebagai Dewan Hakim Fahmil pada malam ini bersama Tgk Khairul Azfar dari Lhokseumawe. (MIJ)
mudimesra.com | Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga mengirim 25 orang santri mewakili kabupaten Bireun untuk   mengikuti seleksi MQK Tingkat Nasional mewakili Aceh,  dari 25 santri tersebut 15 orang diantaranya terpilih dan berkesempatan mengharumkan nama Aceh di Pentas MQK Nasional di Jepara, jawa tengah pertengahan oktober mendatang.

Mereka lulus setelah bersaing dengan Santri pondok pesantren lainnya dari seluruh Kabupaten/Kota se-Aceh. Santri MUDI yang terpilih mewakili Aceh ke tingkat nasional adalah Faruq , Muhammad Ridha, Boyhaqi, Khalidi, Muhammad Zulfa, Fizal Mauliza, Khairul Tamami, Muhammad Huzaifi, Muammar, M. Khairul Muammmar, Muhammad Afdhal, Nasrullah, Muhammad Irfan, Muhammad Uday, dan Sayyid Mukammil.

Mereka terbagi dalam cabang ula, wustha dan 'ulya. Tgk Musthafa Al-Bayuni sebagai official peserta mengucapkan rasa syukur atas keberhasilan ini. "Kita bersyukur kepada Allah karena sebagian besar dari peserta yang kita kirim lolos ke tingkat nasional. Kita berharap mereka dapat mengharumkan nama Aceh di Pentas Nasional di Jepara. Terimakasih kepada para guru-guru kami yang telah membimbing dan mendoakan kesuksesan para peserta."

Mereka yang terpilih diharapkan agar bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam beberapa minggu ke depan sebelum berangkat ke jepara dan bagi mereka yang tidak terpilih agar jangan putus asa dan terus belajar memperbaiki diri karena masih ada kesempatan di event selanjutnya. (MIJ)
mudimesra.com | Sesuai dengan pengumuman yang telah ditetapkan sebelumnya, ujian caturwulan III di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga akan dimulai pada Rabu malam ini (06/09/2017). Ini merupakan ujian terakhir bagi santri di masing-masing kelas yang akan menentukan kenaikan kelas pada tahun ajaran selanjutnya.

Setelah menjalani libur Idul Adha selama 10 hari sejak 27 Agustus yang lalu, para santri mulai kembali ke Dayah MUDI pada hari Selasa (05/09/2017). Ujian akan berlangsung selama 15 hari hingga 24 September nanti dengan tiga orang guru ujian yang telah ditetapkan oleh Bagian Pendidikan untuk setiap kelas.
mudimesra.com | Aba Sayed Mahyeddin selaku Wadir II Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga menyampaikan pengumuman libur santri MUDI dalam rangka menghadapi Hari Raya Idul Adha. Dayah MUDI mulai diliburkan pada hari Minggu (27/8/2017) dan kembali aktif kembali pada 15 Zulhijjah atau 5 september 2017.

Acara perpisahan yang berlangsung pada Sabtu malam (26/8/2017) diawali dengan penampilan Grup Hadrah, permintaan maaf dari santri yang diwakili oleh Tgk Saryulis dan dilanjutkan dengan sambutan mewakili Dewan Guru yang disampaikan oleh Tgk Mursyidi Abdurrahman. Acara ditutup dengan pengumuman libur oleh Aba.

Sekembalinya nanti setelah libur Idul Adha, para santri akan langsung menghadapi ujian akhir tahun untuk tahun ajaran 1438 H. Hasil ujian ini akan menentukan kenaikan kelas setiap santri untuk tahun ajaran berikutnya.

Aba Sayed mengumumkan Libur Idul Adha 1438 H

Tgk. Mursyidi Abdurrahman berbicara mewakili dewan guru

Tgk. Saryulis berbicara mewakili santri
mudimesra.com | Menyusul ujian caturwulan ketiga yang akan diadakan setelah libur Idul Adha nanti, Bagian Pendidikan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga telah menetapkan daftar guru ujian yang akan bertugas di tiap-tiap kelas. Ujian akan mulai dilaksanakan pada 16 Dzulhijjah 1438 H/06 September 2017 hingga 04 Muharram 1438 H/24 September 2017.

Berikut ini adalah link untuk melihat susunan guru ujian caturwulan III di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.

mudimesra.com | Abi Zahrul Mubarak selaku Wadir I Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga sekaligus Kepala Satuan Pendidikan Muadalah Aliyah Dayah MUDI hari ini (1/8/2017) kembali menerima SK perpanjangan Mu'adalah Pondok Pesantren dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia di Jakarta. SK tersebut diserahkan oleh Dr. Ahmad Zayadi, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.

Selain perpanjangan SK Mu'adalah, dalam rapat kerja bersama Dirjen Pendis Kemenag RI juga dibahas persoalan izin pendirian Ma'had Aly baru di beberapa pondok pesantren lainnya. Dayah MUDI sendiri merupakan pesantren pertama di Aceh yang resmi mendapatkan izin pendirian Ma'had Aly bersama 12 pesantren lainnya se-Indonesia.

Sebelum menempuh jenjang Ma'had Aly, Santri MUDI mengikuti jenjang pendidikan Aliyah selama 3 tahun. Dayah MUDI telah ditetapkan sebagai penyelenggara muadalah semenjak tanggal 8 Januari 2013 dengan nomor SK : DJ.I/65/2013. Dengan adanya perpanjangan SK Mu'adalah pada hari ini, itu artinya ijazah Aliyah MUDI masih dapat dipergunakan sebagai syarat memasuki perguruan Tinggi Islam di Indonesia dan Timur Tengah.

Abi MUDI melalui Tgk Sufri menyampaikan, "Dayah MUDI menyelenggarakan satuan muadalah disebabkan program pendidikan muadalah ini tidak menganggu nilai salafiyah pesantren. Program muadalah dapat dikatakan sebagai hadiah yang diberikan oleh Pemerintah kepada pesantren. Dalam hal ini Pemerintah hadir sebagai legislator atas pengakuan pendidikan dari pesantren, oleh pesantren, dan untuk pesantren." (MIJ)
mudimesra.com | Pengurus Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi Cabang Medan, Sumatera Utara dilantik oleh Abu Syekh H Hasanoel Bashri HG pada Minggu malam (23/7/2017) di Dayah Abu Keumala Al-Aziziyah, Medan, Sumatera Utara. Dalam sambutannya, Abu MUDI memaparkan sejarah lahirnya Tastafi yang merupakan singkatan dari Tasawuf, Tauhid dan Fikih dengan tujuan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat mengenai ilmu fardhu in dan hukum Islam.

Dalam tahun ini, Abu MUDI telah mengukuhkan pengurus Tastafi di beberapa Kabupaten di Aceh. Pengurus Tastafi Medan menjadi pengurus pertama yang dilantik untuk wilayah luar Aceh.  Pengajian Tastafi yang berjalan di wilayah lainnya di luar Aceh menunggu giliran berikutnya untuk dibentuk dan dikukuhkan kepengurusannya.

Menariknya, kepengurusan Tastafi Medan diketuai oleh orang Medan asli dari suku Harahap. Beliau, Tgk Yahya Muda Harahap diamanahkan sebagai Ketua dengan dibantu oleh Tgk Fahmi Karimuddin MA sebagai wakilnya. Dalam jajaran Penasehat tertera nama Abi Syarifuddin Bakri, Abi Ridwan Abu Keumala, Abi Maulana Syarifuddin dan Abi M. Nur. Untuk jabatan Sekretaris diemban oleh Tgk Syamsul Bahri dan Tgk Abdullah sebagai wakil. Dan bendahara dijabat oleh Tgk Bahrul Walidin M.Pd dan Tgk Safrizal Mukhtar MA. Sementara Tgk. M. Husna Mubarak ditugaskan sebagai protokoler.

Direncanakan, Pengurus Tastafi Medan akan segera mengadakan rapat untuk menentukan waktu dan tempat kegiatan pengajian yang akan diadakan secara reguler. Kepada redaksi mudimesra.com Tgk Yahya Muda Harahap mengatakan, "Kami akan segera mengadakan rapat untuk membahas jadwal dan tempat Pengajian. Khususnya Ulama Kharismatik Aceh akan diundang secara bergantian untuk mengasuh pengajian ini." (MIJ/Ade Juanda)
mudimesra.com | Di antara adab mengunjungi jenazah adalah memperbagus sangkaan kepada jenazah tersebut meskipun ia seorang yang fasik atau pendosa. Dan juga mengkhawatirkan keadaan diri sendiri walaupun secara zahir kita selalu dalam ketaatan karena kita belum tau bagaimana akan mengakhiri kehidupan ini nantinya.

Dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki yang gemar melakukan kejahatan meninggal dunia di suatu daerah dalam kawasan Basrah. Pada saat itu, isterinya tidak menemukan seorang pun yang mau membantu untuk mengurus jenazah ini sebab ia sudah dikenal sebagai ahli maksiat dan seorang pendosa. Akhirnya ia menyewa dua orang untuk mengangkat jenazah suaminya. Dibawalah jenazah ini ke Mushalla namun tidak seorang pun yang shalat untuknya. Akhirnya jenazah ini dibawa ke padang pasir untuk dikuburkan.

Tanpa diduga, ternyata ada seorang Ulama yang zuhud yang telah menanti kedatangan jenazah suaminya. Ia berencana untuk menyalati jenazah ini. Maka tersiarlah berita bahwa seorang Ulama yang zuhud telah turun untuk menyalati jenazah fulan. Akhirnya masyarakat pun datang berbondong-bondong untuk menyalati jenazah ini.

Namun demikian dalam hati kecil mereka merasa aneh dan masih bertanya-tanya ada apa di balik shalatnya Zahid kepada jenazah ini. Akhirnya Ulama yang zuhud ini bercerita bahwa ia bermimpi dan dalam mimpi itu diperintahkan, "Turun lah Engkau ke tempat ini, dan lihatlah di sana ada satu jenazah yang tidak seorang pun menemaninya selain dari isterinya. Shalatilah jenazahnya! Sesungguhnya ia telah diampuni dosa-dosanya." Demikian cerita Zahid yang membuat masyarakat semakin keheranan.

Kemudian orang Zahid ini bertanya kepada isterinya bagaimana sebenarnya kehidupan keseharian suaminya. Maka isterinya menjawab sebagaimana yang telah diketahui khalayak, hidupnya dalam kemaksiatan dan ia selalu meminum khamar. Orang Zahid kembali meminta istrinya untuk mengingat kembali mungkin ada amal kebaikan yang pernah suaminya kerjakan.

Isterinya kemudian mengiyakan dan ia bercerita ada tiga kebaikan yang ia ingat dari suaminya. Pertama, Setiap hari ketika suaminya sadar dari mabuknya menjelang subuh, ia segera bergegas menggantikan pakaiannya, berwudhu' lalu pergi menunaikan shalat subuh berjamaah. Dan setelah itu kembali ke perbuatannya semula. Kedua, tidak pernah sekalipun rumahnya kosong dari satu orang atau dua orang anak yatim. Kebaikannya kepada anak yatim melebihi kebaikan yang dilakukannya kepada anak kandung sendiri. Saat pulang ke rumah, yang pertama ditanyakan adalah anak yatim sebelum bertanya tentang anaknya. Ketiga, dalam kondisi sadar di tengah mabuknya, dalam suasana malam yang sunyi ia menangis, merasa dirinya sebagai orang yang sangat hina, dan saat itu ia berkata: "Ya Rabb, di pojok mana dari neraka Jahannam yang Engkau kehendaki untuk dicampakkan diri ini yang penuh dosa."

Mendengar jawaban istrinya, maka orang Zahid ini pun pergi dan ia telah menemukan jawaban dari kemusykilannya. Kisah ini mengajarkan kita untuk berbaik sangka kepada siapapun jenazah kaum muslimin walau Ia seorang pendosa. Di samping itu, kematian harus menjadi renungan bagi kita untuk merisaukan bagaimana akhir hayat kita nantinya, akankah berujung bahagia atau na'uzubillah malah berujung celaka. (MIJ)

[Dikutip dari kitab Ihya Ulumiddin dalam pengajian Subuh bersama Alfadhil Abu Syaikh H Hasanoel Bashri HG / Abu MUDI di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga]
mudimesra.com | Dayah MUDI Mesra Samalanga kembali membuka pendaftaran santri baru baik untuk putra maupun putri. Pendaftaran telah dibuka sejak beberapa hari lalu tepatnya pada hari Selasa tanggal 10 Syawal 1438 H bertepatan dengan tanggal 4 Juli 2017 atau bertepatan dengan hari kedua aktif belajar mengajar di Dayah MUDI. Sebagaimana diketahui jika dayah MUDI kembali aktif  kegiatan belajar mengajar setelah libur panjang Ramadhan selama 45 hari.

Seperti biasanya, semenjak tiga tahun lalu, sebelum resmi mendaftar para santri baru diwajibkan mengikuti testing tiga mata pelajaran dengan tiga guru penguji. Setelah lulus, barulah mereka bisa mendaftar dan membayar biaya formulir yang sudah diambil tadi saat mengikuti tes. Pengumuan kelulusan dan tidak pun bisa langsung diketahui setelah selesai mengikuti testing. Adapun mata pelajaran yang diuji adalah Al-Qur`an dan Tajwid, Fiqh (Matan Taqrib), Nahu (‘Awamil), dan Sharaf (Matan Bina wal Asas, Matan Jurumiah dan Dhammon).

Untuk santri putra guru pengujinya adalah guru terpilih bagian pendidikan putra Dayah MUDI Mesra, begitu juga untuk putri guru pengujinya adalah dewan guru terpilih dari seluruh bagian di bawah Wadir 1 MUDI putri.

Adapun tempat pendaftaran untuk santri putra adalah Kantor Sekretariat LPI Ma'hadal 'Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga (Lt. I   No. 9 Mabna Al-Aziziyah). Sedangkan untuk putri di kantor Sekretariat Putri LPI Ma'hadal 'Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga (Lt. I No. 2 Mabna Baitusy Syifa).

Semenjak dibuka beberapa hari lalu, sudah seratusan lebih  santriwan dan santriwati yang tercatat sudah ikut testing dan mayoritas dinyatakan lulus. Pendaftaran akan terus dibuka sampai 5 Zulhijjah atau sampai hari minggu 27 Agustus 2017.

Tgk Muksalmina, sekjen bagian pendidikan Dayah MUDI kepada mudimesra.com mengatakan: “Bagian pendidikan bekerja sama dengan Seketariat  terus mengevaluasi penerimaan santri baru agar target yang telah ditetapkan terpenuhi semaksimal mungkin.”

Semenjak perubahan kurikulum 2 tahun lalu, Dayah MUDI terus berbenah menyempurnakan roda pendidikan agar bisa bersaing di tingkat nasional mengingat tahun lalu Dayah MUDI diresmikan sebagai salah satu dari 13 pesantren se-Indonesia dan satu-satunya di provinsi Aceh yang diizinkan dan memenuhi syarat membuka Mahad 'Aly sebagai jawaban dari pengakuan pemerintah terhadap pendidikan dayah Salafi dalam membangun moralitas umat terutama dalam menjaga kedamaian. Ijazah 'aliyah Dayah MUDI pun telah secara sah diakui secara nasional dan bisa digunakan di masa saja di seluruh Indonesia. (gus_akha)

Untuk ketentuan pendaftaran dan syarat lengkapnya bisa dilihat di sini.
mudimesra.com | Pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fikih (Tastafi) di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang sempat libur selama Ramadhan kembali dilanjutkan. Pengajian bulan ini akan berlangsung nanti malam, Jum'at (malam Sabtu), 7 Juli 2017 setelah shalat Isya. Menurut keterangan Ketua Tastafi Banda Aceh, Tgk. Marwan Yusuef pengajian nanti malam akan diasuh langsung oleh Abu Syekh H. Hasanoel Bashri HG yang biasa disapa Abu MUDI.

Tgk Marwan mengajak masyarakat Kota Banda Aceh dan sekitarnya untuk meramaikan Pengajian ini. "Mari kita ikuti Pengajian ini untuk menambah pengetahuan kita tentang fardhu in dan hukum-hukum Islam. Tanpa ilmu kita tidak mungkin melakukan ibadah kepada Allah SWT. Jangan lupa mengajak keluarga dan sahabat untuk sama-sama merebut kesempatan berharga duduk di Majelis Ilmu bersama para Ulama," imbau Tgk Marwan yang juga Keuchik Kampung Baru ini.

Pengajian Tastafi di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ini diadakan secara rutin sebulan sekali setiap malam Sabtu pertama awal bulan. Sebagaimana biasanya, pengajian ini juga disiarkan secara langsung melalui RRI Pro 1 Banda Aceh, 97,7 FM dan beberapa radio lainnya.
Abu MUDI sedang membacakan naskah  pelantikan pengurus TASTAFI di Mesjid Islamic Center Kota Lhokseumawe
mudimesra.com | Pengurus Majelis Pengajian dan Zikir TASTAFI wilayah kota Lhokseumawe telah dilantik pada Selasa malam (04/06/2017). Acara pelatikan ini diselenggarakan di masjid Islamic Center Lhokeumawe. Pelantikan pengurus Tastafi yang disaksikan oleh ribuan jama’ah ini dipimpin langsung oleh Al-Mukarram Abu MUDI.

Ketua TASTAFI terpilih adalah Tgk. H. Zarkasyi, S.H.I, M.H, Sekretaris Tgk. H. Mirza Gunawan, ST dengan Tgk. Abdullah Daud terpilih sebagai Bendahara.

Selain pelantikan pengurus, pada acara yang diadakan sesudah shalat Isya ini Abu MUDI juga menyampaikan materi pengajian dari kitab Ayyuhal Walad karya Imam Ghazali sebelum dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. (martunis)
mudimesra.com | Alhamdulillah setelah menyelesaikan dakwah selama bulan Ramadhan di Kalimantan Utara tepatnya di Pulau Tarakan,  Pulau Sebatik di Perbatasan Indonesia-Malaysia,  dan di Kabupaten Malinau, Tgk Mustafa Kamal (Singa Al Bayuni)  berserta kami serombongan meninggalkan Kalimantan menuju ke Surabaya.

Di Bandara Juanda kami di jemput oleh asistennya Kyai Muhsi Al Banjari Al Maduri menuju ke Madura dengan perjalanan melewati jembatan terpanjang di Indonesia hingga sampai Kabupaten Sumenep memakan waktu lima jam perjalanan.

Dalam perjalanan kami juga singgah di Masjid Jamik Sumenep yang di bangun semasa penjajahan Belanda dengan arsitektur Cina.

Pukul 23:35, Alhamdullah kami disambut oleh Kyai Mushi dan para santri di Pondok Peramaan. Penulis pribadi merasa takjub dengan sambutan yang begitu antusias.

Malam itu beliau mengeluarkan beberapa kitab karangan Kyai Haji Thaifur Aly Wafa Al Madury yang dikenal Imam Sayuti fi zamanina.

Kami pun berniat berziarah ke kediaman beliau di Pondok Assadad di Ambunten Timur Sumenep - Madura.
[post_ad]
Pukul 10:00 setelah silaturrahmi di Rumah Abah dari Kyai Mushi yang juga seorang Ulama Madura kami berangkat ke kediaman K.H Thaifur Aly Wafa. Keberuntungan memihak kepada kami,  beliau sedang tidak banyak tamu sehingga sangat mudah untuk kami menyampaikan hajat silaturrahmi untuk meminta diijazahkan kitab-kitab karangan beliau.

Pucuk di cinta ulam pun tiba,  seperti bersambut gayung,  yang semula kami berfikir hanya mendapatkan ijazah kitab beliau, kami malah dihadiahi 37 kitab dengan 21 judul kitab yang berbeda beserta mengijazahkan kepada kami,  kami juga mendapatkan ijazah Doa Futuh (ya badi'u 86x selesai salat) yang beliau amalkan sehari-hari.

Dari kediaman beliau, kami singgah berziarah ke Makam Kyai Aly Wafa, ayah dari Kyai Thaifur Aly Wafa Al Maduri.

Kamis 29 Juni 2017.

Kami meninggalkan daratan Madura menuju pulau kecil di Talangon untuk menghadiri Haul kerabat Habib Yusuf Al Hasan.

Di rumah Habib Ahmad Al Hasani kami dijamu bak Tamu Istimewa dari Aceh, didoakan satu persatu.

Kami berangkat ke maqbarah Sayed Yusuf Al Hasani yang tidak begitu jauh dari rumah Habib Ahmad Al Hasani untuk berziarah.

Dari Talangon kami menuju ke tempat acara Istighasah Jumat Manis di Banjar Batu.

Dan Alhmdulillah,  Tgk Mustafa Al Bayuni dipercayakan untuk memberi Tausiah,  Tgk Aiyub sebagai pemimpin Yasinan berjamaah,  juga Tgk Ilham Abdul Hamid Sebagai pembawa shalawat.

Para jamaah terdiri dari warga Madura yang kurang memahami bahasa Indonesia sehingga cemarah diterjemahkan oleh Kyai Muhsi ke dalam bahasa Madura.

Dalam acara itu Kyai Muhsi juga menyampaikan permohonan kepada Abu MUDI agar kiranya mau mengutus para Dai HAMAS ke Madura di tahun yang akan datang.

Syukur Alhamdulillah berangkat dari keiklasan dan berkat doa dari guru semua, bahkan di antara kami ada yang menjual laptop dan kamera untuk bisa bersilaturrahmi ke Kalimatan Utara. Apalagi di akhir akhir Ramadhan, hampir kami meminta di Tranfer Uang untuk tiket kepulangan. Namun syukur Alhamdulillah Allah memudahkan urusan kita di jalan dakwah, bahkan kami bisa mengunjungi beberapa tempat di nusantara ini dan cukup untuk membeli kamera dan laptop baru.

Kami memperoleh banyak hal yang tak terduga.
Diantaranya Ilmu Kemasyarakatan, Ilmu Ruqyah Syar'iyah,  ijazah seluruh kitab K.H. Thaifur Aly Wafa, Ijazah doa Futuh, Ziarah ke makam Habaib dan Ulama Nusantara, juga Pembukaan Lima titik Dakwah baru di Tahun yang akan datang,  Yaitu,  Sulawesi,  Kalimantan Timur,  Malinau, Pulau Tarakan, Pulau Sebatik (Kalimantan Utara), dan Madura. (abi_yoes)*

*Penulis adalah salah seorang penda'i HAMAS di Kalimantan
mudimesra.com | Dalam kalam hikmahnya, Syaikh Ibnu Athaillah As-Sakandari mengatakan bahwa dosa yang melahirkan rasa penyesalan lebih baik ketimbang taat yang melahirkan kebanggaan dan kesombongan.

Ketika seorang manusia merasa dirinya hina, maka Allah akan memuliakannya. Namun dikala seorang manusia meninggikan dirinya, maka Allah akan merendahkannya. Orang yang beribadah namun tidak melahirkan rasa kehinaan, ibadahnya tidak memiliki makna dikarenakan ruh dari ibadah adalah sifat penghambaan diri di hadapan kebesaran Allah SWT. Maka karena itu bila seandainya dosa membuat seseorang sadar hingga bertaubat dan merasa dirinya terhina, dosa itu lebih baik daripada taat yang melahirkan kesombongan.

Diriwayatkan dari Aban bin Ayyasy, Beliau bercerita,

Pada satu hari aku beranjak keluar dari tempatnya Anas bin Malik di Basrah. Tiba-tiba aku melihat ada sebuah jenazah yang dibawa oleh 4 orang berkulit hitam dan tidak ada seorang pun selain mereka. Aku berkata dalam hati, Subhanallah, Apa yang terjadi di Kota Basrah, seorang jenazah Muslim tidak ada yang mengikuti proses pemakamannya. Sungguh Aku adalah orang yang kelima diantara mereka.

Aku terus mengikuti hingga jenazah itu diletakkan di tempat shalat, mereka mempersilakan agar Aku menjadi Imam. Lalu aku menganjurkan agar mereka saja yang mengimami. Mereka juga menolak seraya berkata, "Kami berempat sama, tidak bisa apa-apa." Maka akhirnya Aku pun mengimami shalat untuk jenazah yang malang ini.

Setelah selesai shalat Aku bertanya kepada mereka apa yang terjadi sebenarnya? Mereka berkata: "Kami ini orang bayaran. Kami disewa oleh seorang wanita untuk mengurus proses pemakaman jenazah ini." Singkat cerita akhirnya jenazah ini tiba di tempat pemakaman dan selesai dikuburkan.
[post_ad]
Satu jam kemudian, akhirnya seorang wanita dimaksud tiba di depan kami sambil tersenyum-senyum. Tentu saja hal ini membuat rasa penasaranku semakin menjadi-jadi. Aku mendesak agar wanita ini menceritakan bagaimana kejadian yang sebenarnya. Bagaimana mungkin dalam kondisi musibah, belum lagi malangnya jenazah ini yang tidak ada pengantarnya wanita ini malah terlihat begitu gembira.

Wanita itu bercerita: Jenazah ini adalah anakku. Selama hidupnya, hampir tidak ada jenis maksiat kecuali pernah dilakukannya. Tiga hari yang lalu menjelang kematiannya, ia jatuh sakit. Dalam kondisi sakit itu ia berkata, "Wahai Ibuku! Bila Aku meninggal nanti Ibu tak usah memberitahukan berita kematianku kepada tetangga dan orang-orang di sekeliling kita karena mereka pasti tidak akan menghadirinya. Malah mereka akan mencela kematianku. Tolong Ibu tuliskan di atas cincinku ini kalimat Lailahaillallah Muhammad Rasulullah, lalu masukkan dalam kafanku, mudah-mudahan itu menjadi sebab Allah menyayangiku. Saat Aku meninggal nanti tolong letakkan kaki Ibu di atas pipiku dan katakanlah, Inilah balasan yang pantas untuk orang yang bermaksiat kepada Allah. Dan setelah Aku dikuburkan, angkatlah tangan Ibu ke langit sambil berkata, Aku telah meridhainya Ya Allah, maka berikanlah keridhaanMu untuk nya."

Wanita itu melanjutkan ceritanya, setelah ia meninggal dunia, aku penuhi dan kerjakan semua wasiatnya. Saat Aku menengadahkan tangan ke langit, tiba-tiba Aku mendengar suara entah mana arahnya yang berkata kepadaku dengan lisan yang fashih, "Pulanglah Wahai Ibu! Sungguh Aku telah pergi menuju Tuhan yang Maha Mulia lagi amat mengasihani yang tidak sedikitpun marah kepadaku." Hal Ini lah yang membuat aku tersenyum dan tertawa.

SELESAI

Dari kisah di atas kita melihat bagaimana Allah memuliakan seseorang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya, bagaimana Allah memuliakan seseorang yang merasa dirinya hina dan tidak berharga.

Kembalilah kepada Allah, seberapa pun besar dosa kita, karena rahmat Allah sangatlah luas walau besar sekali dosa kita. Jangan tunda taubat, karena kematian bisa datang kapan saja. Mari azamkan dalam hati untuk bertaubat sekarang juga, karena pintu Allah selalu terbuka untuk menerima taubat kita. (iqbal_jalil)

(Kisah ini termaktub dalam Syarah Hikam karya Ibnu 'Ibad Ar-Randy dalam Pengajian Special Ramadhan bersama Abi Zahrul Fuadi Mubarrak, Wadir I Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Wakil Ketua Majelis Muwashalah baina Ulama al-Muslimin wilayah Aceh di Dayah MUDI Mesra, Samalanga, Bireuen, Aceh)
mudimesra.com | Dalam kalam hikmahnya, Syaikh Ibnu Athaillah As-Sakandari berkata:

لا تطلب ربك بتأخير مطلبك ولكن طالب نفسك بتأخير ادبك

"Jangan Engkau tuntut Tuhanmu tatkala tertunda permintaanmu, tapi tuntutlah dirimu atas tertundanya adabmu."

Ketika berdoa dan meminta suatu permintaan kepada Allah namun belum tampak ijabah, maka perbaguslah sangkaan kepada Allah seraya melakukan introspeksi diri, mungkin ada adab yang terabaikan. Karena yang pantas dituntut adalah diri kita, Allah berhak melakukan apa saja yang dikehendakiNya. Maka tuntutlah diri kita agar menjaga adab dengan Allah mungkin ada yang salah dengan cara kita dalam berdoa.

Diantara bentuk kurang adab kepada Allah adalah menuntut agar Allah mengabulkan persis seperti apa yang kita harapkan, bukan menyerahkan yang terbaik menurut pilihan Allah. Maka karena itu para Aulia meskipun mereka berdoa namun motivasinya berbeda dengan kita. Mereka berdoa bukan karena ingin terpenuhi permintaan, tetapi untuk menampakkan diri sebagai seseorang yang lemah dan sangat berhajat kepada Allah SWT.

Bentuk kurang adab yang kedua adalah beranggapan Allah tidak menerima doa kita tatkala ijabah itu tidak nampak pada kita. Kita perlu mengetahui bahwa ijabah itu tidak selalu harus ditampakkan kepada kita, tapi boleh saja disembunyikan karena dalam penyembunyian itu ada kemaslahatan.

Ketiga, seseorang akan dianggap kurang adab tatkala menentang dan memprotes Allah dari ketetapanNya baik seperti saat doa belum diterima. Padahal sepantasnya yang dilihat adalah apa yang salah dari dirinya sehingga doanya belum diterima.
[post_ad]
Ada beberapa sikap yang perlu diamalkan dalam menjaga adab kepada Allah

حسن ادب مع الله => اكتفاءك بعلمه والرضا بحكمه والاعتماد على ما اختاره

1. Merasa cukup dengan ilmu Allah.

Berdoa bukan berarti menyangka Allah tidak tahu kebutuhan kita, tetapi doa dimaksudkan sebagai bagian dari menunaikan perintah karena Allah memerintahkan kita untuk berdoa dan untuk menampakkan kelemahan diri yang selalu butuh kepada Allah.

2. Ridha dengan keputusan Allah.

Ketika meminta sesuatu tapi belum terkabul kita menerimanya dengan lapang dada seraya mengintropeksi diri. Adakalanya Allah memberikan yang lain, maka sikap kita harus menerimanya. Karena bentuk qabul adakalanya diberikan yang diminta, diganti dengan yang lain, atau adakalanya ijabah doa bukan dalam bentuk pemberian tapi dengan dihindarkan dari bala.

3. Berpegang pada apa yang dipilih oleh Allah. Pilihan kita bercampur dengan keinginan nafsu, tapi pilihan Allah murni dan itu yang terbaik bagi kita. Maka dari beberapa bentuk qabul yang tersebut di atas, kita serahkan kepada Allah bentuk qabul yang terbaik di sisiNya.

Dari uraian di atas hal yang perlu ditanamkan dalam jiwa kita adalah jangan tanyakan kenapa Allah belum menerima doa kita, tapi tanyakan ada apa dengan doa kita sehingga belum diterima oleh Allah, dimana mungkin ada syarat dan adab yang terabaikan. (iqbal_jalil)

(Catatan Pengajian Hikam 24 Ramadhan 1438H bersama Abi Zahrul Fuadi Mubarak di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Kab. Bireuen, Aceh)
mudimesra.com | Syaikh Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam kalam hikmahnya mengatakan:

لا يخاف عليك أن تلتبس الطرق عليك وانما يخاف عليك من غلبة الهوى عليك

"Jangan Engkau khawatirkan ketidakjelasan jalan menuju Allah, akan tetapi yang perlu Engkau khawatirkan adalah dominasi hawa nafsu yang menggerogoti jiwamu"

Jalan untuk menuju kepada Allah sudah terang dan jelas, karena Allah SWT telah menerangkan itu semua baik melalui diturunkan kitab, diutuskan Rasul serta ditampakkan dalil-dalil. Maka karena itu tidak ada yang perlu dirisaukan tentang ketidakjelasan tanda itu, namun yang perlu dirisaukan adalah dominasi hawa nafsu yang menggerogoti jiwa sehingga seseorang terhijab dari kedekatannya dengan Allah SWT.

Setiap manusia tidak pernah lepas dari 4 kondisi dan semua itu telah dituntun jalan melalui para Rasul-nya bagaimana kita mendekatkan diri dengan Allah dalam setiap kondisi tersebut. Keempat kondisi tersebut adalah adakalanya dalam ketaatan atau maksiat, dan adakalanya dalam nikmat atau tertimpa bala.
[post_ad]
Dalam kondisi taat dan ibadah, seorang manusia sejatinya menyadari bahwa itu semua merupakan anugerah Allah. Kita harus meyakini bahwa tidak ada daya dan upaya tanpa seizin Allah. Tidak selayaknya seseorang berbangga dengan ketaatannya hingga ia lupa bahwa itu semua merupakan anugerah Allah SWT.

Dalam kondisi maksiat, jalan yang harus ditempuh oleh seorang hamba adalah beristighfar dan taubat untuk kembali kepada Allah. Tidak selayaknya kondisi maksiat membuat seseorang putus asa karena rahmat Allah sangatlah luas, namun tidak juga berarti ia boleh terus-terusan dalam maksiat atau menunda-nunda taubat dengan berpangku kepada rahmat Allah karena kematian bisa saja datang tiba-tiba. Putus asa dari rahmat Allah dan menunda-nunda taubat menunjukkan seseorang telah dikuasai oleh hawa nafsunya.

Dari sisi yang lain seorang hamba Allah adakalanya dalam nikmat dan adakalanya ditimpakan bala. Dalam kondisi nikmat yang dituntut adalah bersyukur sedangkan saat tertimpa bala yang dituntut adalah bersabar.

Semua tuntunan untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam berbagai kondisi sudah terang dan jelas, tinggal lagi apakah kita menempuh jalan itu atau tidak. Maka yang perlu dikhawatirkan sebenarnya adalah pengaruh hawa nafsu yang membuat kita terhijab dan lalai dari menempuh jalan tersebut.

Syaikh Ahmad bin Hadhrawaih Al-Balkhi berkata: "Jalan sudah jelas, Kebenaran telah nampak, Sang Penyeru (Nabi) telah menyampaikan, maka tidak ada yang merasa heran setelah hal tersebut ada kecuali orang-orang yang dibutakan mata hatinya."(iqbal_jalil)

(Pengajian Hikam 24 Ramadhan bersama Abi Zahrul Fuadi Mubarak di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga)
mudimesra.com | Abu Hasan As-Syazili menceritakan kisah hidupnya yang dulu sempat berusaha untuk meraih pangkat kewalian. Beliau bercerita:

Aku punya teman di sebuah wilayah pedalaman. Kami sepakat untuk mengasingkan diri dalam gua dengan harapan dapat menjadi wali dan dibukakan oleh Allah rahasia yang telah dibukakan kepada mereka.

Kami bertapa di gua dalam beberapa masa. Dalam setiap saat kami menunggu pangkat kewalian itu tiba. Kami berkata, moga saja Jumat ini, moga saja bulan ini, Semoga harapan itu segera tercapai hingga seterusnya. Namun ternyata Allah belum juga memberikan futuh kepada kami dan apa yang kami harapkan tidak terkabulkan.

Tiba-tiba, ada seorang orang tua berdiri di pintu gua dan meminta izin masuk, kami izinkan dan akhirnya beliau masuk. Kami bertanya, "Engkau siapa?" Maka beliau berkata, "Aku hamba Al-Malik (Allah)." Dengan jawaban itu akhirnya kami yakin itu bukan talbis syaithan, tapi itu adalah seorang Wali.
[post_ad]
Lalu kami bertanya, "Bagaimana keadaan Mu?" Wali itu balik bertanya kepada kami berulang-ulang, "Bagaimana hal Kalian? Apa yang Kalian dapatkan Jumat ini? Bulan ini?" Pertanyaan Wali itu menyindir sikap konyol kami yang berusaha untuk menjadi Wali. Beliau melanjutkan ucapannya, "Tidakkah Engkau beribadah kepada Allah sebagaimana yang diperintahkan dengan penuh ikhlas kepadaNya?" Tegur wali itu seraya membaca firman Allah:

وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
"Tidak Aku ciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku."

Tidak lama kemudian sang wali pergi tanpa jejak. Barulah kemudian kami tersadar bahwa jalan kami salah, dan kami terbangun hingga heran dari mana timbul ide konyol ini. Kami akhirnya bersyukur karena Allah masih menyayangi kami hingga tidak larut dalam kesalahan. Saat itu kami kembali dari usaha mencari Wali dan menjalani aktivitas ibadah sebagaimana biasanya. Kami mencela nafsu yang memperdayai kami dan senantiasa beristighfar memohon ampun kepada Allah SWT.

Demikianlah kisah Sayyidi Abu Hasan As-Syazili yang pernah berusaha menjadi Wali ternyata tidak terkabulkan. Akan tetapi setelah beliau fokus beribadah ikhlas karena Allah dan tidak lagi terbayang untuk mengejar pangkat kewalian, Allah memberikan anugerah dan karunia berupa futuh kepadanya. (iqbal_jalil)

(Dikutip dari Pengajian Hikam Special Ramadhan bersama Abi Zahrul Fuadi Mubarrak di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Kab. Bireuen, Aceh)