mudimesra.com | Mudir Ma'had Aly se-Indonesia sore ini (27/3/2018) dijadwalkan akan melakukan kunjungan silaturahmi ke Dayah Ma'hadal Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga. Para Mudir dari seluruh Ma'had Aly di Indonesia telah membentuk satu wadah organisasi yang diberi nama Asosiasi Ma'had Aly Indonesia atau disingkat dengan Amali. Kunjungan ke MUDI ini dilakukan di sela-sela kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Amali yang diselenggarakan di Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng pada 26-28 Maret 2018.

Pengurus Ma'had Aly MUDI, Tgk Sufri menyampaikan bahwa rombongan dijadwalkan akan bertolak dari Kuta Krueng ke MUDI pada pukul 17.40 WIB dan dijadwalkan tiba di MUDI pada pukul 18.00 WIB. Saat tiba di MUDI, Rombongan akan langsung menghadiri jamuan makan malam bersama Abu MUDI, Syekh. H. Hasanoel Bashri HG, Mudir Dayah MUDI, Abi Zahrul Fuadi Mubarrak, Wadir I Dayah MUDI yang juga merupakan Mudir Ma'had Aly dan ditemani oleh para Wadir Dayah MUDI lainnya.

Mudir Ma'had Aly MUDI, Abi Zahrul Fuadi Mubarrak yang baru saja tiba di Dayah MUDI beberapa jam yang lalu setelah menunaikan ibadah umrah mengutarakan rasa bahagia dengan kunjungan para Mudir ini. Abi MUDI menyampaikan, "Mudah-mudahan dengan adanya kunjungan Mudir Ma'had Aly se-Indonesia ke Dayah MUDI ini diharapkan akan terbangun satu ikatan yang kuat antara Ma'had Aly MUDI dengan Ma'had Aly lainnya sehingga akan dapat melakukan berbagai kerjasama dalam pengembangan pendidikan." (iqbal_jalil)
mudimesra.com | Kita tidak pernah bisa menebak bagaimana nasib akhir dari kehidupan seseorang. Ada sebagian yang awalnya baik, tapi akhirnya menjadi jahat. Namun ada juga orang yang awalnya jahat, akhirnya Allah taqdirkan menjadi orang yang baik, sebagaimana yang dialami oleh Bisyar bin Al-Harist Al-Hafi yang lahir sekitar tahun 150 H. Ia dulunya adalah berandalan yang suka berpesta pora dan mabuk-mabukan, hingga akhirnya Allah taqdirkan untuk bertaubat melalui asbab sederhana yang membuat orang-orang yang mengenal Bisyar seakan tidak percaya dengan perubahannya.

Pada suatu hari, Bisyar yang baru saja mabuk-mabukan menemukan secarik kertas bertuliskan bismillah yang jatuh di tanah. Spontan Bisyar mengambilnya karena merasa sedih melihat tulisan mulia ini terdapat di tempat yang rendah. Kertas tersebut kemudian dibersihkannya, diberikan wangian yang secara khusus ia belikan, kemudian disimpan pada tempat yang terhormat di dalam rumahnya.

Setelah kejadian itu, seorang Ulama yang shalih bermimpi. Dalam mimpi itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk mengatakan kepada Bisyar: "Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku-harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti".

Awalnya orang shalih ini kurang percaya dengan mimpinya. Namun setelah berwudhu' dan tidur kembali dalam keadaan suci tetap bermimpi dengan hal yang sama. Kejadian ini berulang sampai 3 kali. Shalihin ini pun mencari Bisyar dan mendapatkannya sedang mengunjungi pesta minum anggur. Setelah Bisyar diberitahukan isi mimpi orang shalih ini, Ia pun segera bertaubat dan keadaannya berubah 180 derajat. Bisyar Al-Hafi kemudian menjadi seorang waliyullah. Ia dipanggil Al-Hafi karena berjalan kemana-mana dengan kaki telanjang atau tidak bersandal.

Ada dua riwayat tentang kenapa Bisyar tidak pernah memakai sandal. Menurut satu riwayat, Bisyar tidak pernah bersandal karena ia mendapatkan hidayah dalam kondisi sedang tidak bersandal. Maka Bisyar ingin mengabadikan suasana yang dialaminya saat mendapat hidayah sebagai suatu anugerah yang sangat berharga dan momen yang sangat bersejarah dalam kehidupannya.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa tali sandal Bisyar sering terputus. Ia pun membawanya ke tukang jahit. Penjahit sandal itu berkata, "kamu selalu menyibukkan orang dengan sandalmu." Maka saat itu juga Bisyar tidak lagi memakai sandal agar hidupnya tidak merepotkan dan membebani orang lain.

Setelah Bisyar memuliakan nama Allah, ternyata Allah memuliakan Bisyar tidak hanya di hadapan manusia, tapi hewan-hewan pun ikut memuliakannya. Semenjak Bisyar bertaubat dan Ia jalan kemana-mana tidak bersandal, hewan-hewan di daerah yang sering dilewati oleh Bisyar tidak pernah membuang kotoran di jalan. Suatu hari, ketika seorang pemilik keledai melihat keledainya membuang kotoran di jalan, Ia pun berteriak "Bisyar telah meninggal." Ternyata setelah orang mencarinya, mereka menemukan Bisyar telah meninggal dunia. (iqbal_jalil)

(Disampaikan oleh Almukarram Abi Zahrul Fuadi Mubarrak, Wadir I Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dalam Pengajian Al-Hikam)
mudimesra.com | Fir'aun adalah sosok manusia angkuh yang mendakwa dirinya Tuhan. Dalam Hasyiah Shawi 'ala Tafsir Jalalain (Juz I: h. 50) disebutkan Fir'aun memiliki nama asli Al-Walid bin Mus'ab bin Rayyan. Makanan sehari-harinya fashil (anak lembu) dan ia membuang hajat dalam 40 hari hanya sekali. Pertanyaannya, apa latar belakang yang membuat Fir'aun berani mengklaim dirinya sebagai Tuhan?

Dalam Pengajian Hikam bersama Almukarram Abi Zahrul Fuadi Mubarrak (Abi MUDI) malam ini (17/03/2018) terdapat jawaban atas pertanyaan itu. Ternyata ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa penyebab Fir'aun mendakwa dirinya Tuhan adalah karena thulul 'afiyah (terlalu lama merasakan kondisi sehat dan kesejahteraan). Itulah yang melatarbelakangi kenapa Fir'aun berani berkata: Ana Rabbukumul A'la. Selama 400 tahun, jangankan sakit berat, Fir'aun tidak pernah merasakan pening, demam atau detak jantung karena ketakutan. Andai semalam saja Fir'aun pernah mengalami pusing atau panas, ia akan disibukkan untuk mengurusi dirinya sehingga tidak akan berpikir untuk mendakwakan dirinya Tuhan.

Setelah membacakan kisah ini dalam Syarah Hikam, Abi MUDI menyampaikan, "Saat Allah memberimu cobaan, bersyukurlah! Itu pertanda Allah masih menyayangimu. Allah ingin memberi warning agar kita dapat kembali kepada Allah dan selalu mengingat-Nya. Itulah alasan kenapa para Shalihin merasa susah dan khawatir bila dalam 30 hari tidak diberikan bala dan cobaan, mereka itu pertanda Allah tidak lagi mencintai mereka."

Terakhir Abi mengingatkan, "Jangan terlena dengan 'afiyah (kesehatan), karena semakin lama 'afiyah, semakin besar potensi seseorang melupakan Allah." (iqbal_jalil)
mudimesra.com | Bekerjasama dengan Forum Silaturrahmi (FORSI) Asokaya dan RSUD dr. Fauziah Bireuen, ratusan santri dan dewan guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga mendonorkan darah mereka pada Jumat pagi (16/03/2018).

Donor darah dilaksanakan di halaman Mesjid Po Teumeureuhom mulai pukul 08.30 WIB sesudah pengajian Kitab Tazkirus Sami' bersama Abi MUDI hingga pukul 12.00 WIB.

Sebelumnya Tgk. Salim yang bertindak sebagai ketua POSKESTREN As-Syifa’ MUDI Mesra melakukan sosialisasi usai jamaah Magrib dan juga poster-poster yang ditempelkan di beberapa sudut dayah. Dalam sosialisasi tersebut Tgk. Salim memaparkan beberapa manfaat donor darah yaitu untuk mengurangi penyakit jantung, meningkatkan produksi darah, menurunkan kolesterol, membakar kalori dll, selain itu beliau juga berpesan kepada seluruh santri bahwa kegiatan ini adalah bentuk kepedulian kita kepada orang lain yang membutuhkan darah di luar sana.

Para santri terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan donor darah ini, hal ini terlihat dari jumlah santri dan dewan guru yang mendaftarkan diri mencapai 367, padahal pihak rumah sakit hanya menyedikan 250 kantong darah sehingga bagi santri yang belum sempat donor kali ini harus sabar menunggu pada April mendatang. (rizky_ramadhan)

mudimesra.com | Berbeda dengan hari-hari biasanya, pada Jumat pagi (16/03/2018) suasana ba'da Subuh di Dayah MUDI terlihat lebih hidup di mana para santri dan dewan guru terlihat antusias menuju Mesjid Po Teumeureuhom karena setelah shalat Subuh dan qiraah Surat Al-Kahfi  mereka akan mengikuti pengajian perdana Kitab Tazkirus Sami' yang diasuh oleh Wadir I Dayah MUDI, Abi Zahrul Fuadi Mubarrak.

Dalam pengajian yang berlangsung selama dua jam Abi menjelaskan bahwa ulama terdahulu sangat memperhatikan masalah adab sehingga muncul dari jari jari mereka literasi (turats) yang membahas masalah adab adab bagi para Alim dan Mutaalim.

Pada kesempatan pagi ini, fokus pengajian Abi adalah adab bagi para Alim, seorang pengajar sebaiknya memperhatkan adab dalam mengajar misalnya selalu dalam keadaan suci, berpakaian rapi dan memakai parfum dan semua itu dibingkai dengan niat karena Allah, dan untuk memuliakan ilmu.  Abi juga menceritakan kisah Imam Malik RA yang selalu memperhatikan pakaiannnya saat akan memberikan hadist kepada murid-murid beliau. Imam Malik juga pernah berkata bahwa salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah adalah mendzahirkan nikmat-nikmat tersebut. 

Mudir Ma'had Aly ini juga mengingatkan kepada para Thalib agar tidak salah mentafsirkan Zuhud, sifat Zuhud merupakan sikap hati, bukan sifat dzahir yang yang nampak dengan panca indra, adapun orang orang yang berpakaian bagus dan berkendaraan mewah tidaklah menafikan sifat zuhud di dalam hati mereka, bisa saja semua yang mereka miliki tidak membuat mereka melupakan Zat yang telah mengkaruniakan nikmat-nikmat tersebut bahkan dengan fasilitas itu membuat mereka lebih mudah dalam membantu agama Allah.

Abi Zahrul juga memberikan gambaran kepada para hadirin untuk istiqamah dalam mengajar sebab hanya dengan seumeubeut risalah Islam kekal, hukum Allah dapat ditegakkan dan kebenaran akan selalu tampil di setiap masa. Abi juga berpesan kepada seluruh santri dan dewan guru untuk melibatkan Allah dalam setiap usaha, dalam artian selalu membasahi bibir dalam doa dan zikrullah  apalagi sebelum menyampaikan ilmu agama, dan ini adalah thariqah yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam sabdanya. Ya Allah Aku berlindung kepada engkau dari  pada berbuat sesat dan disesatkan, berbuat dzalim dan dizhalimkan, berbuat kejahilan atau dijahilkan orang lain.

Tazkirus Sami' wa mutakalim fi adabil alim wa mutaalim adalah kitab yang membahas tentang adab alim (guru) dan mutaalim (santri) dalam menyebarkan dan mendapatkan ilmu agar yang diperoleh mendapat keberkahan. Kitab ini ditulis oleh oleh Imam Badruddin Muhammad bin Ibrahim Ibnu Jamaah Asy-syafii. (rizky_ramadhan)
mudimesra.com | Pada Rabu pagi (14/03/2018) bertepatan dengan 27 Jumadil Akhir 1439 H, Abu Syaikh H. Hasanoel Bashry H.G  resmi mengkhatamkan kitab Tuhfatul Muhtaj di hadapan ribuan dewan guru, alumni, dan para simpatisan di Mesjid Raya Po Teumeureuhom Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.

Abu MUDI menulis sejarah ini dalam dunia Beut-Seumeubeut dengan keistiqamahan yang beliau warisi dari guru sekaligus mertua beliau, Abon H. Abdul Aziz bin H. Muhammad Shaleh,  dimulai belasan tahun lalu dan berakhir pagi ini di hadapan ribuan muridnya.

Pada pagi hari Rabu tersebut, tidak hanya mengkhatamkan Tuhfah, beliau juga memulai kembali (ibda') kitab tersebut bersama dua kitab lainnya, yaitu Ihya Ulumuddin dan Mawahibul Laduniah Syarah Syamail Muhammadiah.

Di hadapan dewan guru dan juga para alumni yang secara khusus datang untuk mengkhatamkan kitab Tuhfah, Abu menekankan pentingnya persatuan antar sesama dayah, khususnya alumni MUDI. Abu  menyerukan kepada murid-muridnya yang hadir untuk terus mendukung kebaikan di mana pun berada. Kemudian Abu bernostalgia dengan menceritakan kisah beliau bersama Abon Aziz, beliau bercerita jika Abon Aziz sangat berharap agar para alumni dayah harus ada di segala lini kehidupan masyarakat, mulai dari tatanan kehidupan kecil hingga ke tangga kehidupan yang paling besar, mulai dari mengurus masyarakat di desa hingga mengurus pemerintahan dengan sebisa mungkin tentunya.

Karenanya, Abu mengajak masyarakat untuk mendukung alumni dayah secara umum dan MUDI secara khusus untuk terjun ke dunia politik agar Islam yang mati-matian dijaga kemurniannya tidak hanya berada di kalangan dayah saja, tapi juga menyebar ke seluruh pelosok kehidupan sosial masyarakat. Abon Aziz, menurut Abu sangat ingin setiap putaran kehidupan diputar dengan roda keislaman yang pemutarnya adalah alumni dayah sehingga amanah menjaga agama Rasulullah saw. bisa direalisasikan dengan maksimal.

Menindak lanjuti pesan tersirat Abon Aziz, semenjak tahun 2003 Abu MUDI mendirikan IAI Al-Aziziyah, agar lulusan dayah tidak hanya mahir kitab kuning tetapi juga diakui keilmuannya secara akademik dan bisa terjun ke berbagai lini kehidupan termasuk dunia perpolitikan dan pemerintahan. Abu juga mengingatkan, terjun ke dunia politik atau lainnya boleh-boleh saja selama tidak mengganggu semangat Tafqquh fiddin dalam beut semueubeut yang selalu diulang-ulang Abon Aziz kepada murid-muridnya di berbagai kesempatan. Untuk mereka yang punya dayah atau fokus kepada beut-seumeubuet, maka janganlah hal itu ditinggalkan mengingat yang demikian merupakan pekerjaan yang sangat mulia di sisi Allah swt.

Sedangkan mereka alumni dayah yang tidak fokus kepada Tafaqquh fiddin, maka mereka bisa mengabdi kepada agama dan masyarakat dengan jalan lain seperti terjun ke dunia politik dan pemerintahan. Karena pada intinya, hidup kita secara umum dan lebih lagi alumni dayah adalah untuk mengabdi kepada agama dan masyarakat.

Demikianlah sikap kita sebagai alumi dayah, tidak anti dengan politik tapi juga tidak fanatik dengan segala sisinya, kita tidak boleh menjauhinya sehingga tidak ada lagi orang-orang baik di sana dan juga tidak boleh terlalu jauh masuk ke dalamnya sehingga diperbudak oleh kepentingannya.

Abu juga bercerita bahwa dalam menjalankan struktur harian Dayah MUDI, beliau percaya penuh dengan para pembantunya sehingga tidak akan sedikitpun mengintervensi mereka dalam menjalankan peraturan dengan kehendaknya.

Acara kemudian ditutup dengan jamuan makan pagi bersama antara Abu, dewan guru, alumni dan simpatisan. Turut hadir dalam acara Khatam tadi pagi, Wadir 1, 2 dan 3 Dayah MUDI, Ayah Cot Trueng, Ulama muda Waled Cot Meurak, Aba Nisam dan para tokoh masyarakat dari berbagai kalangan. Sebagaimana Allah telah mengumpulkan mereka pada acara dan tempat yang diberkahi tersebut, semoga Allah juga kumpulkan mereka di akhirat kelak bersama Baginda Rasulullah saw. (akha_ibnu_nasir)
mudimesra.com | Para alumni Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga yang tersebar di berbagai daerah seluruh Aceh hari ini (14/3/2018) ramai-ramai pulang ke dayah untuk mengikuti khataman kitab Tuhfatul Muhtaj bersama Abu Syekh H Hasanoel Bashri HG atau Abu MUDI. Kitab fikih karya Syekh Ibnu Hajar Al-Hatami ini berjumlah 10 jilid dan menjadi salah satu kitab khusus yang diasuh oleh Abu MUDI untuk Pengajian Subuh bersama Dewan Guru pada hari Sabtu sampai dengan Selasa. Adapun pada hari Rabu dan Kamis Abu mengajar Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali yang baru saja khatam beberapa waktu yang lalu.

Berbeda dengan kitab Ihya Ulumiddin yang telah sempat khatam beberapa kali, kitab Tuhfatul Muhtaj baru kali ini dikhatamkan oleh Abu MUDI setelah mulai mengajarkannya 17 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 1 Agustus 2001 M atau bertepatan dengan 11 Jumadil Awal 1422 H. Dalam mengasuh kitab ini Abu MUDI memiliki himmah yang luar biasa. Tak jarang beliau ikut mengasuh pengajian Subuh meski malamnya tidak sempat beristirahat maksimal karena pulang mengasuh Pengajian Tastafi di tempat yang jauh. Abu juga sering mengasuh pengajian dalam kondisi kurang sehat, kecuali kondisi yang tidak memungkinkan.

Selain khataman kitab Tuhfatul Muhtaj, hari ini juga diadakan ibda' (pembukaan) belajar kitab Syamail Muhammadiyah, serta ibda' kembali Kitab Tuhfatul Muhtaj dan Ihya Ulumiddin. Sebelum mengakhiri majelis, Abu MUDI menyampaikan beberapa nasehat kepada dewan guru dan alumni yang diselingi humor-humor ringan penuh keakraban. Suasana kekeluargaan begitu terasa dalam majelis ini di mana para alumni dari tahun berbeda dapat berkumpul bersama dan menjadi momen perjumpaan dengan para guru yang sebelumnya sempat mengajarkan mereka. (iqbal_jalil)
mudimesra.com | Pada Selasa dini hari (13/03/2018) lewat tengah malam, Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga menyambut kedatangan tokoh sejuta umat yaitu Ustadz Abdul Somad yang baru saja mengisi Tabligh Akbar di Bireuen.

Penyambutan dilakukan di depan Mesjid Poeteumeureuhom dengan nuansa serba putih dari santri dan dewan guru bahkan masyarakat sekitar juga ikut meramaikan. Diiringi dengan shalawat group Zikir Al Hasani, Ustadz Abdul Shomad disambut hangat oleh Abu Syaikh Hasanoel Bashry H.G selaku mudir ma'had.

Dalam kesempatan yang singkat Ustadz Abdul Somad menyampaikan bahwa kedatangannya dalam rangka berziarah dan mengambil berkah dari dayah MUDI yang telah melahirkan ratusan ulama,  karena merupakan sebuah adab yang tidak boleh ditinggalkan seseorang jika melewati sebuah tempat yang ada ulama maka sebaiknya kita berziarah ke sana.

Selanjutnya UAS juga mengajak santri untuk terus semangat dalam menuntut ilmu agama, dan memperdalam ilmu alat seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah, dll. Di sela-sela sambutanya, UAS  menceritakan pengalaman beliau selama mondok di pesantren dan rihlah ilmiah yang UAS lakukan demi memperoleh ilmu agama.

Setelah kunjungan singkat ke MUDI, UAS bertolak ke Beureunun untuk mengisi Tausiah tepatnya dini hari selasa 13 maret 2018. Jika tidak ada halangan, UAS akan kembali ke dayah MUDI sebagai agenda utama pada bulan Juli 2018. (rizky_ramadhan)
mudimesra.com | Abu Syaikh  H. Hasanoel Bashry H. Gadeng selaku pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga Insya Allah akan mengkhatamkan kitab Tuhfatul Muhtaj Syarah Minhaj ba'da Subuh hari Rabu ini (14/03/2018) atau bertepatan dengan 27 Jumadil Akhir 1439 H. Jika biasanya pengajian ba'da Subuh bersama dewan guru MUDI diadakan dalam Balee Beton (ruang belajar utama MUDI), maka pada Rabu ini akan dipindahkan ke dalam Mesjid Poe Teumeureuhom yang berada di dalam komplek dayah.

Pengajian kitab karangan Muhaqqiq Syekh Ibnu Hajar Al-haitami ini telah dimulai pertama kali sejak 17 tahun lalu, tepatnya hari Rabu tanggal 1 Agustus 2001 bertepatan dengan 11 Jumadil Awwal 1422 H. Dalam sejarahnya, Ibdak kitab ini saat itu dilakukan oleh Almarhum Abon Muhammad Amin Arbi atau yang lebih dikenal dengan Abon Tanjongan, murid senior Abon Aziz dan juga merupakan alumni Dayah Darussalam Labuhan Haji, pimpinan Abuya H. Syekh Muhammad Waly Al-Khalidi. Saat itu dengan ditemani Abu MUDI, Abon Tanjongan melakukan Ibdak Kitab Tuhfah di dalam Mesjid Poe Teumereuhom setelah shalat Zuhur.

Kemudian pengajian ini rutin dilaksanakan ba'da Subuh setiap empat hari dalam seminggu dan setiap hari sejak khatamnya kitab Ihya beberapa waktu yang lalu hingga sekarang. Berbeda dengan Kitab Ihya yang sudah pernah dikhatam sebelumnya, ini merupakan kali pertama khatamnya pengajian Kitab Tuhfah di Dayah MUDI. Dalam pengkhataman kitab ini, Dayah MUDI melalui Wadir 1, Abi H. Zahrul Fuadi Mubarrak mengundang seluruh alumni  MUDI dan para simpatisan untuk hadir ke Dayah MUDI pada Subuh hari Rabu dan mengambil berkah dengan pengkhataman kitab Tuhfah ini.
 
Selain mengkhatamkan kitab Tuhfatul Muhtaj, pada subuh hari tersebut Abu MUDI juga akan kembali melakukan Ibdak kitab tersebut mulai dari jilid 1, Ibdak kitab Ihya Ulumuddin jilid 1 dan Ibdak kitab Mawahibul Laduniyah Syarah Syamail Muhammadiyah. Selanjutnya, pengajian ba'da Subuh akan dilaksanakan sebagaimana biasanya, yaitu mulai dari Subuh Sabtu hingga Selasa kitab Tuhfatul Muhtaj dan Rabu-Kamis kitab Ihya Ulumuddin. Adapun kitab Mawahibul Laduniyah Syarah Syamail Muhammadiyah akan diatur ulang jadwal pengajiannya oleh bidang Kurikulum Bagian Pendidikan Dayah MUDI.

Tgk. Yusrida M. Yusuf, Ketua Bidang Kurikulum Bagian Pendidikan Dayah MUDI kepada mudimesra.com mengatakan: “Kami berharap seluruh dewan guru Dayah MUDI, para alumni dan simpatisan agar bisa berhadir ke Dayah MUDI pada subuh hari Rabu 14 Maret 2018 untuk mengambil berkah dengan Khtam Kitab Tuhfah mengingat momen langka ini terjadi setelah 17 tahun lamanya."

Tuhfatul Muhtaj Syarh Minhaj adalah kitab Fikih Mazhab Syafii karangan Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami  (w 974 h/ 1576 m). Kitab ini berjumlah  10 jilid dan  sampai saat ini dipakai dalam sekolah-sekolah Tinggi Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Kitab ini merupakan syarah dari matan Minhajut Thalibin karya Imam Nawawi yang fenomenal dan telah disyarah oleh banyak ulama lainnya. Tuhfatul Muhtaj adalah salah satu syarahan terbaik dari matan kitab tersebut.

Abu Syaikh H. Hasanoel Bashry H.G atau kerab disapa Abu MUDI merupakan pimpinan Dayah Mudi Mesjid Raya saat ini semenjak 1989 dengan meneruskan kepemimpinan Abon H. Abdul Aziz bin H. Muhammad Shaleh. Beliau juga merupakan Ketua umum HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh), Pencetus lahirnya RTA (Rabithah Thaliban Aceh), Mursyid Thariqat Naqsyabandi Al-Waliyyah dan Pendiri organisasi Majelis TASTAFI ( Tasawuf, Tauhid dan Fikih). Semoga dengan keberkahan para guru-guru yang mulia Allah berikan kebaikan dunia akhirat sebagaimana yang telah Allah berikan kepada orang-orang terdahulu. (akha_zubardjad)


Samalanga ||  Pada hari Rabu 07 Maret 2018 bidang kurikulum bagian pendidikan melakukan ibtida' Ilmu Falak bagi seluruh santri kelas 3 dan peresmian dibentuknya tim Falakiyyah MUDI Mesra. mereka berjumlah tujuh orang, yaitu :

  1. Muhammad Tanzil M Yacob Ismail
  2. Muhammad fadhil M. Nur Hamid
  3. Munawar Ilyas
  4. Safwani Azwani
  5. Nurdin rusli
  6. Mawadda Azhari H. Qaharuddin
  7. Bismi purnama. 
Ibda’ kajian Ilmu Falak di mulai pukul 14.00 dan berlangsung di lantai dua masjid Po temereuhom. Ilmu Falak adalah ilmu yang mengajarkan santri tentang peredaran benda-benda langit, khususnya bumi, bulan dan matahari. Peredaran benda-benda langit tersebut digunakan untuk menentukan waktu shalat, arah kiblat, gerhana bulan dan matahari serta penentuan awal bulan bulan hijriyah terutama dalam menentukan jatuhnya awal bulan Ramadhan, dan beberapa hal lainnya. 

Pemberlakuan kurikulum Ilmu Falak di dayah MUDI di mulai sejak tahun 2016, inisiatif ini adalah untuk menjawab kebutuhan zaman kepada Ilmu Falak dan berdasarkan semangat Tafaqquhfiddin bagi seluruh santri MUDI Mesra. 

Pengasuh Ilmu Falak adalah Tgk. Muhammad Nasir (Aba Meureudu), beliau juga merupakan penyusun Kitab Ilmu Falak yang dipelajari santri. Adapun yang akan bertanggung jawab dalam proses jalannya pengajian Ilmu Falak adalah Bidang Kurikulum Bagian Pendidikan MUDI Mesra Samalanga. Untuk selanjutnya pelajaran Ilmu Falak kelas 3 akan diasuh oleh tim Falakiyah MUDI, sedangkan Aba Meureudu akan mengajar Ilmu Falak kepada santri kelas 4 pada tiap hari Rabu dan Sabtu. 

Kabid Kurikulum bagian pendidikan dayah MUDI, Tgk. Yusrida M.Yusuf mengatakan “ Bidang kurikulum terus berbenah dengan melakukan evaluasi setiap saat kepada para santri  agar kelak akan lahir santri yang berkompeten di bidang Ilmu Falak”. (MRZ)
mudimesra.com | Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga pada Kamis malam (01/03/2018) menggelar acara Zikir dan Do'a Bersama yang diisi dengan membaca Shalawat As-Syifa'. Acara tersebut dipusatkan di dalam masjid Poe Teumeureuhom yang terletak di jantung Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.

Acara yang dimulai setelah shalat Maghrib tersebut dipimpin oleh Tgk. H. Abu Bakar bin Utsman atau lebih akrab disapa dengan Abon Buni Matangkuli. Al-Mukarram Abu MUDI beserta para Wadir dan alumni senior Dayah MUDI, Waled Marhaban Bakongan beserta seluruh santriwan/wati dan dewan guru Dayah MUDI turut hadir meramaikan zikir dan doa bersama tersebut.

Abon Buni menjelaskan shalawat As-Syifa' tersebut diijazahkan langsung kepada beliau oleh Nek Abu Bakongan yang merupakan orang tua dari Waled Marhaban. Abon Buni melanjutkan bahwa salah satu hikmah membaca shalawat ini adalah dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri kita.

Waled Marhaban dalam tausiah singkatnya kepada seluruh jamaah zikir menjelaskan "Salah satu hikmah membaca shalawat ini adalah akan terhindarnya tempat tersebut dari pemahaman salek buta," ujar putra dari Nek Abu Bakongan tersebut.