Mudimesra.com | Bagian pendidikan Dayah MUDI Mesjid Raya bekerja sama dengan Panitia Hari Besar Islam (PHBI) menyelenggarakan acara tausiah dan pengumuman juara kelas. Agenda ini berlangsung di dalam mesjid Poeteumeureuhom pada Sabtu malam (29/4/23) yang diikuti oleh seluruh santri baik putra maupun putri beserta dewan guru.  

 


Acara tersebut diawali dengan pengumuman para juara kelas oleh ketua bagian pendidikan serta dilanjutkan dengan penyerahan piala oleh Abi MUDI kepada kabupaten yang berhasil menjadi juara umum kelas di Dayah.

 

 

Pada tahun ini ada sedikit perubahan tahun ajaran baru di Dayah MUDI sehingga Abi MUDI mengisi tausiah dengan mengangkat tema yang lebih spesifik yaitu “sosialisasi perubahan tahun ajaran baru dengan tanpa mengurangi kualitas anak didik”.

 

 


Dalam pembukaannya Abi MUDI selaku Wadir 1 Dayah mengucapkan tarhib (ucapan selamat datang) kepada seluruh santri yang telah kembali ke dayah. “pada malam yang berbahagia ini kami mengucapkan selamat datang kembali ke ma’had marhaban bi washiyyatir Rasul SAW”. Ucap Abi MUDI.

 

 


“Ilmu merupakan warisan Rasulullah sedangkan santri merupakan wasiat Rasulullah. Setiap tempat yang mengajarkan ilmu agama memiliki dua kemuliaan, yaitu pada lembaga tersebut merupakan tempat disimpannya warisan Rasulullah berupa ilmu sedangkan para santri dan penuntut ilmu merupakan wasiat Rasulullah” tambah Abi MUDI secara detail tentang kedudukan ma’had dan santri penuntut ilmu.

 

 


Kembalinya para santri dan dewan guru ke dayah merupakan sebuah kemuliaan dan salah satu indikator memperoleh husnul khatimah. Hal tersebut sebagaimana uraian Abi yang mengutip ungkapan Ibnu Hajar al-Haitami yang menyatakan bahwa memahami ilmu agama itu termasuk tanda seseorang akan mati dalam keadaan husnul khatimah.

 


 

Abi MUDI juga menyampaikan beberapa hal yang harus diperhatikan penuntut ilmu agar mendapatkan futuh (terbuka hati) dan mudah dalam menuntut ilmu. Di antaranya adalah bersih hati dan menjauhi pelanggaran, ikhlas lillahi taala, tawadhu’ dan khidmah kepada ulama, mencari faedah di mana saja, dan jangan memperbanyak makan dan tidur.

 

 


Di sesi akhir tausiah, Abi MUDI memberikan dua amalan. Pertama, setelah shubuh membaca istighfar. “Imam Sayuti menyampaikan bahwa istighfar tersebut dapat mempermudah rezeki dan luas ilmu dan pemahaman” lanjut Abi. Istighfar tersebut dibaca tiga kali dan khusus pada waktu shubuh yaitu:

 


استغفرالله العظيم الذى لا اله الاهو الحي القيوم بديع السماوات و الارض من جميع جرمي واسرافي على نفسي واتوب اليه

 


“Syaratnya adalah harus konsisten dan kontinyu agar mendapatkan manfaat” pesan Abi mempertegas cara praktik amalan tersebut.

 


Adapun amalan yang kedua adalah untuk memperoleh futuh. “futuh itu adalah terbuka. Ulama dahulu banyak menamai kitab dengan fathu karena tujuannya agar terbuka hati dan mempermudah memahami ilmu” urai Abi MUDI menjelaskan makna futuh.

 


Beliau melanjutkan bahwa ada sebuah amalan yang mujarab tapi dengan syarat harus konsisten membaca zikir tersebut sebelum membaca kitab, sebelum muthalaah maupun mengajar kitab. Adapun Zikir yang beliau ijazahkan tersebut yaitu:

 


سبحان الله والحمدلله ولااله الاالله والله اكبرولاحول ولاقوة الابالله العلي العظيم عدد كل حرف كتب أو يكتب أبد الأبدين و دهر الداهرين. سبحانك لاعلم لنا الا ما علمتنا انك انت العليم الحكيم.

 


Dalam momen singkat tersebut, Abi banyak menyampaikan motivasi-motivasi dalam menuntut ilmu, sejarah ulama dahulu ketika menuntut ilmu dan banyak hal-hal baru yang belum pernah didengar sebelumnya. (Khalidin)